Krakakoa: Cokelat Indonesia yang Mendunia Berbasis Pemberdayaan Petani Lokal
Krakakoa telah berkembang menjadi salah satu produsen cokelat lokal Indonesia yang diminati, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di kancah internasional. Merek yang dulunya bernama Kakoa ini didirikan pada 2013, dan pada Oktober 2016 berganti nama menjadi Krakakoa, sebuah nama yang diambil dari Pulau Krakatau di Selat Sunda yang ikonik dan menggambarkan asal-usul cokelat berkualitas dari Indonesia.
Produk Asli Indonesia
Sabrina Mustopo, CEO Krakakoa, yang berlatar belakang bisnis dan kepedulian mendalam terhadap pemberdayaan petani lokal, membawa Krakakoa untuk menembus batas-batas konvensional industri cokelat. “Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa cokelat Krakakoa adalah produk asli Indonesia yang berkualitas dan dibuat dengan penuh dedikasi dari petani hingga ke batangan,” kata Sabrina.
Menurutnya, Krakakoa tidak hanya sekadar menghasilkan cokelat yang enak, tetapi juga menghadirkan cerita dan dampak nyata bagi petani kakao lokal. Dengan pendekatan “farm-to-bar”, Krakakoa berkomitmen mengelola semua proses dari hulu ke hilir secara berkelanjutan, mulai dari penanaman, panen, hingga pengolahan biji kakao menjadi produk akhir.
Sebagai CEO, Sabrina mendorong Krakakoa untuk membangun sistem yang transparan, adil, dan beretika dalam bekerjasama dengan petani, memberi mereka pelatihan intensif serta dukungan harga yang melebihi standar harga pasar kakao pada umumnya.
“Kami membayar petani lebih dari harga minimum fairtrade untuk setiap panen mereka. Dengan demikian, mereka memiliki insentif untuk meningkatkan kualitas kakao yang diproduksi dan pada saat yang sama meningkatkan kesejahteraan mereka,” ungkapnya.
Krakakoa pun mendampingi petani melalui kemitraan langsung dan kolaborasi dengan organisasi non-pemerintah seperti SwissContact, yang membantu melatih sekitar seribu petani kakao di daerah sensitif di sekitar Taman Nasional di Lampung, Sumatera, dan Sulawesi Barat. Para petani ini dibekali keterampilan dalam teknik pertanian organik, manajemen penyakit tanaman, fermentasi biji kakao, serta pentingnya konservasi.
Dengan membekali petani dengan keterampilan dan alat yang mereka butuhkan, Krakakoa memastikan kualitas dan keberlanjutan yang dapat diandalkan dalam rantai pasokan kakao mereka.
Kualitas cokelat Krakakoa terbukti di kancah internasional. Mereka menjadi produsen cokelat Indonesia pertama yang memenangi penghargaan di kompetisi Academy of Chocolate Awards di Inggris tahun 2017. Pada ajang bergengsi ini, Krakakoa berhasil meraih total enam medali, termasuk Silver Award untuk kemasan edisi terbatasnya dan beberapa medali untuk kategori Tree to Bar dan Flavoured Milk Chocolate Bar.
“Penghargaan ini memberikan kebanggaan bagi kami, tetapi yang lebih penting, ini juga menjadi bukti bahwa produk cokelat Indonesia dapat bersaing dengan produk global lainnya,” Sabrina menegaskan. Penghargaan yang diraih Krakakoa telah meningkatkan keingintahuan konsumen, baik domestik maupun internasional, yang akhirnya mendukung pertumbuhan perusahaan.
Taklukkan Pasar Internasional
Dengan permintaan produk berkualitas yang semakin tinggi, Krakakoa kini juga menjual produknya di berbagai pasar internasional, termasuk Belgia dan Singapura. Menurut Sabrina, meskipun Belgia terkenal sebagai “negara cokelat”, mereka sebenarnya tidak memiliki kebun kakao. Biji kakao yang diproduksi di Belgia sebagian besar berasal dari Afrika atau Asia Tenggara, dan keberhasilan Belgia dalam industri ini terletak pada proses manufaktur yang menyentuh emosi konsumen.
“Kami belajar dari Belgia bahwa hubungan emosional yang kuat dengan produk sangat penting, dan kami berusaha menciptakan hubungan serupa antara konsumen kami dan produk cokelat dari tanah Indonesia,” katanya. Ia percaya bahwa produk Krakakoa yang diciptakan dengan penuh perhatian pada keberlanjutan dan keterlibatan sosial mampu menciptakan koneksi mendalam bagi konsumen yang menghargai cerita di balik setiap produk.
Sebagai bagian dari strateginya untuk memperluas pasar, Krakakoa saat ini fokus pada ritel dan konsumen yang peduli dengan isu lingkungan. Selain itu, promosi berbasis realitas di lapangan menjadi salah satu pendekatan Krakakoa untuk segmen B2B.
