Ekonom Bank DBS Proyeksikan IHSG Berpotensi Mencapai 8.000, Ini Pendorongnya

Ekonom Bank DBS, Maynard Arif dalam pemaparan proyeksi ekonomi Indonesia 2025 secara daring pada Rabu (11/12/2024). (Tangkapan layar : Nadia K. Putri/SWA).

Tim ekonom Bank DBS memperkirakan, pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di 2025 diproyeksikan pada rentang 7.800 hingga 8.000 poin. Dengan asumsi, tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Fed sebesar 50 basis poin (50 bps) hingga 75 bps. Selain itu, pertumbuhan emiten-emiten listing bursa yang mencetak penghasilan diproyeksikan akan mendorong pergerakan IHSG tersebut.

Dari segi proyeksi base, ekonom Bank DBS, Maynard Arif mengatakan IHSG akan tumbuh di rentang 7.800 sampai 8.000. Kemungkinan lainnya, IHSG akan tumbuh di angka 8.400 hingga 8.500 dalam proyeksi bull dan 6.700 hingga 6.850 dalam kondisi bear. Sementara dari sisi pertumbuhan valuasi para emiten, Bank DBS memperkirakan valuasinya akan tumbuh 14 kali, dengan perkiraan persentase sekitar 9%-10%.

“Menurut kami yang lebih penting adalah pertumbuhan, baik dari sisi makro dan penghasilan dari emiten-emiten di tahun 2025. Apabila pertumbuhannya tidak bagus, maka kecederungan investor akan malah lebih konservatif lagi,” ujar Maynard dalam pemaparan daring (online) Indonesia Economic and Markets Outlook di Jakarta, Rabu (11/12/2024).

Sementara dari segi sektor, sejumlah sektor akan diuntungkan dari kebijakan presiden terpilih baru Amerika Serikat Trump dan Republik Indonesia Prabowo Subianto. Sektor itu adalah perbankan; tambang, energi, dan utilitas; peternakan, perkebunan, dan produsen barang kebutuhan harian atau FMCG. Namun, sektor yang berpotensi stagnan atau bertumbuh tipis antara lain sektor telekomunikasi, internet, dan digital, ritel, serta properti.

“Di tahun 2025, kami melihat sejumlah tantangan yang ada. Kami melihat ada beberapa sektor yang prospeknya cukup bagus, tapi ada juga yang masih akan menghadapi tantangan,” tambah Maynard.

Lebih lanjut, Maynard menjelaskan bahwa sejumlah sektor turut dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah baru Republik Indonesia, misalnya sektor peternakan yang berhubungan dengan program makan siang gratis dan produsen FMCG. Kemudian, dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga The Fed seperti perbankan.

Ekonom senior Bank DBS, Radhika Rao juga menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia harus didukung oleh kebijakan pemerintah Indonesia untuk melakukan diversifikasi ekspor dan mitranya, di samping menekankan pada hilirisasi dan sektor komoditas seperti tambang dan energi.

“Sektor komoditas itu penting, hilirisasi juga penting, tetapi di luar itu, menjajaki sektor lain akan membantu,” tutup Radhika.(*)

# Tag