Business Update

Laporan dari Singapura Waste4Change Menyiapkan Ekspansi dan Diapresiasi oleh DBS Foundation

Suasana penyerahan plakat pemenang dari DBS Foundation kepada CEO dan Founder Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano (kanan) di Pasir Panjang, Singapura pada Senin (11/11/2024). (Foto Nadia K. Putri/SWA)

Waste4Change, perusahaan rintisan (startup) pengelolaan sampah yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat, menjabarkan sejumlah rencana ekspansi dan diversifikasi bisnis guna mencapai profitabilitas pada periode mendatang. Rencananya, Waste4Change memperkuat bisnis jasa konsultasi dan edukasi jasa pengangkutan dan pengolahan sampah, jasa penyediaan teknologi, dan jasa daur ulang. Hal ini disampaikan Founder dan CEO Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano di DBS Foundation: Impact Beyond Summit 2024 di Singapura, Senin (11/11/2024).

Waste4Change merupakan salah satu pemenang dana hibah DBS Foundation. DBS Foundation menyalurkan dana hibah senilai SGD$1 juta kepada setiap delegasi yang berasal dari berbagai negara. Perwakilan Indonesia yang meraih dana hibah tersebut adalah Waste4Change dan Du Anyam, wirausaha sosial yang memproduksi anyaman siap ekspor dan memberdayakan perempuan di kawasan Indonesia Timur. Sebelumnya, Waste4Change telah menerima dana hibah dari bank pembangunan Singapura itu pada tahun 2021.

Berbicara ekspansi, manajemen Waste4Change optimistis rencana ini bakal berdampak untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Sano, sapaan akrabnya Mohamad, menyampaikan Waste4Change memperkokoh fondasi perusahaan untuk menyokong ekspansi itu. “Untuk bisa ekspansi, untuk melompat lebih tinggi, fondasinya harus diperkuat. Fondasi ini antara lain menyiapkan sumber daya manusia, resources, pendanaan dan lain-lain,” ujar Sano kepada swa.co.id di Pasir Panjang, Singapura seperti ditulis pada Jumat (29/11/2024).

Pendapatan dari lini bisnis jasa pengangkutan dan pengolahan sampah menjadi kontributor terbesar terhadap total pendapatan Waste4Change. Layanan dari perusahaan startup ini bersumber dari pelanggan individu dan perusahaan (business to business). Untuk layanan individu, misalnya, Waste4Change melayani pengangkutan dan pengolahan sampah di kawasan perumahan. Oh iya, jumlah total sampah yang dikelola oleh Waste4Change sekitar 18 ribu ton setiap tahun.

Bergeser ke lini bisnis jasa konsultasi, edukasi dan pelatihan. Waste4Change memiliki anak perusahaan yang mengelola lini bisnis ini. Rencananya, manajemen Waste4Change sedang menjajaki layanan anak perusahaan ini diperkenalkan ke calon konsumen di luar negeri dan menggalang dana dari investor.“Kami sedang mencari investor atau mitra yang mau berinvestasi supaya perusahaan konsultasi ini jauh lebih besar lagi dan mencapai wilayah yang lebih banyak lagi. Visinya adalah global south countries,” tegas Sano.

“Kami akan membuat profitability flywheel, di mana bisnis unit yang satu bisa berpengaruh kepada pendapatan bisnis unit yang lainnya. Ini yang sedang kami perkuat,” lanjutnya.

Merujuk situs resmi Waste4Change, di dalam bisnis jasa pengangkutan dan pengolahan sampah, terdapat layanan pelatihan, pengembangan komunitas, riset untuk pengelolaan sampah, hingga layanan lainnya. Sano mencermati beragam tantangan mengatasi masalah sampah di Indonesia, antara lain regulasi dan perilaku masyarakat dalam memilah sampah. “Sampah di Indonesia cenderung tercampur karena tidak ada penegakan hukum. Regulasinya mewajibkan setiap orang memilah sampah. Memilah sampah yang tercampur itu menyita waktu dan tenaga yang lebih banyak, serta biaya lebih tinggi,” ujar Sano. Untuk mengatasi tantangan ini, Sano dan timnya mengembangkan teknologi penyortiran sampah agar pemilahan sampah lebih efektif dan efisien.

Sano mengamati tren positif masyarakat yang peduli dengan isu sampah walau jumlahnya relatif rendah jika dibandingkan jumlah total penduduk Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Juni 2024, jumlah total penduduk Indonesia mencapai 281,60 juta jiwa.

Untuk memuluskan misi edukasi isu sampah, Waste4Change menjalin kolaborasi dan kemitraan dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, akademisi, komunitas, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, hingga media. “Dua kata kunci. Targetnya, kami akan membantu pemerintah lebih paham dan lebih bisa menegakkan hukum. Kerja sama dengan akademisi supaya advokasinya berbasis ilmiah, dan kerja sama dengan tiga parameter lain untuk saling memperkuat,” tegasnya.

Waste4Change menawarkan 10% hingga 20% saham perusahaan kepada calon investor strategis untuk mendukung ekspansinya ke sejumlah negara berkembang.“Jadi yang 20% itu spesifik untuk satu unit bisnis jasa konsultasi,” tutur Sano. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved