Profile

5 Konglomerat Tajir akan Bantu Proyek 3 Juta Rumah Prabowo, ini Profilnya

5 Konglomerat Tajir akan Bantu Proyek 3 Juta Rumah Prabowo, ini Profilnya
Sugianto Kusuma (Aguan), pebisnis properti dengan bendera group Agung Sedayu dan Artha Graha. (Liputan6.com/ Immanuel Antonius).

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait mengatakan akan menggandeng lima konglomerat Indonesia untuk merealisasikan program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Empat pengusaha yang dimaksud di antaranya Sugianto Kusuma atau Aguan, Prajogo Pangestu, Boy Thohir, dan Franky Oesman Widjaja.

“Saya sudah undang empat partner saya, kebetulan kami membangun Hotel Nusantara di IKN (Ibu Kota Nusantara), ada dari Agung Sedayu Group, Pak Aguan, ada Prajogo dari Barito Pacific, Pak Boy Thohir dari Adaro Energy, ada Pak Franky dari Sinar Mas,” kata Maruarar saat ditemui sebelum rapat kerja (raker) bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2024.

Kemudian, Maruarar juga menuturkan ada satu perusahaan yang juga ikut menyusul dan mengaku siap untuk membantu melaksanakan program 3 juta rumah, yaitu PT Harum Energy Tbk dengan Lawrence Barki sebagai Komisaris Utama.

“Saya mendapatkan telepon dari Pak Lawrence Barki dari Grup Harum Energy. Dia mengatakan juga siap membantu,” ucap Maruarar usai raker bersama Komisi V DPR RI. Lantas, bagaimana sosok lima bos besar tersebut?

Profil Aguan

Aguan lahir di Palembang, Sumatra Selatan, pada 9 Januari 1951. Dia merupakan pendiri Agung Sedayu Group, induk usaha yang membawahi berbagai segmen bisnis, seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi, pengembangan kota, mal, hotel dan resort, serta proyek komersial lainnya.

Proyek-proyek terkenal yang pernah ditangani Agung Sedayu Group, di antaranya Grand Galaxy City, Kelapa Gading Square, Green Lake City, dan Ancol Mansion. Menurut Globe Asia, total harta kekayaan Aguan mencapai US$ 970 juta atau sekitar Rp 14 triliun pada 2018.

Aguan pernah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu, 13 April 2016 terkait kasus reklamasi yang menyeret Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta, Mohamad Sanusi yang disebut menerima uang dari Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja.

Sejak 1 April 2016, Aguan dilarang bepergian ke luar negeri. Namun, KPK memutuskan untuk tidak memperpanjang status cekalnya dalam rapat yang digelar pimpinan lembaga antirasuah tersebut pada Kamis, 29 September 2016.

Diketahui, Aguan menjadi pimpinan Konsorsium Nusantara, yaitu wadah kumpulan investor dalam negeri yang membantu pembangunan IKN. Beberapa proyek yang rencananya bakal dibangun Konsorsium Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) IKN tersebut mencakup hotel, taman kota, kafe, hingga pusat olahraga.

Profil Prajogo Pangestu

Prajogo Pangestu lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat pada 13 Mei 1944. Dia adalah putra dari seorang pedagang karet yang mengawali kariernya sebagai sopir angkutan kota (angkot). Dia juga sempat merantau ke ibu kota Jakarta, tetapi tidak berhasil dan memilih pulang ke kampung halamannya.

Pada 1969, konglomerat dengan nama Tionghoa, Phang Djoen Phen itu mulai bekerja di PT Djajanti Group. Berbekal pengalaman kerjanya, dia merintis sebuah perusahaannya sendiri yang menjadi cikal bakal Barito Pacific pada akhir 1980-an.

Pada 1993, perusahaan kayu milik Prajogo dengan nama Barito Pacific Timber resmi berdiri. Seiring berjalannya berjalannya waktu, dia mengurangi aktivitas bisnisnya di bidang kayu dan mengganti nama menjadi Barito Pacific pada 2007.

Di tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia, Chanda Asri. Selanjutnya, pada 2011, Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia hingga menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di tanah air.

Prajogo juga melebarkan sayap bisnisnya ke industri pertambangan batu bara melalui Petrindo Jaya Kreasi yang melantai di bursa saham sejak Maret 2023. Menurut Forbes, Prajogo memiliki harta kekayaan mencapai US$ 51 miliar atau sekitar Rp 800 triliun (kurs Rp 15.698) per Rabu, 30 Oktober 2024.

Profil Boy Thohir

Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir merupakan anak dari salah satu pemilik grup Astra International, Teddy Thohir. Kariernya diawali dari Astra setelah memperoleh gelar Master of Business Administration (MBA) dari Northrop University, Amerika Serikat.

