Purwo Handoko: Bawa Bali ke Pentas Racing
Purwo Handoko, Chief Executive Officer (CEO) Rocket Racing Bali tidak pernah menyangka akan terjun ke dunia otomotif. "Saya tidak bisa nyetir mobil, bahkan naik motor pun tidak bisa. Begitu juga istri saya. Anak-anak saya pun masih belum cukup umur".
Demikian ayah dua anak ini memulai percakapan dengan SWA di Pertamina Mandalika Sirkuit Lombok, disela-sela persiapan race ke enam, putaran ketiga ajang Mandalika Festival of Speed (MFoS) 2024.
Sebuah “Kecelakaan”
Purwo Handoko tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terjun ke dunia balap, apalagi mengingat ia sama sekali tidak bisa menyetir mobil, bahkan motor pun tak pernah ia kendarai. Namun, suatu hari ia menerima tawaran dari Porsche Indonesia untuk bergabung dalam ajang Porsche Sprint Challenge yang akan digelar di Mandalika Festival of Speed (MFoS). Saat itu, Porsche masih kekurangan satu peserta dari target minimal 10 mobil yang diperlukan.
Tawaran ini datang begitu mendadak, tapi putra bungsunya, Rama, yang baru berusia 11 tahun, justru yang mendorong sang ayah untuk menerimanya. Rama memang sudah lama tertarik pada dunia otomotif, terutama Porsche, berkat hobinya berselancar di internet mencari informasi tentang mobil sport. Akhirnya, dorongan dari sang anak membuat Purwo memesan satu unit Porsche GT3 dengan harga fantastis, Rp7 miliar, yang dananya didapat dari para sponsor, di antaranya Pertamax Turbo, Paralegals ID, BlackStone, Magenta Corpora, Flynet, Parq, dan DMD.
Namun, sesaat setelah mobil tersebut tiba di Lombok, barulah Purwo menyadari sebuah kendala besar. “Setelah saya beli dan mobilnya tiba di Lombok, baru saya sadar, ternyata saya tidak punya driver, saya tidak bisa nyetir, anak saya pun masih kecil,” ujarnya sambil tertawa mengenang situasi tersebut.
Di tengah kebingungannya, ia teringat pada sahabat lamanya selama 20 tahun, Dony Maryadi Oekon. Dony memiliki seorang putra, Aldio, yang merupakan pembalap muda berbakat dan pernah mengikuti kursus balap di Eropa.
Purwo kemudian menghubungi Dony dan menawari Aldio untuk menjadi pembalap tim barunya. Tanpa berpikir panjang, Aldio menerima tawaran tersebut dengan antusias. Ternyata, Dony sendiri enam bulan sebelumnya sempat ditawari oleh Porsche Indonesia untuk bergabung, namun saat itu ia harus menolak karena terkendala biaya. “Akhirnya jadilah Aldio pembalap tim Rocket Racing Bali,” tutur Purwo.
Titik Balik di Bali
Kepindahan Purwo Handoko bersama keluarganya ke Bali juga diakui sebagai sebuah 'kecelakaan'. Dari yang awalnya hanya berniat liburan singkat, mereka justru memutuskan menetap di Canggu.
"Kehidupan kami di Bali berubah total. Kami merasa lebih nyaman, lebih rileks, dan lebih bisa menikmati hidup. Tidak lagi terburu-buru, kami merasakan toleransi yang tinggi dan menjadi lebih sehat. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak kembali ke Jakarta," tutur Purwo.
Dari berkah kehidupan yang semakin melimpah setelah pindah ke Bali, Purwo ingin memberikan penghormatan pada pulau ini dengan menyematkan kata 'Bali' pada nama tim balapnya, Rocket Racing Bali.
“Saya ingin membawa Bali ke pentas internasional dari sisi olahraga. Pariwisata Bali tidak hanya tentang budaya atau keindahan alam, tapi juga olahraga. Setelah ada tim sepak bola Bali United, kini Bali juga memiliki tim balap yang siap berkiprah di dunia internasional. Bali punya potensi besar sebagai destinasi sports tourism, dan kami berkomitmen mengangkat nama Bali di dunia motorsports. Dan Rocket Racing Bali menjadi tim balap pertama yang berbasis di Bali,” jelasnya dengan semangat.
Rocket Racing Bali sejak awal memang didesain untuk tampil unik dengan semangat melestarikan budaya Bali. “Rocket Racing Bali dikembangkan juga untuk mempromosikan tradisi Bali. Atraksi budaya Bali akan menjadi bagian dari performa tim setiap kali bertanding,” tambahnya. Bukannya menampilkan umbrella girls seperti tim balap pada umumnya, Rocket Racing Bali justru menghadirkan dua penari Bali yang akan mendampingi para pembalap sebelum berlaga.
