Entrepreneur

Dari Pelanggan, Kini Yantje Wongso Jadi Juragan Air Minum Biru

Aktivitas di Air Minum Baru (Istimewa)

Bermula dari mengelola bisnis kuliner keluarga, yaitu rumah makan ayam goreng, Ir. Yantje Wongso, MBA, terinspirasi merambah usaha depo air isi ulang. Pria lulusan S-1 Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung ini tidak menyangka bisnis depo air ini berkembang pesat dan kini sudah memiliki 763 gerai yang tersebar di 14 provinsi dan 45 kota/kabupaten di Indonesia. Lokasinya tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Bali.

Ozonisasi

“Saat itu RM Ayam Goreng Sriwijaya di Surabaya milik keluarga kami kehabisan air karena PDAM-nya mati. Dari situlah saya baru mengetahui ada konsep air minum isi ulang, di mana orang bisa beli air galon dengan membawa galon sendiri dan harganya murah sekali. Lalu, saya pelajari kekurangan dan kelebihan bisnis depo air dalam hal kualitas bahan baku, proses pembersihan galon dan tutupnya, harga, hingga pelayanannya,” Yantje, yang menyandang gelar MBA dari sebuah universitas di Amerika Serikat, ini menjelaskan.

Bagi Yantje, konsep bisnis air minum isi ulang ini menarik sekali. Pasalnya, saat itu (tahun 2002), dengan harga per galon Rp 2.500, itu artinya hanyalah sepertiga dari harga air minum dalam kemasan (AMDK) galon yang diproduksi pabrik ternama. Jelas, ini potensi yang menjanjikan mengingat air minum adalah kebutuhan banyak orang. Lalu, dia teringat, saat kuliah di AS, dia melihat masyarakat di negara maju itu terbiasa minum air keran yang telah teruji layak minum dan higienis.

Kemudian, Yantje mempelajari dan melakukan riset bagaimana agar air galon isi ulang ini memiliki kualitas bagus. Dari apa yang dia pelajari, akhirnya dia menemukan kunci proses air dari pabrikan itu adalah ozonisasi.

“Itu studi saya tahun 2002. Selanjutnya, saya fokus bagaimana ozonisasi ini bisa diterapkan di bisnis depo air yang baru mulai ini, sehingga bisa menghasilkan kualitas yang sama dengan pabrikan,” ungkap pehobi jalan sehat, belajar (baca buku, menyimak media audiovisual, mengikuti workshop dan seminar, dll.), investasi, serta pengembangan properti itu.

Yantje juga memperhatikan sisi pelayanan. Dia ingin orang membeli air galon isi ulang ini dengan nyaman. Misalnya, tempat parkir luas, sehingga orang datang dengan mobil bisa parkir. Pelayannya pun membantu untuk memasukkan air galon ke dalam mobil pembeli dan tidak meminta uang tip.

Jadi, sebetulnya pengalaman pribadi Yantje sebagai pelanggan air isi ulang itulah yang kemudian jadi cikal bakal konsep dan realisasi pengembangan bisnis depo air yang dia beri nama Air Minum Biru. Secara resmi depo di bawah payung PT Biru Semesta Abadi ini diluncurkan tahun 2002 dengan modal awal Rp 125 juta.

Experience Marketing

Untuk mengedukasi target pasar agar mau mengonsumsi Air Minum Biru, Yantje memberikan kupon promosi gratis, diskon, kemudian hadiah coba dulu atau experience marketing.

“Saya sadar bahwa air minum merupakah kebutuhan, tapi setiap rumah pasti sudah punya air, jadi sifatnya tidak mendesak. Makanya, kadang ada orang yang sudah lewat 10 kali depan Depo Air Minum Biru, tidak membeli walaupun sudah diberi kupon gratis. Namun, setelah mereka disuruh mencoba langsung, barulah merasakan dan menyadari kualitas airnya ternyata segar,” ungkap CEO & Founder PT Biru Semesta Abadi itu.

Dengan konsep yang matang, bisnis Air Minum Biru menunjukkan tren peningkatan penjualan. Yantje memberikan keyakinan kepada pelanggan dari sisi persepsi kualitas, yaitu dengan gerai yang rapi dan bersih, pegawai yang memakai seragam, dan lokasi yang strategis. Sehingga, orang percaya bahwa Air Minum Biru memiliki kualitas yang bagus.

Di awal-awal buka, omzet naik 20% tiap bulan. Misalnya, dari 10 galon di bulan ini, lalu meningkat jadi 12 galon pada bulan berikutnya.

Dengan harga Rp 6.000-9.000 per galon (tergantung pada lokasi daerah), Air Minum Biru membidik semua segmen pasar. Menurut Yantje, pelanggannya bisa dilihat dari jenis alat transportasi yang parkir di depan depo, mulai dari becak, motor, hingga mobil.

Untuk mengembangkan gerai Air Minum Biru, Yantje memberlakukan sistem kerjasama franchise pada 2006, atau empat tahun setelah berdiri usaha deponya. Saat ini dia memiliki 285 mitra dengan pola waralaba.

“Saat awal menerapkan pola franchise itu, saya sudah punya tiga cabang dan adik saya satu cabang di Jakarta yang dijadikan pilot project franchise,” kata Yantje. Dia menggunakan jasa konsultan franchise dalam mengembangkan bisnis waralaba Air Minum Biru. Dia juga mulai masuk ke organisasi franchise dan aktif mengikuti event pameran waralaba, sehingga bisa bertemu dengan calon franchisee yang menjadi mitra bisnisnya.

Di awal peluncuran franchise tahun 2006, nilai investasinya sekitar Rp 300 juta. Adapun saat ini meningkat ke kisaran Rp 584,53 juta belum termasuk lokasi dan renovasi bangunan dengan jangka waktu waralaba 10 tahun.

Tantangan

Prospek bisnis depo air minum diyakini Yantje tidak hanya menyegarkan, tapi juga menantang. Sebab, dinamikanya luar biasa.

“Depo Air Minum Biru adalah usaha saya satu-satunya. Ini rahmat yang besar dari Tuhan. Kami jualan air minum yang dibutuhkan masyarakat. Bisa dikatakan air minum isi ulang ini mempunyai kontribusi besar sekali terhadap masyarakat. Sebab, tahun 2004 berkembang wacana usaha air minum isi ulang akan dijadikan ilegal atau legal. Tapi, pada akhirnya pemerintah memutuskan ini menjadi legal karena memang dibutuhkan masyarakat,” Yantje menerangkan.

Tantangan bisnis Air Minum Biru, sebagaimana dituturkan Yantje, ialah bagaimana percepatan untuk pertumbuhan karena bisnis ini membutuhkan modal besar dan berorientasi jangka panjang. “Saya kira tidak ada pabrik yang didirikan hanya untuk balik modal dalam setahun atau dua tahun. Itu tidak mungkin, karena mereka perlu membangun infrastruktur, perlu permesinan yang mumpuni, dan biaya sewa properti,” katanya menegaskan.

Dan, tantangan terberat bagi Yantje ialah mengedukasi masyarakat bahwa ada bisnis air minum yang kualitasnya terbaik, tapi harganya cuma sepertiganya. Setahun belakangan, dia gencar mempromosikan slogan citra “Biru Pilihan Baru”, dan kampanye pemasaran tersebut akan berlanjut di tahun 2025. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved