AXA Mandiri Luncurkan Produk Asuransi Dwiguna untuk Pendidikan, Optimistis Dongkrak Premi dan Nasabah
PT AXA Mandiri Finansial Services atau AXA Mandiri meluncurkan asuransi dwiguna (endowment) yang berfokus untuk kebutuhan pendidikan bernama Asuransi Masa Depan Sejahtera.
Asuransi dwiguna tersebut diklaim akan menggerakkan pertumbuhan premi dan jumlah nasabah, dengan memanfaatkan ekosistem dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
“Ini produk yang cukup fleksibel dalam penggunaan dana yang dibutuhkan. Kami mau fokuskan ini untuk pendidikan,” ujar Presiden Direktur PT AXA Mandiri Finansial Services, Handojo Gunawan Kusuma di Gedung AXA Tower di Jakarta pada Selasa (5/11/2024).
Di tengah tren penurunan daya beli masyarakat, AXA Mandiri menggunakan strategi melalui penyediaan jumlah dan waktu pembayaran yang disesuaikan dengan rencana dan kebutuhan nasabah. Direktur AXA Mandiri, Rudi Nugraha mengatakan, rentang premi yang tersedia mulai Rp400 ribu.
“Kami membuat premi yang dijual secara terjangkau. Untuk asuransi pendidikan ini, minimal Rp400 ribu. Artinya, kami punya segmentasi. Di beberapa segmen, [harga] bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah,” jelas Rudi.
Selain menyediakan premi untuk segmen nasabah yang beragam, AXA Mandiri tetap memaksimalkan ekosistem Bank Mandiri untuk memperluas jangkauan produk asuransi dwiguna pendidikan tersebut.
“Kami yakin dan optimistis bahwa asuransi akan terus bertumbuh, dan premi AXA Mandiri akan terus bertumbuh secara stabil. Kami punya target cukup ambisius di tahun mendatang, termasuk pertumbuhan tahun ini,” pungkas Rudi, yang biasa disapa Joshua tersebut.
Saat ini, AXA Mandiri memiliki sejumlah kanal distribusi penjualan. Dominannya, berada di perbankan, khususnya di seluruh cabang Bank Mandiri dan BSI. Kemudian, telemarketing, hingga corporate solution.
Dari segi kinerja AXA Mandiri berhasil mencetak laba setelah pajak sebesar Rp1 triliun pada kuartal III/2024. Laba ini turun 1,21% dibanding periode sebelumnya sebesar Rp1,01 triliun. Adapun pendapatan preminya sebesar Rp8,25 triliun, juga turun 6,53% dibanding sebelumnya sebesar Rp8,83 triliun. (*)