Management

Amandina Bumi Nusantara: Menjaga Bumi, Peduli Pemulung

Produk Recycled PET Pellets milik Amandina yang siap dijual (Foto: Syifa Nur Laila/SWA)

Berdiri sejak 2021 lalu, PT Amandina Bumi Nusantara tercipta dengan semangat berbisnis melalui ekonomi sirkular: pemanfaatan botol plastik bekas konsumsi untuk didaur ulang kembali menjadi botol siap minum. Coca-Cola Europacific Partners Indonesia dan Dynapack Asia menjadi pencipta inisiasi pembentukan Amandina.

Kala itu, bersamaan dengan Pandemi Covid 19, Amandina memulai membangun pabriknya hingga 14 bulan. Pada April 2022, barulah Amandina mulai beroperasi dengan kapasitas awal produksi 10 ribu ton.

Dalam model bisnisnya, Amandina berfokus untuk segmentasi konsumen B2B. Umumnya, konsumen Amandina adalah produsen botol minuman yang membutuhkan bahan baku dari daur ulang. Sebab produk Recycled PET Pellets milik Amandina sudah bersertifikasi Food Grade, BPA Free dan Recycleable sehingga tak heran jika diburu oleh perusahaan produsen botol.

Memberdayakan Pemulung

Managing Director Amandina Bumi Nusantara, Suharji Gasali, menuturkan saat ini ada 36 mitra di seluruh Indonesia yang bekerjasama dengannya. Para mitra berasal dari pemulung dan collection center yang berada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Di sana, jelas Suharji, para mitra akan menyortir hingga mengepres botol plastik bekas. Kemudian hasil pengepresan akan dibawa ke pabrik Amandina untuk diproses daur ulang menggunakan mesin khusus.

Amandina turut memberikan pendampingan terhadap para mitranya agar mereka bisa mengimplementasikan pengumpulan limbah botol plastik bekas lebih dan menyesuaikan dengan kualitas yang dibutuhkan oleh Amandina. Suharji juga memastikan para mitra mendapat pengetahuan tentang literasi finansial perusahaannya: apakah perhitungan bisnis Amandina merugi atau tidak? Apakah Amandina masih bisa berkembang atau tidak?

Dalam mempermudah kinerja para mitra, Suharji sampai-sampai memikirkan apakah pengambilan botol-botol plastik bekas sudah efisin atau belum. “Apakah mereka membutuhkan infrastruktur tambahan, apakah mereka butuhkan alat, ya, kita bantu,” ucapnya, Senin (5/11/2024). Alhasil, semula para mitra hanya memproduksi 10-20 ton dan sejak kedatangan Amandina produksinya naik menjadi 50-100 ton.

Meski semua sudah dipersiapkan, tetap saja Suharji merasakan adanya tantangan: para mitra adalah pekerja informal, bukan perusahaan. “Karena kita membentuk mereka untuk menjadi suatu UMKM dengan legalitas, ya. Tentu harus ada pengelolaan bisnis berbeda. Memang itu yang menjadi suatu tantangan karena ini sangat informal,” ungkap Suharji.

Mengejar Impian

Dalam jangka waktu 10 tahun ked epan, Amandina bercita-cita ingin menjadi perusahan daur ulang botol plastik PET terbesar di Indonesia. Kini, 3 tahun perjalanannya sudah menampilkan perkembangan positif.

Menurut Suharji, tahun ini semua kapasitas yang tersedia di Amandina sudah terpenuhi. Tercermin dari operasionalnya yang berjalan 24 jam sehari dengan pengerjaan 7 hari dan libur seminggu sekali untuk maintenance. Dengan begitu, dirinya tengah berencana untuk menambah mesin produksi agar bisa menambah kapasitas produksi.

“Tahun ini memproduksi 32 ribu ton dan terus meningkat tiap tahunnya. Namun pasti ada yang tersortir lagi. Khusus tahun ini targetnya 40 ribu ton,” tuturnya.

Ekspor Favorit

Kurun waktu tiga tahun, Amandina sudah melakukan ekspor ke sejumlah negara: Eropa, Australia, Amerika Serikat, Taiwan hingga Malaysia. Eropa menjadi pasar ekspor terbesar bagi Amandina.

Ada alasan mengapa Eropa menjadi pelanggan setia yakni kebijakan pemerintah di sana yang mengharuskan pemakaian bahan baku daur ulang dengan maksimal 15% risiko kontaminasi dari botol plastik.

“Banyak yang hanya sekadar recycle, tapi tidak food contact, tidak food contact approved, tidak aman untuk digunakan di makanan dan minuman. Kita mespesialisasikan produk kita khusus food contact approved, jadi aman untuk makanan dan minuman,” pungkas Suharji. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved