Capital Market & Investment

Maya Kamdani, Bos BNP Paribas Menjabarkan Minat Investor di Reksa Dana ESG

Maya Kamdani, Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management. (Foto : Istimewa)

Produk investasi berbasis environmental, social & governance (ESG) semakin menyedot minat investor domestik dan global. Perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun berlomba-lomba untuk mengimplementasikan ESG. Indeks saham ESG di BEI itu ada empat, yaitu indeks SRI-Kehati, IDX ESG Leaders, ESG Sector Leaders IDX Kehati, dan ESG Quality 45 IDX Kehati.

BEI dan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati) berkolaborasi mengkreasikan ESG Sector Leaders IDX Kehati dan ESG Quality 45 IDX Kehati yang dirilis pada Desember 2021. Indeks SRI-Kehati juga merupakan hasil kerja sama BEI dan Kehati yang diluncurkan pada Juni 2009 dan berisikan 25 saham dengan nilai ESG terbaik berdasarkan penilaian Kehati. Ketersedian indeks ESG di BEI selaras dengan komitmen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menerapkan keuangan berkelanjutan di pasar modal yang tertuang dalam Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap II tahun 2021-2025.

Saham-saham konstituen di indeks ESG itu memenuhi kebutuhan investor domestik dan global yang mempertimbangkan aspek ESG. Konsituten anggota saham di keempat indeks itu dihuni oleh perusahaan yang mendapat skor ideal dalam menerapkan ESG. Sebagai contoh, Indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati terdiri dari saham-saham dengan hasil penilaian kinerja ESG yang skornya di atas rata-rata sektornya, serta memiliki likuiditas baik dengan klasifikasi industri yang mengacu kepada IDX Industrial Classification (IDX-IC).

Manajer investasi pun kesengsem dengan saham perbankan di indeks ESG. Misalnya saja, PT BNP Paribas Asset Management (BNP Paribas AM) mengelola reksa dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity Kelas IK2. Maya Kamdani, Presiden Direktur BNP Paribas AM, mengatakan 3 dari 19 reksa dana yang dikelola BNP Paribas AM itu adalah reksa dana yang berbasis ESG.

Maya menyampaikan minat investor, khususnya investor muda, cukup tinggi terhadap reksa dana yang bertautan dengan praktik berkelanjutan. Reksa dana ESG-nya BNP AM itu antara laian BNP Paribas Indonesia ESG Equity Kelas IK2 memberikan profit 3,67%. Aset dasarnya antara lain saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) , PT Bank Centra Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) , dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero) Tbk (BBNI). Porsi saham bank ini di rentang 7-10% dari total aset dasar di reksa dana saham ini.

Kemudian, Reksa Dana BNP Paribas Indonesia ESG Equity Kelas RK1. Aset dasar di reksa dana saham yang diluncurkan pada 14 Maret 2023 itu identik dengan aset dasar di reksa dana ESG di atas. Misalnya saja, saham BBCA, BBRI, dan BMRI. Ada pula saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) da PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) dan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Persusahaan manajemen aset ini mengelola produk reksadana berbasis ESG lainnya yang bertautan dengan saham di indeks SRI-Kehati, yaitu BNP Paribas SRI Kehati. Maya menyampaikan reksa dana tersebut memberikan horison investasi jangka panjang di saham-saham yang mempraktikkan ESG dan selaras dengan standar prinsipil BNP Paribas. BNP Paribas AM merupakan bagian dari BNP Paribas Grup. "Secara global, BNP Paribas Grup mengelola investasi yang terkait ESG sejak tahun 2002," ujar Maya saat dijumpai swa.co.id seperti ditulis di Jakarta, Minggu (1/12/2024).

Maya mengatakan BNP Paribas AM mendorong investor untuk meyakini investasi berbasis ESG itu merupakan bagian dari mitigasi risiko dan inestasi dalam jangka panjang. "Investasi berbasis ESG itu membantu investor menerapkan risk management agar meminimalisir tingkat risiko,” ujar Maya.

Lebih lanjut, Maya menyampaikan langkah-langkah BNP Paribas AM untuk mengedukasi nasabah atau investor perusahaan. Misalnya, menggenjot edukasi dan literasi nasabah sebelum meluncurkan reksa dana yang bertautan dengan ESG. "Sebelum kami meluncurkan produk investasi ini kami selama mengedukasi nasabah, misalnya setahun sebelum meluncurkan reksa dana ESG. Kami mengedukasi nasabah di webinar, media sosial, dan bermitra dengan mitra distribusi," tutur Maya. Midis atau mitra distribusi yang bermitra dengan BNP Paribas AM ini sebanyak 27 perusahaann.

