Solusi Terapi Sel dalam Pencegahan Kanker dan Penyakit Degeneratif
Akhir-akhir ini , tren terapi sel semakin populer sebagai salah satu metode inovatif dalam pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit, termasuk kanker dan gangguan degeneratif. Para ahli medis dan praktisi di Indonesia kini mulai memperkenalkan terapi sel, yang dianggap sebagai game changer dalam mengatasi masalah kesehatan terbesar masa depan.
Head Consultant di Celconta Indonesia, Umar Luther, menjelaskan terapi sel, terutama natural killer cell (NK) dan stem cell, menawarkan potensi besar untuk menangani penyakit-penyakit yang sulit disembuhkan, termasuk kanker. “Terapi sel bukan hanya menjanjikan untuk mengatasi kanker, tapi juga dapat membantu mengatasi penyakit-penyakit degeneratif seperti gagal ginjal,” ujar Umar dalam sesi talk show di pameran Medical and Wellness World Tourism Expo 2024 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Peningkatan angka penderita kanker di Indonesia menjadi perhatian serius. Jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu, kini kanker bukan lagi penyakit yang hanya menyerang lansia, namun semakin banyak ditemukan pada usia yang lebih muda.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 1 dari 5 orang akan mengidap kanker dalam hidup mereka. Tren ini semakin mengkhawatirkan karena banyak orang mulai sadar akan risiko kanker yang bisa datang tanpa gejala awal yang jelas.
“Dulu kita sering mendengar kanker menyerang mereka yang berusia 60-80 tahun, tapi kini kita melihat kanker menyerang usia yang lebih muda, bahkan anak-anak muda di usia 30-an. Namun, kabar baik. Dengan kemajuan teknologi, kini kita memiliki metode baru dalam mencegah dan mengobati kanker, salah satunya adalah dengan terapi sel,” ungkap Umar.
Salah satu keuntungan terbesar dari terapi sel adalah kemampuannya dalam memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak atau lemah. NKC (natural killer cells) adalah jenis sel yang berperan dalam memperkuat sistem imun tubuh. Sel ini sangat penting dalam mendeteksi dan membunuh sel-sel abnormal yang berpotensi menjadi kanker. Namun, jumlah NK Cells dalam tubuh seseorang cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Dengan bantuan terapi sel, NK Cells bisa ditambahkan kembali ke dalam tubuh untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penyakit.
Kisah perjalanan beberapa tokoh terkenal Indonesia dalam mengikuti terapi sel juga semakin menginspirasi masyarakat. Feni Rose, seorang pembawa acara televisi, menceritakan pengalamannya yang pertama kali tertarik untuk mengikuti terapi stem cell setelah mendengar cerita sahabatnya, Caren Delano, yang sukses menjalani perawatan ini.
Feni menyampaikan terapi ini tidak hanya memberikan manfaat untuk kesehatan, tetapi juga menjaga penampilan tetap muda dan segar. “Setelah mendengar cerita Caren, saya merasa yakin untuk mencoba terapi sel. Prosesnya pun jelas, kita harus menjalani pemeriksaan terlebih dahulu untuk melihat kondisi sel-sel tubuh kita. Setelah itu baru bisa menjalani terapi sesuai hasil pemeriksaan,” kata Feni.
Sementara itu, Dewi Gita, seorang penyanyi dan aktris Indonesia, memulai perjalanan terapi selnya dengan NKC setelah mendapatkan penjelasan tentang pentingnya imunoterapi untuk menjaga kesehatan tubuh. Dewi juga mengungkapkan bahwa dia sudah melakukan terapi stem cell sejak tahun 1990-an, namun kini semakin tertarik untuk melanjutkan perawatan dengan kombinasi NKC. “Setelah melihat dan menikmati pengalaman stem cell di Celconta di China, dari yang tadinya hanya ingin NK terus jadi lanjut ikut stem cell juga,” Dewi mengungkapkan.
Terapi sel, terutama dengan kombinasi NKC dan stem cell terbukti memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup. Umar Luther menjelaskan bahwa tubuh secara alami menghasilkan NKC, namun jumlahnya berkurang seiring bertambahnya usia atau karena gaya hidup yang tidak sehat.
“Orang yang sehat normalnya memiliki hingga 2 miliar NKC dalam tubuh mereka, namun seiring waktu, jumlah ini akan berkurang. Penurunan NKC ini dapat menjadi salah satu risiko seseorang terkena kanker atau penyakit degeneratif lainnya,” jelas Umar. Dengan adanya terapi sel, tubuh kita dapat dibantu untuk memproduksi kembali NKC yang diperlukan untuk mempertahankan sistem imun yang kuat dan mencegah potensi risiko kanker.
Pada kesempatan yang sama, Umar menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor medis dan industri kesehatan untuk terus mengembangkan teknologi terapi sel ini. Dengan kemajuan teknologi dan pemahaman yang lebih baik, kita bisa memberikan solusi lebih efektif untuk pencegahan kanker dan penyakit lainnya. (*)