IHSG Bakal Tersokong Sentimen Domestik dan Global, Intip Peluang Cuan Saham ITMG, BBCA dan ADRO
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sepanjang pekan lalu terkoreksi sebesar 2,46% ke level 7.505 poin karena beberapa sentimen. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menyebutkan ada 4 sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pekan lalu, yakni lambatnya pertumbuhan ekonomi AS, kembali ekspansifnya manufaktur China, PCE AS di bulan September 2024 dan melambatkan ekonomi domestik.
Pertama, terkait lambatnya pertumbuhan ekonomi AS . Imam mengatakan AS merilis data produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III tahun 2024 sebesar 2,8%, lebih rendah dari kuartal II tahun ini sebesar 3%. "Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS ini tecermin dari kinerja beberapa perusahaan yang di bawah ekspektasi pasar. Dari sisi lain, melambatnya pertumbuhan ekonomi ini dapat meningkatkan probabilitas The Fed untuk memangkas suku bunganya lebih besar lagi," ujar Imam pada risetnya di Jakarta, Senin (4/11/2024).
Kedua, kembali ekspansifnya manufaktur Tiongkok ke level ekspansifnya di 50,1 poin, membaik dari 49,8 di September 2024. Imam mengatakan ekspansifnya industri manufaktur China ini menyambut positif stimulus yang dilakukan oleh pemerintah dan bank sentral Tiongkok (PBoC) .
Ketiga, PCE AS di bulan September 2024, dimana AS juga kemarin merilis data PCE nya, di mana PCE AS untuk September 2024 turun ke 2,1% lebih rendah dari periode sebelumnya pada Agustus 2024 sebesar 2,3%. Angka penurunan semakin mendekati target The Fed di 2%.
Keempat, melambatkan ekonomi domestik, dimana pada Jumat lalu S&P Global merilis data PMI manufaktur Indonesia pada Oktober 2024 masih terkontraksi karena di level 49,2. Ini tidak berubah dari PMI manufaktur di periode sebelumnya di 49,2. "Selain itu, data inflasi tahunan Oktober juga melambat ke 1,71% (yoy), angka ini lebih rendah dari September 2024 di 1,84% secara tahunan," imbuh Imam.
Berbicara tentang potensi market pada 4-8 November 2024, Imam mengimbau para investor mencermati sejumlah sentimen yang kemungkinan mempengaruhi pasar selama satu pekan kedepan. Pertama, Data PMI Services AS untuk Oktober 2024.
AS pada pekan ini merilis data PMI dari sektor jasa baik dari ISM maupun dari S&P Global. Jika merujuk pada S&P Global, PMI Services AS diproyeksikan naik ke 55,3 atau lebih tinggi dari periode sebelumnya di 55,2. Sedangkan jika merujuk pada ISM, PMI Services AS untuk Oktober 2024 diproyeksikan akan turun ke level 53,3 dari periode sebelumnya 54,9.
Kedua, Neraca Perdagangan China. Pekan ini China akan merilis data neraca perdagangan untuk bulan Oktober 2024. Data ini merupakan data yang sangat penting karena Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia. Jika impor dan ekspor tumbuh, hal ini akan menjadi sentimen positif bagi fundamental ekonomi Indonesia.
Ketiga, data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III/2024 yang akan diumumkan pada pekan ini. "Pertumbuhan di Indonesia diproyeksikan akan melambat ke 5%. Jika data yang rilis sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih besar, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar. Namun sebaliknya, jika data GDP lebih rendah dari konsensus atau ekspektasi pasar, maka hal ini dapat menjadi sentimen negatif," tutur Imam
Keempat, suku bunga Federal Fund Rate (FFR). Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) pada awal pekan ini akan mengumumkan kebijakan moneternya dalam mengatur suku bunga FFR. Menilik pada konsensus, suku bunga The Fed atau FFR akan dipangkas sebesar 25 basis poin ke 4,75%. Pemangkasan suku bunga ini akan menjadi sentimen positif untuk pelaku pasar, khususnya domestik yang mengamati Rupiah yang mulai tertekan kembali dan ekonomi yang melambat.
Kelima, sentimen pemilu AS. Sentimen yang paling dinanti oleh pelaku pasar adalah pemilu AS antara Donald Trump Vs Kamala Harris. Pelaku pasar domestik atau global akan lebih condong pada Kamala Harris dan kemungkinan akan mengadopsi pendekatan lebih multilateral dalam hubungan internasional, termasuk perjanjian perdagangan yang lebih kooperatif.
Ini bisa membantu mengurangi ketegangan global dan memperkuat hubungan dagang dengan negara lain. "Sedangkan Trump dikenal dengan pendekatan proteksionisnya, terutama melalui tarif tinggi pada produk Tiongkok. Hal Ini dapat memicu adanya perang dagang yang berkepanjangan dan pada akhirnya mengakibatkan ekonomi yang semakin melambat," jelas Imam.
IPOT merekomendasikan 3 saham untuk trading pada hari ini hingga 8 November 2024. Buy saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Posisi entry di Rp25.500, target harga Rp26.275, danstop loss di bawah Rp24.950. PMI Manufaktur Tiongkok baru-baru ini kembali ke level ekspansif, yang menunjukkan peningkatan aktivitas sektor manufaktur di negara tersebut.
PMI Tiongkok di atas level 50 itu menandakan ekspansi yang dipengaruhi oleh langkah-langkah stimulus ekonomi dari pemerintah Tiongkok dan harapan terhadap kebijakan tambahan untuk mendukung sektor industri. Kondisi ini berdampak positif terhadap perusahaan, seperti ITMG yang sebagian besar penjualannya diserap oleh pasar Tiongkok.
Imam menjabarkan meningkatnya aktivitas manufaktur, kebutuhan energi juga cenderung meningkat, sehingga permintaan batu bara dari produk utama ITMG di pasar Tiongkok itu diperkirakan tetap kuat. "Hal ini memberikan sentimen positif terhadap kinerja penjualan dan potensi peningkatan pendapatan bagi ITMG dalam beberapa bulan ke depan, seiring pemulihan sektor industri di Tiongkok yang terus berlanjut," ujar Imam
Kemudian, buy saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di Rp10.425, target harga Rp10.750, dan stop loss di bawah Rp10.225). Pada pekan ini Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) diproyeksikan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps), dampaknya akan cenderung positif terhadap saham BBCA
Penurunan suku bunga acuan AS dapat memperkuat aliran modal asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor mencari imbal hasil yang lebih menarik di luar pasar AS. Dengan tambahan arus modal masuk, nilai tukar rupiah berpotensi menguat, yang bisa memperkuat stabilitas sektor perbankan di Indonesia.
Beli saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) pada harga Rp3.790, target harga Rp4.180, dan stop loss di bawah Rp3.570. Aksi korporasi Adaro yang melibatkan rencana pembagian dividen khusus untuk mendukung penawaran umum saham Adaro Andalan Indonesia (AAI) berpotensi meningkatkan minat investor terhadap saham ADRO. (*)