Industri Kendaraan Lstrik (EV) Menggeliat, FAST Kembangkan Fire Safety
Industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) menunjukkan tren peningkatan lantaran jumlah pengguna EV, ataupun manufaktur EV beserta industri pendukungnya pun mulai menjamur di Indonesia. Komponen vital pada EV adalah sumber energinya yakni berasal dari baterai Lithium. Sedangkan salah satu bahan baku utama dari baterai Lithium yang paling umum digunakan adalah Nikel.
Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Jadi wajar bila Indonesia memiliki harapan tinggi untuk menjadi leading sector pada industri EV, baik di ranah domestik maupun internasional.
Hanya saja, potensi resiko dari industri EV ini pun rasanya perlu mendapat perhatian khusus dari Pemerintah maupun Stakeholder terkait, khususnya dari faktor keamanan dan keselamatan pengguna serta dampaknya terhadap lingkungan.
Chief Executive Officer PT Famindo Alfa Spektrum Teknologi (FAST), Willy Hadiwidjaja menuturkan harus terus konsisten mengawal keamanan ekosistem industri kendaraan listrik (EV), sekarang EV menjadi primadona bukan hanya di Indonesia tapi juga dunia.
Apalagi Indonesia dengan cadangan nikel terbesar di dunia, bisa menjadi kekuatan untuk kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Kita jangan hanya menjadi penonton dan akhirnya negara lain yang menikmati keuntungan atas sumber daya alam yang kita begitu melimpah,” katanya dalam siaran pers yang diterima swa.co.id, di Jakara, Kamis (28/11/2024).
Willy menyampaikan revolusi industri mengarah kepada eletrifikasi dengan harapan Indonesia bisa mencapai net zero emission pada 2060. Presiden Prabowo Subianto optimistis target itu tercapai lebih cepat di 2050.
Tentunya itu bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan ditambah lagi dengan berbagai tantangan yang harus kita hadapi ketika berbicara tentang revolusi industri yang mana pasti akan dibarengi dengan potensi risiko yang wajib kita waspadai.
Menurut Willy, risiko krusial yang hingga hari ini dihadapi setiap industri EV di seluruh dunia hampir sama yaitu banyaknya tragedi kebakaran ekstrim yang terjadi di mana-mana. Hal ini disebabkan oleh thermal-weight dari baterai lithium yang memiliki karakter berbeda dari api biasa dan sangat mustahil untuk dipadamkan dengan APAR konvensional.
Contohnya kasus kebakaran yang terjadi pada sebuah mobil Mercedes-Benz di Korea Selatan belum lama ini, menghanguskan satu area parkir basement yang menyebabkan kerusakan parah hingga 142 unit.
Technical Director FAST, Franky Affandy, menjelaskan terkait fire safety, PT FAST fungsinya tidak hanya di APAR tapi juga mengembangkan ke produk-produk yang lainnya dan berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lainnya untuk memastikan safety pada EV. “Kami sadar APAR saja tidak cukup. Karena APAR sifatnya kalau ada api, baru kita padamkan,” katanya.
FAST terus berinovasi yang mengkreaskan teknologi terbaru berkonsep APAR pasif yang mampu memadamkan api secara mandiri tanpa harus ada operator untuk menembakkan APAR manual pada umumnya. Produk ini (G-TECH) berupa cairan kental menyerupai gel yang penggunaannya cukup diletakkan dalam kompartemen baterai. Apabila baterai terjadi penyalaan api dan suhu melonjak sampai melampaui 120 derajat celcius, maka lapisan kemasan gel akan pecah dan gel tersebut akan membanjiri baterai dan api dapat padam secara mandiri tanpa perlu adanya intervensi manual dari manusia.
Diakuinya untuk membuat EV itu lebih safety, FAST memiliki 3 core values yaitu Predictive, Preventive dan Protective (3P) untuk memitigasi risiko. “Kami bekerja terus dan menemukan 3 produk itu ada BALLISTIC untuk Predictive, G-TECH untuk Preventive dan Power TechShield untuk Protective,” ujarnya. (*)