Kinerja Asuransi Tugu Sepanjang Januari-September 2024
PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) mencatatkan performa gemilang sepanjang 9 bulan pertama tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang belum diaudit, TUGU berhasil membukukan premi bruto sebesar Rp 6,9 triliun, meningkat 26% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Lebih impresif lagi, pendapatan premi neto—yakni premi bruto yang sudah dikurangi premi reasuransi dan perubahan cadangan premi—tumbuh 20% yoy menjadi Rp 2,8 triliun.
Keberhasilan TUGU juga tercermin dari pendapatan underwriting yang melonjak 17% yoy menjadi Rp 2,3 triliun, setelah dikurangi beban komisi neto.
Menariknya, meski pendapatan underwriting mencatat pertumbuhan dua digit, beban underwriting hanya naik 9% yoy. Alhasil, TUGU mampu meningkatkan hasil underwriting hingga 39% yoy menjadi Rp 725 miliar. Ini menjadi bukti efisiensi yang terus dioptimalkan oleh TUGU dalam mengelola portofolio bisnisnya.
“Di antara peers dengan model bisnis yang serupa di sektor asuransi umum, hasil underwriting TUGU tumbuh paling tinggi karena rata-rata peers hanya naik 14%. Selain itu pertumbuhan premi bruto, neto dan underwriting TUGU yang dobel digit juga melampaui industri yang single digit growth,” Kata Yazid Muammar pengamat pasar modal.
Ia menilai bahwa kenaikan hasil underwriting TUGU dikarenakan perseroan mampu menggenjot pertumbuhan premi terutama dari sisi segmen kebakaran dan properti serta menurunkan rasio klaim atau yang dikenal dengan loss ratio. Pada segmen ini TUGU tidak hanya mengandalkan produksi premi dari sinergi bisnis di lingkungan Pertamina Group, tapi juga perolehan baik secara direct ataupun konsorsium asuransi BUMN Group lainnya dan Non BUMN.
“Di Indonesia, segmen asuransi umum dengan kontribusi premi terbesar berasal dari asuransi properti, kredit dan kendaraan bermotor. Untuk asuransi kebakaran dan properti, TUGU naik signifikan yang menunjukkan peningkatan pangsa pasar dan juga mencerminkan bahwa TUGU mampu mengambil peran yang strategis,” tambah Yazid.
Selain dari sisi pertumbuhan premi, Yazid juga melihat bahwa faktor yang mendongkrak profitabilitas TUGU adalah kemampuannya mengelola risiko. Dari sisi risiko, TUGU mampu menurunkan rasio klaim menjadi 56% per September 2024 dari periode yang sama tahun sebelumnya di angka 62%.
“Pertumbuhan pendapatan dan terjaganya beban menjadikan TUGU sebagai perusahaan asuransi umum yang listed dengan kinerja terbaik sepanjang 9 bulan ini, yang juga mencerminkan fundamental yang kuat” ungkap Yazid.
Sedangkan beban usaha perseroan justru mengalami penurunan 5% tahunan. Total beban usaha TUGU di luar pendapatan atau beban lain-lain mencapai Rp 2,4 triliun atau hanya naik 6% saja dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan beban tersebut membuat laba usaha inti TUGU naik signifikan sebesar 57% secara tahunan menjadi Rp 783 miliar sepanjang Januari-September 2024.
Sementara itu dari sisi laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk, TUGU mengantongi Rp552 miliar hingga akhir September 2024. Sekilas seakan terdapat penurunan 51% dibanding tahun yang lalu. Namun sebenarnya hal ini disebabkan karena TUGU tidak lagi membukukan pendapatan sekali waktu dari kemenangan kasus atas Citibank (N.A) Hong Kong.
Apabila pendapatan lain-lain yang didapatkan dari kemenangan kasus atas Citibank tidak diikutsertakan karena bukan berasal dari usaha inti perseroan, laba bersih TUGU justru sebenarnya masih tumbuh hingga 115% yoy mengingat nilai pendapatan dari kemenangan atas kasus tersebut mencapai Rp 868 miliar sendiri.
Harga saham TUGU sepanjang pekan lalu mengalami koreksi 0,4%. Namun pelemahan ini masih lebih baik dibandingkan dengan sektor keuangan yang melemah hampir 2% dan IHSG yang anjlok sampai 2,5%. Adapun hingga pekan ke 45 tahun 2024, saham TUGU masih dibeli bersih oleh asing dengan total net buy senilai Rp 62 miliar.
Yazid menambahkan secara valuasi saham TUGU undervalue karena diperdagangkan di angka P/B rasio 0,40% dan P/E rasio 5Xan sehingga sahamnya layak dikoleksi para investor. Selain itu imbal hasil yield dari dividen tiap tahunnya tergolong rutin serta besar di atas 13% atau dua kali lipat dari rata-rata deposito bank umum. (*)