Kemitraan IKM dan Pelaku Bisnis Perluas Pasar dan Dongkrak Bisnis
Kemitraan menjadi kunci utama kesuksesan para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saingnya. Keterlibatan IKM dalam rantai pasok industri besar maupun sektor ekonomi lainnya, juga dapat memacu pelaku IKM untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kualitas produksinya dengan menyesuaikan kebutuhan pasar. “Selain dengan sesama pelaku industri, kemitraan dengan sektor ekonomi lainnya juga turut berperan mendongkrak pengembangan bisnis para pelaku IKM,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Guna mencapai sasaran tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong kemitraan yang melibatkan para pelaku IKM melalui program Business Matching. Kegiatan ini salah satunya digelar dalam rangkaian penyelenggaraan acara Gebyar IKMA 2024.
Reni menjelaskan sektor IKM berkontribusi positif terhadap perekonomian dan industri manufaktur nasional. Peran sektor IKM pada PDB (produk domestik bruto) nasional mencapai 3,50%n dengan ditopang jumlah IKM sebanyak 4,5 juta unit usaha atau menjadi mayoritas sebesar 99,77% dari seluruh unit usaha industri di Indonesia. “Sektor IKM juga turut menyerap tenaga kerja yang benyak, hingga 12,37 juta orang,” sebutnya.
IKM menjadi motor penggerak utama dalam perekonomian nasional, dengan menciptakan lapangan kerja serta mendukung pemerataan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah. Kontribusi IKM juga dapat dinilai signifikan dalam memperkuat rantai pasok industri domestik dan menciptakan produk yang berdaya saing di pasar internasional dan memainkan perannyamenjaga stabilitas ekonomi nasional.
Selama tahun 2024, Kemenperin melalui Ditjen IKMA telah melaksanakan beragam program pendampingan dan fasilitasi untuk peningkatan usaha IKM, seperti Indonesia Food Innovation (IFI) yang merupakan coaching dan kompetisi produk pangan unggulan, Creative Business Incubator (CBI) bagi para wirausaha fesyen dan kriya yang diberikan pendampingan dan akses bertumbuh, Startup For Industry bagi para pelaku startup yang mendapatkan pendampingan dan implementasi solusi teknologi industri, serta One Village One Product (OVOP) yang mengangkat potensi kearifan lokal pada suatu wilayah.
Reni menambahkan, pihaknya sebagai fasilitator mempertemukan 140 IKM unggulan selaku peserta program fasilitasi Ditjen IKMA dengan rincian IKM IFI (40 IKM), IKM CBI (27 IKM), IKM Startup4 Industry (33 IKM), IKM OVOP (20 IKM), dan IKM sandang kerajinan (20 IKM) kepada mitra yang merupakan asosiasi industri, BUMN, retail, hotel, serta perusahaan industri. “Dalam rangka meningkatkan kontribusi IKM pada perekonomian nasional, berbagai pihak harus bersama-sama memberikan dukungan yang solid untuk pengembangan bisnis IKM,” tutur Reni. Pada kesempatan ini, turut mengundang asosiasi industri, BUMN, retail, hotel, serta perusahaan industri sebanyak 97 perusahaan untuk dapat menjajaki dan menjalin kerjasama secara langsung dengan 140 IKM unggulan.
Kemenperin mengharapkan business matching yang diselenggarakan ini menjadi sarana penting untuk membuka akses pasar yang lebih luas dan memperkuat rantai pasok sehingga produk IKM memiliki daya saing yang lebih tinggi. Melalui kegiatan tersebut, Ditjen IKMA ingin memperkenalkan para calon buyer atau mitra kepada para IKM unggulan dari program fasilitasi Ditjen IKMA.
Sekretaris Ditjen IKMA Kemenperin, Riefky Yuswandi menyampaikan, selama tahun 2024 Ditjen IKMA telah aktif menggelar sejumlah kegiatan business matching untuk memperkenalkan IKM binaan unggulan yang potensial kepada sektor dan asosiasi industri terkemuka.
Pada Mei 2024, misalnya, Ditjen IKMA Kemenperin menyelenggarakan Business Matching antara Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) dengan IKM pangan, yang meraih total nilai transaksi potensial sebesar Rp33 miliar. Produk pangan yang banyak diminati oleh anggota HIPPINDO antara lain jenis kategori end product.
Selanjutnya pada Juli, melalui kegiatan Tech Link Startup4industry 2024, juga dilaksanakan business matching antara pelaku startup dalam ekosistem Startup4industry dengan pelaku usaha industri, yang menghasilkan sebanyak 17 MoU, dengan total nilai ekonomi dari MoU tersebut sebesar Rp47 milliar.
Pada Oktober, Ditjen IKMA juga melaksanakan Business Matching DekranasDekranas dalam rangkaian Kegiatan Asta Kriya Nusa 2024, yang mempertemukan antara anggota Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) dan Hippindo dengan 46 pelaku IKM peserta pameran Asta Kriya Nusa 2024. Hasilnya, sebanyak 12 peserta terpilih untuk melakukan display produk di Outlet Uniqlo Senayan City dan Plaza Indonesia. “Masih di bulan Oktober, kami juga menyelenggarakan Business Matching Cosmetic Day 2024, antara HIPPINDO, BRI, Asosiasi Fintech Syariah Indonesia, dan Asosiasi Eksktrak Bahan Alam dan Rempah Indonesia (AIRINDO) dengan 53 IKM peserta Cosmetic Day. Adapun hasilnya berupa enam MoU antara pelaku IKM dan Industri Besar dan sejumlah kerjasama lain yang on progress,” sebut Riefky.
Business Matching Gebyar IKMA 2024 ini diharapkan memperkuat serta mendorong IKM untuk naik kelas. Selain menggelar Business Matching, dalam rangkaian Gebyar IKMA 2024, juga dilaksanakan pameran untuk menampilkan berbagai produk unggulan IKM yang inovatif. Pameran digelar di Food Society dan Mosaic Walk, Mall Kota Kasablanka, Jakarta, pada 12-17 November 2024. (*)