Arsitag, Atasi Masalah Transparansi Jasa Konstruksi
Di dunia konstruksi properti, masalah ketidakjujuran penyedia jasa masih sering dikeluhkan pemilik properti yang memesan jasa. Tak jarang konsumen merasa kecewa akibat oknum yang mengejar keuntungan besar tanpa mengindahkan keselamatan atau kesejahteraan pemilik properti.
Kasusnya bermacam-macam. Mulai dari kasus penyedia jasa melarikan uang sebelum tanggung jawabnya terpenuhi, mengurangi kualitas bahan material untuk pembangunan, hingga memberikan penawaran murah tapi meminta meminta biaya tambahan di tengah proses pembangunan. Fenomena ini menimbulkan rasa tidak aman bagi para pemilik rumah yang hendak berinvestasi membangun rumah ataupun sekadar merenovasi rumah tinggalnya.
Hal itulah yang melatarbelakangi Steven Gomedi dan kawan-kawannya mendirikan Arsitag. Platform yang didirikan pada 2016 ini adalah marketplace yang berperan menghubungkan pemilik rumah dengan sejumlah penyedia jasa profesional di bidang konstruksi, seperti arsitek, desainer interior, kontraktor, hingga pemasok material dengan jumlah lebih dari 7.000 penyedia jasa.
Pastikan Transparansi
Misi utama perusahaan digital startup ini adalah memastikan setiap pemilik rumah mendapatkan kejelasan biaya, transparansi proses, dan kualitas pekerjaan yang memadai dari penyedia jasa yang dipilihnya. “Arsitag berusaha memfilter penyedia jasa agar konsumen merasa aman dan terlindungi dari praktik-praktik yang tidak etis,” kata Steven.
Arsitag digagas oleh Steven bersama dua kawannya: Edward Harjanto dan Michael Gani. Tiga sekawan ini bertemu saat menempuh pendidikan di University of California at Los Angeles (UCLA).
Di perusahaan rintisan ini, Steven menjabat sebagai CEO. Adapun Edward dan Michael tidak aktif lagi dalam operasional perusahaan.
“Awalnya, kami berusaha mencari solusi untuk mempermudah pencarian desainer. Namun, kami menyadari bahwa masalah terbesar bukan hanya sekadar menemukan desainer, tetapi juga terletak pada proses pembangunan proyek itu sendiri,” ungkap Steven. “Ternyata, banyak kontraktor nakal atau kurang berpengalaman yang menyebabkan proyek gagal atau biaya konstruksi melonjak drastis di tengah jalan,” katanya.
Pemilik proyek perorangan juga sering tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang kuantitas proses ataupun kualitas pembangunan di lapangan. Berdasarkan alasan-alasan ini, mereka memutuskan untuk terlibat lebih dalam pada proses konstruksi, bukan sekadar menyediakan layanan pencarian desainer.
“Konsep ini lahir berdasarkan pengalaman yang kami rasakan di lapangan. Meskipun awalnya kami melakukan benchmark dari startup di luar negeri, kami menemukan bahwa masalah di lokal lebih fundamental sehingga konsep ini berevolusi menjadi seperti sekarang,” ungkap Steven, lulusan Jurusan Psikologi UCLA.
Arsitag menargetkan pasar B2C dan B2B. Untuk B2C, platform ini membantu pemilik rumah mencari jasa arsitek, kontraktor, atau desainer interior dengan pendekatan transparansi portofolio dan biaya. Sejak 2018, Arsitag sudah membantu lebih dari 1.300 proyek.
Di sisi B2B, Arsitag bekerjasama dengan penyedia jasa konstruksi dan perusahaan bahan bangunan, dan membantu mereka memperluas jangkauan ke pelanggan potensial.
Arsitag berusaha memastikan pelanggan dapat dengan mudah dan jelas melihat biaya serta jasa arsitek, kontraktor, dan desainer interior. Melalui sistem portofolio online, pelanggan bisa menilai hasil kerja sebelum memutuskan pilihan. Terdapat juga layanan ARSIpro, yakni aplikasi manajemen proyek yang membantu mengatur waktu, biaya, dan kualitas dengan lebih mudah.
“Untuk keamanan (dana), kami pakai sistem escrow account di mana pembayaran hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai sesuai kesepakatan,” kata Steven. “Jadi, klien tidak perlu khawatir soal uangnya akan hilang di tengah jalan.”
Maksimalkan Medsos
Untuk memperluas jangkauan, Arsitag sering menggunakan berbagai konten media sosial untuk menarik perhatian masyarakat. Salah satu strategi efektif yang dilakukannya ialah menyajikan tur rumah melalui platform seperti YouTube dan Instagram.
Tur rumah itu tidak hanya menampilkan karya desain yang inspiratif, tetapi juga memberikan gambaran mendetail tentang proyek yang sudah selesai. Dengan demikian, calon pelanggan dapat melihat kualitas dan proses pengerjaannya secara langsung.
Selain itu, Arsitag juga bekerjasama dengan berbagai merek material bangunan. Melalui kolaborasi ini, produk-produk unggulan dari merek-merek tersebut ditampilkan dalam proyek yang diulas. Arsitag juga menjalin kemitraan strategis dengan Bank BTN, dan turut membantu memperluas ekosistem perumahan digital di Indonesia.
Pendekatan terintegrasi ini, menurut Steven, memungkinkan Arsitag membangun kepercayaan yang kuat dengan pelanggan, baik individu (B2C) yang ingin membangun rumah impian mereka maupun bisnis (B2B) yang memerlukan mitra profesional dalam proyeknya. (*)