Hilirisasi Tangkapan Laut, Pertamina Melatih Warga Pulau Sabira Mengolah Ikan Selar
Kilat-kilat cemerlang sesekali menyilaukan pandangan. Kilatan berasal dari sinar matahari pagi yang terpantul dari peralatan dapur yang baru. Di atas wajan, panci, dan pinggan, tangan-tangan para ibu bergerak lincah dan cekatan. Memotong, menggiling bumbu, meracik rempah, menggoreng, dan mengemas makanan hasil tangkapan laut. Tinggal di sebuah pulau seluas 8 hektar berjarak lebih dari 100 kilometer dari bibir pantai Jakarta Utara merupakan tantangan sekaligus anugerah bagi warga Pulau Sabira, Kepulauan Seribu. Mereka dianugerahi hasil laut yang melimpah, di antaranya ikan selar.
Namun, sering kali ikan selar yang nelayan Sabira tangkap hanya diolah menjadi ikan asin atau dijual ke tengkulak dengan harga yang rendah. Terlebih, tak banyak pilihan moda transportasi bagi warga Pulau Sabira untuk menjual ikan selar dan hasil laut mereka ke pulau-pulau tetangga atau ke pusat kota Jakarta.
Masyarakat Pulau Sabira sadar mereka harus mampu memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Mareka membentuk perkumpulan, salah satunya Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Ikan Asin Selar. Melalui kelompok itu, mereka berdiskusi dan mencari cara untuk mengolah hasil tangkapan laut dan menambah pendapatan.
Hingga akhir tahun 2023, angin segar berhembus lantaran adanya program Pendekar Sabira, inisiatif yang digagas PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES). Program ini bertujuan untuk memberdayakan kelompok perempuan di Pulau Sabira, terutama dalam mengolah dan memasarkan produk ikan dan hasil laut.
Pada pertengahan Oktober 2024, PHE OSES mengadakan pelatihan bagi 12 anggota POKLAHSAR Ikan Asin Selar untuk belajar tentang diversifikasi produk. Ahli dari Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kementerian Kelautan dan Perikanan didapuk sebagai narasumber dan pelatih.
Peserta pelatihan tidak hanya diajari cara mengolah hasil tangkapan laut menjadi produk baru seperti Krispi Selar, Chips Selar, Siput Selar, dan Sambal Selar, tapi juga diajak untuk memahami teknik pengemasan yang dapat memperpanjang usia produk dan membuatnya lebih menarik di pasar.
Dengan senyum lebar, anggota kelompok praktik memasak membuat produk dengan peralatan dapur baru yang diberikan PHE OSES. Setiap produk yang mereka buat menjadi wujud nyata dari tekad untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi keluarga dan komunitas mereka.
"Dari pelatihan ini tentunya kami di program Poklahsar mendapatkan banyak ilmu, terutama dalam pengolahan ikan yang ternyata bisa menjadi berbagai macam produk yang bervariasi. Ke depannya , tamu-tamu yang berkunjung ke Sabira oleh-olehnya tidak hanya ikan asin. Makanan olahan seperti Sambal Selar , Krispi Selar, Chips Selar juga bisa menjadi pilhan, " ungkap Bunga, peserta pelatihan diversifikasi sekaligus Ketua Poklahsar Ikan Asin Selar pada keterangannya di Selasa (26/11/2024).
Dia mengapresiasi PHE OSES yang telah mendukung kami sejak awal, mulai dari mendampingi, memfasilitasi pelatihan dengan mengundang pelatih yang kompeten, serta dukungan peralatan memasak untuk kegiatan produksi ke depannya.
Indra Darmawan, Head of Comrel & CID PHE OSES mengungkapkan komitmen perusahaan dalam mendampingi dan berkolaborasi dengan POKLAHSAR Ikan Asin Selar “Melalui pelatihan diversifikasi produk dalam program Pendekar Sabira, kami berharap hasil laut yang selama ini menjadi potensi utama Pulau Sabira bisa diolah secara kreatif, sehingga menjadi produk dengan nilai tambah yang tinggi. Hal ini sejalan dengan visi kami untuk mendorong kemandirian masyarakat melalui inovasi dan kolaborasi,” tuturnya
Suryanti, pelatih dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang membimbing pelatihan kali ini juga melihat kegiatan ini sebagai langkah yang positif. “Pelatihan ini membawa mereka pada suatu tujuan besar: membuktikan bahwa hasil tangkapan laut Pulau Sabira tak hanya dapat menghidupi mereka, tapi juga mampu bersaing di pasar yang lebih luas,” tutur Suryani.
Di tengah terpaan angin laut dan ombak besar yang kerap kali mengisolasi Pulau Sabira dari dunia luar, warga terus berupaya menghidupi dan memajukan diri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekeliling mereka. Mereka tak sekadar hidup dari laut, tapi hidup bersama laut, menjaga dan mengolahnya, menyatu dengan alunan ombak yang senantiasa membawa cerita dan rezeki.(*)