Setelah itu, pria kelahiran Jakarta pada 1965 itu mencoba peruntungan dengan mendirikan perusahaan properti berupa apartemen di kawasan Casablanca. Namun, akhirnya dia menjual perusahaan tersebut kepada ayahnya.

Pada 1992, Boy Thohir bergabung dengan PT Allied Indo Coal, sebuah perusahaan tambang di daerah Sawah Lunto, Sumatra Barat. Beberapa tahun berselang, dia mengakuisisi perusahaan multifinansial, yaitu PT Wahana Ottomitra Multiartha atau PT WOM Finance pada 1997, yang menyediakan pembiayaan publik terutama pembelian sepeda motor Honda.

Pada 2005, kakak dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir itu mengakuisisi PT Adaro Energy Tbk. dan berhasil menduduki kursi Direktur Utama. Adapun pada 2011, perusahaan tersebut dinobatkan sebagai The Asia’s Fab 50 Companies oleh Forbes, dan di saat yang sama, dia meraih penghargaan sebagai Businessman of the Year oleh Forbes Indonesia.

Melansir laman PT Surya Esa Perkasa Tbk, beberapa jabatan yang pernah dipegang Boy Thohir di antaranya Presiden Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk (2009-2020), Presiden Direktur PT Panca Amara Utama (2012-2018), Presiden Komisaris PT Panca Amara Utama (2018-sekarang), dan Komisaris PT Merdeka Copper Gold Tbk (2014-sekarang).

Menurut Forbes, Boy Thohir dan keluarga mencatatkan jumlah harta kekayaan mencapai US$ 3,3 miliar atau sekitar Rp 51,8 triliun per 12 Juni 2023. Dia juga menduduki peringkat ke-17 sebagai orang terkaya di Indonesia pada 2023.

Profil Franky Oesman Widjaja

Franky Oesman Widjaja atau Franky Widjaja merupakan anak dari pendiri Sinar Mas Group, mendiang Eka Tjipta Widjaja. Dia diketahui sedang menjabat sebagai Komisaris Utama PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk atau PT SMART Tbk berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tertanggal 15 Juli 2020.

Pria yang meraih gelar Bachelor of Commerce dari Universitas Aoyama Gakuin, Jepang pada 1979 itu juga memegang jabatan lain, di antaranya Anggota Komite Nominasi dan Remunerasi Perseroan sejak 2015, Presiden Komisaris PT Dian Swastatika Sentosa Tbk sejak 2011, Komisaris Utama PT Plaza Indonesia Realty Tbk sejak 2001, Komisaris Utama PT Purimas Sasmita sejak 2002, serta Chairman (sejak 2000) dan CEO (sejak 1996) di Golden Agri-Resources Ltd (GAR).

Di luar perusahaan, Franky Widjaja juga menjadi Co-Chairman Partnership for Indonesia Sustainable Agriculture (PisAgro), Anggota Grow Asia Business Council, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Perekonomian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, serta Anggota Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki).

Dia diketahui juga menjabat sebagai Anggota Dewan Pengarah Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Anggota Dewan Penasihat Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Anggota Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), serta Ketua Dewan Pembina Yayasan Prasetiya Mulya.

Profil Lawrence Barki

Lawrence Barki merupakan putra sulung dari pendiri perusahaan batu bara PT Harum Energy Tbk, yaitu Kiki Barki. Dia kini menjadi Presiden Komisaris berdasarkan Keputusan RUPST tertanggal 25 Agustus 2020.

Lawrence memperoleh gelar sarjana dari School of Management, Boston University, Amerika Serikat. Pada 1995, dia mulai bergabung dengan Harum Energy serta kini masih menjabat sebagai komisaris dan direktur di beberapa anak perusahaan.

Untuk diketahui, Harum Energy membawahi beberapa anak usaha dengan segmen bisnis berupa pertambangan batu bara dan nikel, pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel, hingga layanan logistik menggunakan tugboat dan kapal tongkang.

Anak usaha Harum Energy di antaranya PT Layar Lintas Jaya, PT Mahakam Sumber Jaya, PT Santan Batubara, PT Bumi Karunia Pertiwi, PT Karya Usaha Pertiwi, PT Position, PT Infei Metal Industry, PT Westrong Metal Industry, dan PT Blue Sparking, serta entitas terkait meliputi PT Sunny Metal Industry dan Nickel Industries Limited.

Adapun Forbes pada Rabu, 30 Oktober 2024 melaporkan bahwa Kiki Barki dan keluarga mencatatkan jumlah harta kekayaan mencapai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 20,3 triliun. Ayah Lawrence Bakri tersebut juga berada di peringkat ke-33 sebagai miliarder terkaya di Indonesia pada 2023.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved