Duet Galih - Barry Kenalkan Cara Mudah Belajar Matematika Lewat Smartick

(Ke-3 dan 4 dari kiri) Galih Sulistyaningra dan Barry Calvin (Foto: Eva/Swa)

Selama ini pelajaran matematika menjadi momok bagi para pelajar. Mulai dari tingkat SD hingga SMA, banyak murid yang kesulitan untuk memahami pelajaraan matematika. Kondisi ini mendorong dua teman: Galih Sulistyaningra dan Barry Calvin menghadirkan metode belajar matematika yang menyenangkan dan mudah dipahami. Untuk itu, mereka mendirikan perusahaan rintisan Smartick Indonesia.

Latar belakang Galih dan Barry di bidang pendidikan yang menjadi pendorong keduanya untuk menciptakan dampak yang luas melalui Smartick Indonesia.

Kepada swa.co.id, Galih bercerita bahwa dia adalah seorang pendidik dengan pengalaman di STEAM Education yang juga memiliki pengalaman mengajar di sebuah SD Negeri Jakarta. Setelah menyelesaikan gelar Master di University College London, dia kembali ke Indonesia dan menyaksikan banyak anak mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Dengan membawa keyakinan bahwa pendidikan harus melibatkan keluarga dan masyarakat, Galih tergerak untuk membangun inovasi untuk membantu anak-anak Indonesia belajar matematika.

Sementara itu, Barry Cavin, Co-founder dan Co-CEO Smartick Indonesia, juga turut membersamai Galih. Barry telah berkarier sebagai guru, kepala sekolah, dan perancang kurikulum. Dengan latar belakang akademis yang kuat di bidang matematika dari Universitas Indonesia dan Imperial College London, dia percaya bahwa pembelajaran yang efektif memerlukan pendekatan holistik.

"Matematika bukan hanya tentang angka, itu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari," katanya. Barry aktif membangun komunitas untuk menyebarkan cinta akan matematika.

Berangkat dari adanya keresahan mengenai tantangan pendidikan yang dihadapi anak-anak Indonesia itulah Smartick Indonesia hadir dengan visi untuk membantu anak-anak mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan kritis, sekaligus membangun fondasi kuat untuk masa depan anak melalui kemampuan matematika.

Smartick Indonesia memperkenalkan Cara Belajar Matematika 15 Menit Setiap Hari. Teknologi Smartick yang dirancang di Spanyol dan telah dipergunakan di lebih dari 190 negara tersebut mengajak seluruh anak Indonesia untuk membangun fondasi matematika sejak dini melalui kebiasaan latihan 15 menit setiap hari.

Teori dan cara belajar Smartick ini juga telah disarankan oleh profesor dari Massachusetts Institute of Technology, Oakland University, dan Johns Hopkins University.

Cara belajar matematika 15 menit setiap harinya ini dilandasi untuk membangun hubungan keterikatan anak dan matematika dengan cara yang menyenangkan, kontekstual, dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak masing-masing. Di platform Smartick, anak-anak akan terlebih dahulu mendapatkan asesmen yang akan menyesuaikan materi dan pola pembelajaran mereka. Platform Smartick dapat dipergunakan sejak anak usia 4-14 tahun dengan metode subscription (berlangganan per bulan).

Galih mengatakan, matematika adalah fondasi yang penting untuk membangun keterampilan berpikir dan karakter anak dalam menyelesaikan tantangan dan membuat keputusan. Untuk itu, matematika harus dibuat menyenangkan, diajarkan bukan dengan cara yang seragam namun disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak, dan yang tak kalah penting juga menjelaskan implementasi matematika itu dalam kehidupan keseharian mereka. Inilah yang akan ditemukan oleh para orang tua dan anak di dalam platform Smartick Indonesia.

Senada dengan hal ini, Barry menambahkan, meski Teknologi Smartick dirancang di Spanyol bukan berarti ini tidak akan relevan untuk masyarakat Indonesia. “Kami telah mengadaptasi teknologi ini dengan pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan orang tua dan anak Indonesia, dan yang terpenting adalah adanya metode asesmen yang inovatif yang akan membentuk pola pembelajaran dan materi belajar yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak. Setiap anak pasti membutuhkan pendekatan belajar matematika yang berbeda, tidak bisa diseragamkan. Ini penting bagi kami karena kami memiliki tujuan membangun masa depan generasi muda yang kritis dengan tingkat literasi dan numerasi yang tinggi,” ungkapnya.