“Kami menceritakan realitas yang dihadapi petani dan bagaimana kami membantu mereka melalui produk yang kami jual. Bagi segmen B2B, komunikasi ini penting untuk menunjukkan dampak yang bisa diberikan melalui kolaborasi,” Sabrina menjelaskan.
Selain ritel di Indonesia, Krakakoa juga memperluas jangkauannya melalui mitra-mitra ritel di luar negeri yang semakin memberikan kontribusi bagi pertumbuhan bisnis.
Dalam hal strategi penjualan, Krakakoa masih bertumpu pada saluran offline sebagai sumber pendapatan terbesar, sementara e-commerce juga mulai diperluas sebagai pendukung penjualan. Dengan keberadaan pusat produksi di Bali dan berbagai mitra ritel seperti The Foodhall, Grand Lucky, dan Ranch Market di Jakarta, Krakakoa telah menjangkau konsumen di kota-kota besar Indonesia.
Menurut Sabrina, sekitar 80% penjualan Krakakoa berasal dari retail offline. Di situ, pihaknya dapat berinteraksi langsung dengan konsumen dan memberikan pengalaman produk yang lebih personal.
Tidak hanya mengandalkan pasar domestik, Krakakoa memulai ekspor pada 2016-2017, dengan Singapura sebagai tujuan pertama. Saat ini, sekitar 20% dari total penjualan Krakakoa berasal dari ekspor, dan Eropa merupakan pasar yang potensial. “Eropa sangat peduli dengan keberlanjutan, dan ini adalah isu yang sangat relevan bagi Krakakoa,” ungkap Sabrina.
Ia menambahkan, pasar Eropa memberikan kesempatan besar bagi Krakakoa untuk memperluas jaringan konsumennya. Terutama karena konsumen di sana sangat menghargai kualitas kakao dari Lampung dan Sulawesi, pusat utama mitra petani Krakakoa.
Menjaga Rantai Nilai
Menjaga rantai nilai (value chain) tetap terintegrasi menjadi salah satu keunggulan Krakakoa di tengah persaingan yang semakin ketat. Di Indonesia, banyak produk cokelat bermunculan, tapi kualitas produk Krakakoa yang tetap terjaga sejak dari biji kakao hingga produk akhir menjadi ciri khas yang membedakannya.
Sabrina memastikan bahwa Krakakoa memiliki kontrol penuh atas setiap tahap dalam rantai produksi, mulai dari fermentasi biji kakao hingga proses penjemuran. “Kami ingin konsumen tahu bahwa setiap gigitan cokelat Krakakoa adalah representasi dari kerja keras petani dan kualitas yang terjaga dengan baik,” katanya tandas.
Ia juga melihat tren konsumsi cokelat di Indonesia yang terus meningkat, terutama dengan munculnya berbagai jenis cokelat berkualitas lokal. Bagi Krakakoa, ini adalah peluang untuk terus menciptakan inovasi produk yang relevan dengan tren pasar, termasuk tren sehat dan berkelanjutan.
Selain cokelat batangan, Krakakoa juga meluncurkan produk best seller mereka, seperti 100% Cacao Dark Chocolate dari kakao Sumatera dan Blinkies, yang memadukan manis dan asin dengan kacang panggang dan karamel yang dilapisi cokelat susu.
“Kami selalu mencoba menggabungkan citarasa dan cerita yang unik di setiap produk, agar konsumen dapat merasakan sesuatu yang berbeda dari cokelat Krakakoa,” katanya.
Dari sisi keberlanjutan, Krakakoa bekerja untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi ekosistem kakao di Indonesia, terutama dengan terus bermitra dengan petani di Lampung dan Sulawesi. Meski kerjasama dengan SwissContact telah berakhir, Krakakoa tetap menjalankan program pelatihan secara mandiri, menunjukkan komitmen jangka panjang perusahaan terhadap keberlanjutan.
Keberhasilan Krakakoa tidak hanya diukur dari penjualan dan penghargaan, tetapi juga dari dampak positif yang dapat mereka berikan kepada kehidupan petani kakao. “Kami percaya bahwa keberhasilan bisnis tidak hanya dinilai dari keuntungan, tetapi juga dari seberapa besar dampak yang dapat diberikan pada masyarakat sekitar,” katanya.
Melihat masa depan, Sabrina memiliki visi yang optimistis untuk Krakakoa. Fokus utamanya ialah memperluas pasar ekspor di Eropa, terutama dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya produk yang berkelanjutan. Selain itu, Krakakoa berencana memperkenalkan lebih banyak inovasi produk yang terinspirasi dari citarasa Indonesia, agar dapat diterima oleh konsumen global.
“Kami ingin Krakakoa menjadi simbol kebanggaan Indonesia di dunia cokelat, bahwa cokelat kita memiliki kualitas dan cerita yang tak kalah dengan negara-negara lain yang lebih dulu dikenal sebagai produsen cokelat,” tutup Sabrina dengan penuh keyakinan. (*)