Namun, perjalanan mereka tidak selalu mulus. Pada balapan pertama tiga bulan lalu, Aldio, pembalap tim Rocket Racing Bali, mengalami kecelakaan saat latihan. Porsche GT3 yang mereka miliki mengalami kerusakan parah, sementara Aldio membutuhkan perawatan intensif. Akibatnya, Rocket Racing Bali gagal berpartisipasi dalam dua balapan pertama, dan Purwo harus merogoh kocek hingga Rp2,5 miliar untuk perbaikan.
“Saya jadi berpikir, kami membawa nama Bali, tapi kami tidak melaksanakan upacara keagamaan sebelum memulai aktivitas besar ini,” ungkap Purwo. Maka, sebelum balapan ketiga, mereka menggelar upacara adat yang dipimpin pemuka agama Hindu. “Percaya atau tidak, setelah itu perjalanan tim kami menjadi lebih lancar,” ujarnya penuh keyakinan. Hasilnya, Aldio berhasil meraih podium ketiga pada balapan tersebut, disusul dengan podium kedua di balapan berikutnya, dan bahkan juara pertama pada race kelima.
“Semoga pada balapan ketujuh dan kedelapan di awal Desember nanti, Aldio bisa kembali menunjukkan performa terbaiknya,” harap Purwo.
Sebagai pendatang baru di dunia otomotif, Purwo mengakui dirinya masih harus banyak belajar. Namun, ia bersyukur Aldio sudah memiliki tim yang solid dan berpengalaman. "Saya memberi kepercayaan penuh pada Aldio untuk terus meningkatkan skill-nya, sedangkan tugas saya adalah belajar mengelola tim balap secara profesional. Ini memang olahraga yang mahal, untuk satu kali balapan saja bisa menghabiskan biaya hingga Rp1 miliar," tutupnya.
Ke Level Internasional
Purwo Handoko bertekad menjadikan Rocket Racing Bali sebagai tim balap profesional yang dapat bersaing di level internasional. Ia membuka pintu bagi anak muda berbakat yang ingin berkarier di dunia balap.
"Saat ini, Rocket Racing Bali baru memiliki Aldio (27 tahun) yang berlaga dengan Porsche GT3 dan Rizal Sungkar (43 tahun) dengan Porsche GT4. Ke depan, kami tidak menutup kemungkinan merekrut pembalap yang lebih muda, baik untuk Porsche maupun kendaraan lainnya. Saya ingin memberi wadah bagi mereka yang ingin berprestasi membawa nama Bali dan Indonesia," ungkap Purwo.
Purwo mengaku bersyukur, Rocket Racing Bali kini mulai mendapat perhatian dari sponsor. Bahkan, untuk musim kompetisi tahun depan, sudah ada sponsor internasional yang siap menggelontorkan dana hingga US$2 juta dolar. Meski namanya belum bisa diungkap, dukungan ini menjadi langkah besar untuk membuat ajang balap di Mandalika lebih kompetitif dan menarik.
Partisipasi Rocket Racing Bali dalam Mandalika Festival of Speed (MFoS) 2024 merupakan bagian dari persiapan menuju ajang Porsche Carrera Cup Asia 2025. Kompetisi ini akan digelar di beberapa negara seperti China, Jepang, Thailand, Singapura, dan Malaysia, sebelum akhirnya berakhir di Sirkuit Mandalika pada Agustus 2025. Purwo optimistis membawa Rocket Racing Bali ke level internasional karena melihat potensi besar Bali dan Lombok sebagai destinasi sports tourism.
Managing Director Porsche Speed Challenge Indonesia, Bagoes Hermanto, mengakui bahwa kehadiran Rocket Racing Bali telah menambah daya tarik kompetisi di Mandalika. "Kreativitas Rocket Racing Bali dengan menyajikan budaya Bali di depan paddock Aldio benar-benar menarik perhatian penonton dan tim lainnya," ungkap Bagoes.
Purwo sendiri sangat mendukung MFoS, karena menurutnya, ajang ini tidak hanya menghidupkan Pertamina Mandalika International Circuit, tetapi juga memberikan dampak positif bagi Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Purwo bahkan berencana membangun kawasan resor di Mandalika, di mana setiap vila akan dilengkapi dengan mobil Porsche yang dapat dipacu bebas di area sirkuit.
Menariknya, tak berhenti di dunia balap, tiga bulan lalu, Purwo kembali 'terjebak' dalam petualangan baru dengan mengambil alih klub sepak bola Persewangi Banyuwangi, sebuah klub Liga 3. "Awalnya hanya obrolan biasa, tapi saat ditawari, saya pikir kenapa tidak, jadi saya terima," katanya dengan santai. Namun, ia baru mengetahui belakangan bahwa biaya operasional klub mencapai Rp550 juta per bulan.
"Tidak apa-apa, saya memang ingin para pemain mendapatkan fasilitas yang baik untuk meningkatkan prestasi," tambahnya, dengan harapan Persewangi bisa naik ke Liga 1 pada tahun 2026 dan membawa kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi. (*)