Ia mencontohkan edukasi di sepanjang tahun ini mengedukasi para mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. "Kami menyerap aspirasi investor untuk memitigasi risiko berinvestasi di reksa dana ESG," imbuhnya.

Indeks ESG dan produk investasi berlabel ESG diharapkan mendorong emiten untuk terus meningkatkan praktik keuangan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek-aspek ESG dalam proses bisnisnya. Pada masa mendatang, indeks ESG dapat dijadikan acuan untuk mengkreasikan produk investasi berbasis indeks ESG, seperti reksa dana indeks maupun exchange traded fund (ETF) sehingga dapat memberikan kemudahan bagi investor yang ingin berinvestasi pada saham perusahaan dengan praktik-praktik ESG.

Contohnya, persyaratan di ESG Quality 45 IDX KEHATI yang mengukur 45 saham terbaik dari hasil penilaian kinerja ESG dan kinerja keuangan perusahaan, serta memiliki likuiditas yang baik. Penilaian ini merupakan bagian dari sejumlah penilaian untuk mengukur kelayakan suatu saham masuk di indeks ESG tersebut. Pada kesempatan terpisah, Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia, menyampaikan tingkat pengetahuan investor terhadap ESG di pasar modal Indonesia semakin tinggi.

Hal ini, menurut Jeffrey, sejalan dengan tren global. “Seperti diketahui, investasi di global itu mencapai triliunan dollar AS yang berinvestasi di instrumen investasi yang concern dengan ESG. Ini sejalan BEI yang membangun Bursa Karbon sebagai sarana kepada para pelaku usaha di Indonesia untuk mendukung road map mereka terhadap kegiatan mengurangi emisi karbon dan bagian dari road map nasional menuju net zero emission. BEI juga mendukung penerbitan instrumen investasi seperti green bonds, sustainability bonds, social bonds dan lain-lain sebagai produk alternatif kepada investor untuk berinvestasi,” tutur Jeffrey menjawab pertanyaan swa.co.id di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dukungan BEI terhadap praktik ESG dengan memberikan insentif untuk penerbitan green bond dengan diskon listing fee sebesar 50%. “Ini gesture dari BEI mendukung produk investasi ESG. Kami juga bertahap melakukan harmonisasi penerapan ESG dan laporan berkelanjutan sesuai IFRS (International Financial Reporting Standars),” sebut I Gede Nyoman Yetna, Direktur Penilaian Perusahaan BEI.

Meneropong Peluang Profit

Sebelumnya, Reza Priyambada, Analis & Investment Consultant di PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk , menjabarkan praktik ESG di perusahaan menjadi perhatian pelaku pasar sehingga perusahaan beripaya menjaga kinerja fundamentalnya dan mempererat komunikasi yang berbasis kepercayaan kepada para investornya.

Kemudian, Reza menyampaikan kinerja saham-saham yang tercatat di indeks ESG itu dipengaruhi oleh beragam aspek, antara lain pertumbuhan atau penurunan industri dan kemampuan manajemen untuk mengelola operasional perusahaan serta strategi menghadapi persaingan dengan sesama perusahaan sejenis.” Jadi, bukan berarti emiten yang masuk ke indeks ESG ini kinerjanya akan meningkat. Indexing ESG ini ‘kan sebagai pengkategorian atas upaya emiten dalam memenuhi ESG maka dari itu bisa masuk ke indeks ESG di BEI,” tutur Reza.

Saham-saham unggulan di indeks LQ45 tercatat di indeks ESG Sector Leaders IDX Kehati. Saham blue chips di indeks ini antara lain saham PT Astra International Tbk (ASII),BBCA, BBNI, BBRI, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk(BBTN), dan BMRI.Saham-saham perbankan menyodorkan dividen yang menarik dengan tren peningkatan dividen yield yang signifikan selama 5 tahun terakhir, dengan perkiraan mencapai 4,07% pada 2024 dan dengan rata-rata rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) sebesar 45,8%.

Data BEI menunjukkan peforma keempat indeks ESG di BEI itu pada jangka pendek-menengah. Investor perlu memitigasi risiko dengan mencermati berbagai kondisi domestik dan global yang berpengaruh terhadap pasar keuangan dan perekonomian nasional.