Dengan hadirnya Smartick Indonesia di tengah-tengah masyarakat, Galih dan Barry ingin mengajak seluruh anak Indonesia melihat matematika sebagai subyek yang menyenangkan dan relevan.

“Literasi dan numerasi adalah subyek ilmu yang luas, matematika tidak bisa langsung diperkenalkan langsung melalui rumus dan hitungan namun terlebih dahulu adalah konteksnya. Di Smartick Indonesia, pada usia dini anak akan diajak mengenal literasi dan numerasi menggunakan pengelompokkan bentuk, warna, dan benda. Hal ini penting dan sejalan dengan tahapan perkembangan anak,” kata Galih.

Galih dan Barry memutuskan untuk menggandeng dua orang lainnya untuk menjalankan Smartick Indonesia. Sebagai Senior Engineer, mereka mengajak Hadi Saloko, mantan Head of Engineer di perusahaan teknologi yang juga memiliki kepedulian yang mendalam terhadap pendidikan anak-anak dan ingin menggunakan keahlian teknologinya untuk menciptakan aplikasi belajar yang inovatif. "Saya ingin memastikan anak-anak tidak merasa tertekan dan dapat belajar dengan cara yang menyenangkan," ujarnya.

Mereka juga mengajak Waitatiri sebagai Head of Marketing. Wai telah berkarier di bidang creative marketing di beberapa perusahaan teknologi selama 7 tahun terakhir. Ia juga merupakan seorang penulis dan aktivis pendidikan yang kerap memperjuangkan pendidikan yang aman dan memberantas bullying di sekolah.

Menggabungkan pengalaman studi S2-nya yang berfokus pada pembelajaran informal di Harvard Graduate School of Education dan latar belakang kariernya di bidang kreatif, Wai menulis buku anak berjudul "The Missing Colors" yang diangkat dari kisah nyata penyintas bullying di Indonesia. "Saya percaya pendidikan harus aman dan menyenangkan. Setiap anak berhak belajar tanpa rasa takut," tegas Wai.

Bersama-sama, mereka membentuk tim Smartick Indonesia, masing-masing membawa keahlian dan pengalaman yang unik. Teknologi Smartick sendiri dirancang di Spanyol dan telah digunakan di lebih dari 190 negara di dunia dan terbukti bisa membangun kemampuan matematika anak. Smartick juga telah disarankan oleh profesor dari Massachusetts Institute of Technology, Oakland University, dan Johns Hopkins University.

Tim Smartick Indonesia membawa teknologi yang telah terbukti dan menyesuaikannya untuk anak-anak Indonesia agar bisa belajar lebih nyaman dan kontekstual. Dengan tujuan untuk membiasakan anak belajar matematika melalui 15 menit latihan setiap hari, tim Smartick Indonesia ingin anak-anak melihat matematika sebagai petualangan, bukan beban.

"Saya percaya bahwa matematika adalah alat untuk membangun karakter dan keterampilan berpikir kritis. Ini adalah langkah awal menuju generasi yang lebih baik," kata Galih mengungkapkan keyakinannya akan dampak positif dari Smartick.

Saat ini, Smartick Indonesia kerap aktif membagikan konten dan informasi mengenai matematika melalui akun Instagram-nya. Aplikasi Smartick Indonesia akan bisa mulai digunakan oleh anak-anak Indonesia pada Februari 2025 mendatang. Dengan membawa tagline #MatematikaUntukSemua, Smartick Indonesia membawa kepercayaan bahwa semua anak bisa matematika dan ingin memastikan setiap anak di Indonesia memiliki kesempatan untuk meraih potensi penuh mereka. “Ini bukan hanya tentang belajar matematika, tetapi tentang membangun rasa percaya diri dan cinta akan belajar,” kata Barry.

Dengan dukungan orang tua, pendidik, dan komunitas, Smartick berharap dapat menciptakan perubahan yang signifikan dalam pendidikan matematika di Indonesia. Bersama-sama, mereka berkomitmen untuk membangun generasi pemikir kritis yang akan membawa dampak positif bagi masyarakat. (*)

# Tag