Hilirisasi Nikel, Investasi di Indonesia Weda Bay Industrial Park Ditargetkan US$8 Miliar di 2025
Kementerian Perindustrian terus berfokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri, termasuk hilirisasi berbasis hasil tambang. Hal ini sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang kelima, yakni melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri.
Hilirisasi tambang, di antaranya untuk komoditas nikel, tembaga, dan bauksit, merupakan salah satu kelompok industri prioritas pengungkit pertumbuhan ekonomi. Potensi produk domestik bruto (PDB) dari hilirisasi komoditas nikel dapat mencapai US$14,2 juta, dengan potensi penyerapan tenaga kerja sebesar 169 ribu orang, pontensi investasi hingga US$42,5 juta, serta potensi ekspor mencapai US$32,1 juta.
“Hilirisasi industri berbasis tambang juga mendukung ekosistem kendaraan listrik (EV). Kawasan industri berbasis nikel yang kami kunjungi hari ini ditargetkan beroperasi secara terintegrasi mulai dari mulut tambang hingga menjadi produk baterai listrik,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada siaran pers saat melakukan kunjungan ke Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), Halmahera Tengah, Maluku Utara, Kamis (28/11/2024).
Agus meninjau persiapan groundbreaking tiga proyek yang dibangun di kawasan industri IWIP dengan total nilai sekitar US$2 Miliar, yaitu pabrik Battery Cell untuk EV dan Energy Storage System (ESS) PT REPT BATTERO, pabrik perakitan e-dump truck PT Qingtuo Automotive Manufacturing Indonesia, serta industri electrolytic aluminum PT Kemajuan Alumina Industry.
PT REPT BATTERO akan memiliki kapasitas produksi battery cell mencapai 20 GWh per tahun dan electrode sekitar 995 juta meter per tahun, dengan total investasi sekitar US$730 miliar. Pabrik ini ditargetkan beroperasi dengan kapasitas penuh pada 2027.
Perusahaan selanjutnya, PT Qingtuo Automotive Manufacturing Indonesia akan memproduksi kendaraan transportasi energi baru, mesin konstruksi, charging and replacing equipment, serta supporting parts and equipment, dengan total investasi mencapai US$693 juta, terdiri dari US$33 juta untuk pabrik dan US$660 juta investasi untuk battery project. Pabrik ini ditargetkan selesai dibangun dan bisa beroperasi pada Desember 2025.
Penggunaan e-dump truck di area pertambangan merupakan langkah untuk mengurangi emisi karbon. Kemudian, PT Kemajuan Alumina Industry ditargetkan memproduksi electrolytic aluminum dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dan nilai investasi mencapai US$655 juta.
Selain itu, Menperin meninjau industri yang akan melakukan ekspor produk perdana berupa produk hilir Precursor Nickel Cobalt Manganese Hydroxide, yaitu PT Huaneng New Material yang berkapasitas produksi 50.000 ton per tahun. Ini akan menjadi ekspor precursor pertama dari Indonesia.
“Tujuan kunjungan kami adalah untuk melihat kesiapan groundbreaking terhadap tiga proyek baru PT IWIP serta pelepasan ekspor precursor yang diharapkan bisa diresmikan pada awal tahun 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto,” jelas Menperin.
Groundbreaking tiga proyek senilai total US$2 miliar tersebut merupakan bagian dari rencana tambahan investasi di IWIP tahun 2025, dengan total investasi senilai US$8 miliar. Dana sebesar US$5 miliar diinvestasikan untuk pengembangan industri baterai dan Smelter HPAL. Selain pembangunan Qingtuo Automotive Manufacturing Indonesia dan REPT BATTERO, berencana membangun hilirisasi baterai PT XCMG Indonesia Manufacturing, serta pembangunan pabrik Smelter HPAL baru untuk PT Guang Ching Nickel Cobalt dan PT Blue Sparkling Energy yang saat ini sudah tahap konstruksi.
Selanjutnya, investasi sebesar US$2 miliar untuk menerapkan prinsip energi hijau serta memperbaiki bauran energi di kawasan industri tersebut, PT IWIP membangun pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga bayu, masing-masing dengan kapasitas 2 Gigawatt dan 800 Megawatt yang konstruksinya ditargetkan selesai pada 2026.
Kemudian, pembangunan industri electrolytic aluminum PT. Kemajuan Aluminium Industry dan PT. Pioneer Aluminium Industry sebesar US$1 miliar dengan target selesai konstruksi pada 1 Oktober 2025. Presiden Direktur IWIP, Xiang Binghe, menjelaskan, tambahan investasi senilai US$8 Miliar tersebut diprediksi meningkatkan tambahan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar kurang lebih 1%
Kawasan industri IWIP dilengkapi dengan fasilitas meliputi bandar udara seluas 2.200 meter persegi, power plant, serta pelabuhan khusus. Hingga tahun 2024 ini, dari komitmen investasi sebesar US$20 miliar, telah direalisasikan sekitar US$15 miliar. PT IWIP telah menyerap tenaga kerja sejumlah 81.000 orang dari target penyerapan sebesar 100.000 pekerja, yang diharapkan terpenuhi pada tahun depan. Sebanyak 45 perusahaan telah menjadi tenan PT IWIP.
Pada pertemuan tersebut, Menperin memaparkan bahwa pihaknya siap mendukung pengembangan PT IWIP sebagai kawasan industri nikel terintegrasi, termasuk dalam hal pemenuhan sumber daya manusia (SDM) industri yang sesuai dengan kebutuhan industri. “Tugas kami termasuk mengejar gap antara kemampuan SDM dan kebutuhan perusahaan. Kami sangat terbuka kerja sama dengan IWIP dalam pembagunan politeknik untuk mendukung pengembangan kapasitas SDM IWIP maupun masyarakat sekitar,” pungkas Agus. (*)