Taksi Asing asal Vietnam Masuk Indonesia, Celios Optimistis Pasar Transportasi Online Masih Menarik
Taksi asing asal Vietnam, Xanh SM telah mengaspal di jalanan Jakarta. Taksi listrik dengan 1.000 unit armada di Jakarta itu sebelumnya telah mengoperasikan 100 unit taksi dengan 40 ribu penumpang pada masa uji coba 12 Desember hingga 17 Desember 2024. Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Laws Studies (Celios), Nailul Huda menganggap, industri transportasi daring (online) masih terbilang cerah.
“Ini menandakan pangsa pasar dari transportasi online itu masih cukup besar. Kedua, saya melihat ada dua pasar yang sama, tetapi memiliki model bisnis yang berbeda,” jelas Nailul kepada swa.co.id di acara diskusi Outlook Ekonomi Digital 2025 di Jakarta pada Kamis (19/12/2024).
Menurut Nailul, terdapat sejumlah pertimbangan dan alasan penumpang untuk menggunakan taksi konvensional dan online, yaitu harga, kecepatan, interval waktu pengemudi mengambil pesanan, dan kemudahan memesan secara manual.
Selain itu, Nailul melihat ada dua pasar konvensional dan online yang seharusnya hybrid. Potensi ini yang diambil Xanh SM untuk menggarap pangsa pasar tersebut. Namun, potensi persaingan dengan kompetitor lokal seperti Bluebird akan terjadi.
Nailul menambahkan, masuknya Xanh SM ke Indonesia dianggap sebagai tanda jenuhnya pasar transportasi online di Vietnam. Sementara itu, fitur Xanh SM yang mengutamakan tenaga listrik yang ramah lingkungan masih belum populer di Indonesia.
“Bagaimana pun ketika ada pesaing itu masuk, entah dari lokal atau pun luar, pasti akan mengumpulkan pangsa pasarnya,” pungkas Nailul.
Dalam laporan terbaru Celios berjudul “PPN 12%: Pukulan Telak Bagi Dompet Gen Z dan Masyarakat Menengah ke Bawah”, kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) atau value added tax (VAT) akan memperberat daya beli masyarakat yang saat ini sudah melemah.
Laporan tersebut menyebutkan kenaikan PPN dan inflasi juga dapat menurunkan konsumsi domestik, yang menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi negara. Penurunan konsumsi tersebut dapat menghambat sejumlah sektor yang bergantung pada konsumsi domestik, seperti ritel, pariwisata, dan perumahan. Dari sisi industri dan perusahaan yang bergantung pada pasar domestik, akan terimbas dampak negatif dan memicu penurunan investasi dan lapangan kerja. (*)