Kisah Sukses Peternak Sapi Muda Binaan Frisian Flag Indonesia
Untuk mendapatkan ilmu dan mempelajari praktik peternakan berkelanjutan terbaik di dunia yang telah dijalankan oleh para peternak di Belanda, PT Frisian Flag Indonesia (FFI) mengajak belasan peternak muda yang memenangi program Young Progressive Farmer Academy (YPFA) 2023 untuk mengikuti pelatihan di Belanda.
Para pemenang diseleksi dari 36 finalis yang terpilih business plan-nya dari 101 proposal yang dikirimkan peserta. Ada 30 peternak pria dan 6 peternak wanita yang masuk ke babak final, berasal dari 14 kabupaten di 3 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Menurut Dairy Development and Project FDOV Manager PT Frisian Flag Indonesia, Akhmad Salwadi, pengalaman ini diharapkan dapat menjadi penyemangat pemenang untuk meningkatkan pengelolaan peternakan sapi milikinya menjadi lebih baik dan mengembangkannya sehingga tidak hanya jumlah populasi yang bertambah, tapi hasil susu perah semakin berkualitas, sehingga pendapatan juga bertambah besar.
Salah satu peternak yang mengikuti program YPFA 2023 adalah Rumini. Dia memiliki 43 ekor sapi perah di peternakannya yang diberi nama Rumi Cattle Farm di Lembang, Jawa Barat. Awalnya Rumini bekerja di sebuah bank. Namun, selanjutnya dia resign dan tahun 2017, dia konsentrasi pada bisnisnya, membangun kandang sendiri, dan bergabung dengan Koperasi KPSBU Lembang.
Sejak 5 terakhir, Rumini memang berkesempatan mengikuti sejumlah pelatihan yang diadakan oleh PT Frisian Flag Indonesia melalui program Dairy Development Program (DDP). Mulai dari Kartini Peternak Indonesia – Women Empowerment Program pada 2021 hingga memenangkan program Young Progressive Farmer Academy pada 2023, memberikan pengalaman berharga untuk mempelajari cara beternak sapi perah yang baik secara langsung dari para peternak di Belanda selama hampir dua minggu.
Rumi memuji program Kartini Peternak Indonesia yang telah memberikan kesempatan berharga bagi para peternak perempuan untuk mempelajari teknik-teknik peternakan yang paling efektif, termasuk manajemen peternakan, manajemen kandang, pemberian pakan, serta keterampilan administrasi dan keuangan.
Kesuksesan peternak muda juga dicontohkan oleh Mirza Azmi (30 tahun). Saat dunia dilanda pandemi Covid-19 juga berdampak pada profesi Mirza yang berubah drastis. Mirza beralih profesi dari dunia tambang ke peternakan sapi perah. Alumni Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung ini, awalnya berkarier di industri pertambangan emas dan batubara di Sumatra. Namun, keadaan pandemi memaksanya untuk kembali ke kampung halamannya di Malang, Jawa Timur dan mengejar mimpi yang berbeda dengan mencoba bisnis peternakan sapi perah.
Langkah pertama Mirza dalam dunia peternakan sapi perah dimulai dengan membeli dan menjual susu dari para peternak mitra. Dari situ, dia belajar tentang berbagai spesifikasi susu segar serta faktor-faktor yang dapat memengaruhi kualitasnya. Berbekal pengetahuan dari karir sebelumnya mengenai pentingnya quality control, Mirza kemudian mulai menerapkan kebijakan yang ketat untuk menjaga kualitas susu segarnya.
Dengan ketekunan yang kuat, Mirza kemudian berhasil memulai bisnis peternakan sapi perahnya sendiri. Berawal dari hanya 10 ekor sapi yang dia mitrakan, seiring dengan waktu, berkat pengawasan dan standar operasional yang baik, produktivitas dan kualitas bisnisnya meningkat. Hanya dalam beberapa tahun, populasi sapi yang semula hanya 10 ekor, kini berkembang menjadi 23 ekor sapi.
Kisah menarik Mirza berlanjut dengan partisipasinya mengikuti program Young Progressive Farmer Academy (YPFA) Frisian Flag Indonesia pada tahun 2023. Berkat komitmen Mirza dalam mengikuti program ini, Mirza mendapatkan kesempatan untuk belajar langsung dalam dua minggu kunjungannya di Belanda mengenai cara beternak sapi perah yang baik, serta praktik-praktik peternakan modern yang bisa diterapkan di Indonesia.
“Saya senang telah menjadi bagian dari program ini, mendapatkan wawasan yang berharga dan memberikan saya perspektif baru untuk bisnis ini. Tidak hanya pendidikan dan bimbingan, tetapi juga kesempatan untuk belajar dengan petani sukses di Belanda adalah sebuah kesempatan emas yang sangat menginspirasi. Program ini benar-benar membantu saya memahami manajemen pertanian yang efektif, sesuatu yang tidak pernah saya dapatkan di pendidikan formal sebelumnya,” ungkapnya.
Beberapa hal yang dia pelajari termasuk manajemen kandang, proses kelahiran sapi, dan metode pemberian pakan yang terstandarisasi. Bagi sebagian orang, hal-hal tersebut mungkin terdengar biasa saja, namun dalam profesi ini, manajemen dasar benar-benar berdampak pada hasil yang diperoleh.
Lebih jauh lagi, Mirza percaya bahwa keikutsertaannya dalam program ini telah memberikan dampak yang baik terhadap cara kerjanya yang baru untuk mencapai mimpinya. Salah satunya adalah proyek pembangunan kandang modern yang sedang dia kerjakan. Dengan desain kandang yang lebih efisien dan alur kerja yang lebih baik, Mirza berharap kandang dengan 100 ekor sapi miliknya dapat menghasilkan volume yang jauh lebih tinggi dan kualitas susu segar yang lebih baik.(*)