Indonesia Berpotensi Susul Infrastruktur Pusat Data seperti Singapura, Ini Perkiraan Google
Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan, kebutuhan infrastruktur pusat data Indonesia akan mengalami penambahan kapasitas sekitar 268% dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam laporan e-Conomy SEA 2024 bertajuk Profits on the rise, harnessing SEA’s advantage. Country Director Google Indonesia, Veronica Utami, pada pertengahan pekan ini menjelaskan kesiapan pusat data akan membantu penyerapan tenaga kerja yang ahli di bidang kecerdasan buatan (AI), pengoperasian pusat data, hingga memaksimalkan AI untuk kebutuhan bisnis dan sektor lainnya.
“Penyediaan pusat data AI semakin krusial dan penting supaya memfasilitasi kebutuhan data,” jelas Veronica di kantor pusat Google Indonesia seperti ditulis swa.co.id di Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Saat ini Indonesia memiliki infrastruktur pusat data sebesar 202 megawatt (MW) di kawasan Asia Tenggara pada semester I/2024, menurut data yang dianalisis oleh Bain & Company. Namun, perluasan pusat data di Indonesia juga perlu membutuhkan dukungan regulasi dan kebijakan yang tepat dari pemerintah.
“Kebijakan pemerintah ini penting untuk mengatasi tiga prioritas utama. Pertama, infrastruktur dan kebijakan yang mendorong inovasi AI. Kedua, mendorong talenta dan adopsi AI. Ketiga, memastikan bahwa penerapan AI di berbagai institusi dan bisnis dilakukan secara bertanggung jawab,” sebut Veronica.
Menurut laporan e-Conomy SEA 2024, sampai sekarang Singapura masih merajai kapasitas pusat data di Asia Tenggara, yakni sebesar 973 MW pada semester I/2024. Indonesia menduduki peringkat kedua, yaitu sebesar 202 MW, kemudian Malaysia sebesar 94 MW.
Sepanjang semester I/2024 lalu, sejumlah investasi pusat data di Indonesia datang dari berbagai perusahaan teknologi raksasa. Salah satunya pada April 2024 lalu, ketika CEO Microsft Satya Nadella mengumumkan investasi untuk pengembangan komputasi awan (cloud), pusat data, dan AI sebesar US$1,7 miliar di Indonesia.(*)