OJK Soroti Pertumbuhan Pasar Modal Masih Butuh Penguatan Ekosistem, Ini Kinerja Pasar Modal Selama 2024

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar dalam acara peresmian pembukaan pasar modal di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta pada Kamis (2/1/2025). Foto Nadia K. Putri/SWA
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar dalam acara peresmian pembukaan pasar modal di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta pada Kamis (2/1/2025). (Foto Nadia K. Putri/SWA).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan potensi pertumbuhan pasar modal masih memerlukan penguatan ekosistem. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan di sejumlah lini, mulai dari indeks harga saham gabungan (IHSG), pencatatan perusahaan perdana atau IPO, hingga nilai kontribusi pasar saham terhadap produk domestik bruto (PDB).

“[Ini] menunjukkan bahwa untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar diperlukan penguatan ekosistem pasar modal kita,” jelas Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, pada Pembukaan Pasar Modal Bursa Efek Indonesia Tahun 2025 di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta pada Kamis (2/1/2025).

Mahendra merinci, posisi IHSG pada 30 Desember 2024 ditutup di level 7.079.90 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp12.367,42 triliun. Posisi IHSG ini menurun 2,6% dari tahun sebelumnya, namun masih di atas level terendah di level 6.726,92 pada 19 Juni 2024. Sementara, nilai kapitalisasi pasarnya justru tumbuh 6% dan bila dibandingkan dengan ekonomi nasional telah menapai 56% dari PDB.

Kemudian, aktivitas penghimpunan dana di pasar modal telah tercatat sebanyak 199 penawaran umum dengan total nilai penghimpunan dana senilai Rp259,24 triliun. Ini mencakup 43 emiten baru dengan nilai IPO sebesar Rp16,68 triliun dan penawaran umum oleh pemegang saham (PUPS) sebesar Rp41,77 triliun.

Selanjutnya, Mahendra memaparkan kinerja bursa karbon selama tahun 2024 lalu. Pada 27 Desember 2024 lalu, BEI mencatat volume transaksi bursa karbon sebanyak 908 ribu ton CO2 equivalent dengan total nilai transaksi akumulasi sebesar Rp50,64 miliar. Pencapaian ini didorong oleh 100 perusahaan dengan frekuensi transaksi sebanyak 152 kali pada tahun 2024 lalu.

Terakhir, Mahendra menjelaskan pertumbuhan identitas investor atau single investor identification (SID) mencapai 14,87 juta. Angka ini meningkat 22,21% secara year-to-date. Menurut data internal OJK pada November 2024, komposisi investor didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun sebanyak 54,92%, dengan nilai aset sebesar Rp53,83 triliun. Selebihnya diikuti oleh investor berusia 31 tahun sampai 40 tahun sebanyak 24,41%, dengan nilai aset sebesar Rp277,60 triliun.

Meskipun begitu, Mahendra melihat masih banyak ruang perbaikan yang harus dilakukan. Menurutnya, indeks LQ45 yang menjadi rujukan perusahaan manajer investasi global dan domestik justru melemah 15,6%. Sementara, kontribusi pasar saham terhadap PDB masih 56%, jauh tertinggal dibanding Malaysia (97%), Thailand (101%), dan India (140%).

Ke depan, OJK akan melakukan penguatan dan pengembangan pasar modal, khususnya peningkatan pendalaman pasar. Ini diwujudkan dengan peningkatan kuantitas dan kualitas perusahaan tercatat.

“Ini dilaksanakan melalui berbagai inisiatif, termasuk meningkatkan porsi saham free float dan mendorong perusahaan dengan kapitalisasi besar untuk melantai di bursa,” tutup Mahendra. (*)

# Tag