Reza berpendapat produk investasi berbasis ESG di Indonesia akan semakin atraktif di masa mendatang. “Praktik ESG oleh emiten semakin nge-tren di Indonesia dan literasi investor mengenai ESG semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini. Makanya, produk investasi berlabel ESG semakin banyak dan investor di Indonesia dan global meminati produk investasi ESG yang memberikan return yang lebih menarik, ” ucap Reza.

Target Dana Kelolaan

Di sisi lain, Maya menjabarkan BNP Paribas AM pada tahun ini menargetkan dana kelolaan reksa dana, termasuk KPD (kontrak pengelolaan dana), diproyeksikan naik menjadi Rp33 triliun jika dibandingkan dana kelolaan di 2023 yang senilai Rp30 triliun.

Guna mengejar target ini, BNP Paribas AM menggulirkan berbagai program pemasaran, menjalin koordinasi dengan mitra distribusi (midis), edukasi serta literasi keuangan kepada nasabah. Maya mengatakan edukasi ini menjabarkan investasi dan perencana keuangan untuk mempersiapkan keuangan di masa depan. Selain itu, BNP Paribas AM menjabarkan kondisi perekonomian nasional, global, dan pasar modal. Para investor, khususnya investor ritel, diedukasi untuk tidak panik dalam merespons dinamika pasar keuangan.

Perihal demografi nasabah BNP AM, Maya menyebutkan nasabah atau investor ritel dari generasi muda kian menunjukkan tren pertumbuhan. Mayoritas investor ritel ini, lanjut Maya, membeli reksa dana via platform teknologi. “Hal ini menunjukkan investor muda semakin terbiasa berinvestasi dan membeli reksa dana di fintech,” ujarnya.

Adapun, Maya menjabat sebagai Bos BNP Paribas AM sejak 31 Desember 2023. Sebelum pengangkatannya, Maya dipercaya untuk mengemban jabatan sebagai Direktur dan Head of Marketing and Product Development sejak 2015 yang bertanggung jawab dalam pengembangan strategi produk dan pemasaran di perusahaan ini. Maya sejak 2008 berkarier di BNP Paribas Asset Management. Kala itu, dia menjabat Head of Marketing.

Maya merupakan wanita karier yang profesional dengan rekam jejak karier selama lebih dari 25 tahun di industri keuangan dan pengelolaan investasi baik di Indonesia maupun di Amerika Serikat. Sebelumnya, Maya menduduki jabatan Senior Investment Consultant Deutsche di Bank AG spada 2006-2008. Maya pernah berkarier sebagai Fund Manager di PT ABN AMRO Manajemen Investasi selama 2000-2006 dan Manajer Investment and Business Culture Manager di ABN AMRO Bank, NV selama 1998-2000. Maya memulai kariernya sebagai Financial Analyst di Mercer Investment Consulting, Inc. di Boston, Massachusetts, AS di 1998.

Maya memperoleh gelar Bachelor of Science dalam bidang Keuangan dari Bentley College, Amerika Serikat di tahun 1996 dan kemudian memperoleh gelar Master of Business Administration dengan konsentrasi di bidang Keuangan di tahun 1997. Maya telah memperoleh izin perorangan sebagai Wakil Manajer Investasi yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) and telah melewati CFA level II. (*)

Penilaian Kinerja Berkelanjutan Saham-Saham di Indeks ESG

1. Laporan Keberlanjutan

2. Laporan Keuangan

3. Website Emiten

4. Penyedia Data Eksternal

5. Kuesioner

6. Sumber Lainnya

Penilaian Aspek Lingkungan

· Produk dan Inovasi Produk Berkelanjutan

· Sumber Daya Alam dan Keanekaragaman Hayati

· Penggunaan Energi • Emisi Gas Rumah Kaca

· Manajemen Limbah

Aspek Sosial

· Pelatihan dan Pengembangan Pegawai

· Praktik Pekerja

· Kesehatan dan Keselamatan Kerja

· Keamanan Produk

· Dampak Sosial Lingkungan

Aspek Tata Kelola

· Mekanisme Perlindungan Hak Pemegang Saham

· Kompetensi dan Peran Dewan Komisaris & Direksi

· Kualitas dan Keterbukaan Informasi

· Etika Bisnis dan Keterlibatan Pemangku Kepentingan

· Praktik Manajemen Keberlanjutan

Sumber : BEI (diolah)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved