Jumlah Pelanggan PLTS Pada 2018-Oktober 2024 Naik 16 Kali Lipat
Permintaan sistem panel surya atau pembangkit listrik tenaga surya atap di rumah (PLTS Atap) terus meningkat di Indonesia. Besaran kuota yang ditetapkan mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tahun ini, misalnya, kuota PLTS atap ditetapkan sebesar 901 MW. Pada 2025, kuotanya ditingkatkan menjadi 1.004 MW dan 1.065 MW di 2026. Pemerintah kian gencar melakukan sosialisasi regulasi terbaru Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2 Tahun 2024 yang mengatur pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terhubung ke jaringan listrik atau on grid. Pada peraturan terbaru, salah satu substansi pendaftaran dibuka setiap Januari dan Juli setiap tahunnya kepada calon pelanggan yang ingin memasang PLTS atap on grid.
Rahmi Handayani, Vice President of Sales PT PLN (Persero), mengatakan jumlah pelanggan PLTS terus mengalami peningkatan. Jumlahnya di 2023 mencapai 8.491 pelanggan. Sedangkan, jumlah pelanggan PLTS di Oktober 2024 sebanyak 9.632 pelanggan. Tren pengguna PLTS kian melonjak dari tahun ke tahun. Sebab, jumlah pelanggan PLTS sejak 2018 hingga saat ini naik sekitar 16 kali lipat. Pada periode ini, kapasitas terpasang PLTS melonjak sebanyak 142 kali lipat.
Rahmi menyampaikan peluang PLTS sangat terbuka lebar lantaran regulator menerbitkan peraturan terkait. “Kami sangat terbuka, silahkan sebanyak-banyaknya pelanggan kalau mau memasang PLTS, baik untuk di rumah, kantor ataupun industri,” kata Rahmi seperti ditulis swa.co.id di Jakarta, Selasa (26/11/2024).
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), Mada Ayu Habsari, menyampaikan saat ini pelanggan PLTS didominasi sektor industri (90%) dan rumah tangga (10%). Karena pelanggan rumah tangga di siang hari tidak banyak menggunakan energi listrik berbeda dengan konsumen dari segmen industri yang 100% dayanya digunakan di siang hari,sehingga penggunaan PLTS atap menjadi tinggi manfaatnya.
Mada mengatakan mayoritas pelanggan PLTS untuk rumah tangga berasal di perumahan menengah ke atas karena konsumen di segmen ini sanggup melakukan pendanaan untuk pemasangan PLTS. AESI gencar mengedukasi dan mengkampanyekan PLTS ini adalah mudah, murah, dan aman. Dampaknya pun sudah mulai terlihat para calon pengguna semakin bertambah.
Karena bagi orang-orang menengah keatas mereka ingin ganti lifestyle dengan menggunakan PLTS di rumahnya mereka merasa society of green energy. Bahkan AESI sedang mencoba berdiskusi dengan beberapa developer agar PLTS digunakan sebagai salah satu solusi energi hijau di proyek perumahan yang sedang mereka kembangkan seperti Summarecon Group dan Sinarmas Group yang sudah mulai menggunakan PLTS.
Jadi jika membeli rumah sudah terintregrasi PLTS, sehingga investadi untuk PLTS sudah dicicil setiap bulannya berbarengan pembayaran cicilan tiap bulan dan tidak memberatkan. “Meskipun penggunaan PLTS di rumah tangga kurang maksimal pemakaiannya, karena disiang hari seringkali rumah tersebut kosong kerena pemilik rumah pergi ke kantor atau sekolah (beraktifitas diluar rumah) sehingga penggunaannya lebih banyak dimalam hari,” katanya.
Eddie Widiono, Komisaris ATW Solar, mengemukakan tantangan terbesar untuk merealisasikan PLTS Atap antara lain dari sisi pendanaan, SDM dan excess capacity. Sebagai bentuk komitmen ATW Solar dalam menyebarkan manfaat dari penggunaan energi terbarukan khususnya panel surya, ATW Solar akan terus melakukan kerjasama yang baik dengan end user, memberi mereka edukasi, membantu mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kuota, pendaftaran dan sebagainya. Sejak didirikan tahun 2017, ATW Solar fokus mempeluas pemasangan sistem panel surya di seluruh Indonesia sebagai energi terbarukan. (*)