10,3 Juta Penumpang Manfaatkan Face Recognition, KAI Hemat Biaya Rp369 Juta
PT Kereta Api Indonesia (Persero) menunjukkan komitmennya dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG's) dengan mengintegrasikan teknologi ramah lingkungan dalam berbagai operasional. Salah satu inovasi tersebut adalah penerapan sistem face recognition yang menggantikan tiket fisik berbahan kertas untuk proses boarding, sehingga dapat mengurangi limbah kertas dan mendukung keberlanjutan lingkungan. KAI menghemat anggaran pembelian 24.634 rol kertas tiket senilai Rp369,5 juta.
Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, mengatakan face recognition berdampak positif karena mempercepat dan memudahkan penumpang KA untuk melakukan boarding dan ramah lingkungan. “Penerapan face recognition mempermudah proses boarding dan mengurangi antrean, terutama saat periode ramai seperti libur Natal dan Tahun Baru 2024/2025 kemarin. Sejak awal diluncurkan pada 28 September 2022, face recognition telah digunakan oleh 10.346.090 penumpang kereta api di Pulau Jawa dan Sumatera,” ungkap Didiek di Jakarta, Sabtu (11/1/2025).
Didiek menjelaskan saat ini fasilitas face recognition terdapat di 21 Stasiun KAI, yaitu Daerah Operasi 1 Jakarta di Gambir, Pasar Senen dan Bekasi dan Daerah Operasi 2 Bandung di Bandung dan Kiaracondong. Kemudian, Daerah Operasi 3 Cirebon, Daerah Operasi 4 Semarang di Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng, Pekalongan, Semarang Poncol dan Tegal. Berikutnya, Daerah Operasi 5 Purwokerto di Stasiun Purwokerto dan Kutoarjo, Daerah Operasi 6 Yogyakarta di Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, dan Solo Balapan.
Selanjutnya, Daerah Operasi 7 Madiun, Daerah Operasi 8 Surabaya di Surabaya Pasarturi, Surabaya Gubeng, dan Malang, Daerah Operasi 9 Jember, dan Divisi Regional I Sumatera Utara di Medan “Sejak awal face recognition diluncurkan respon masyarakat cukup tinggi, terbukti pada tahun 2023 jumlah penumpang yang menggunakan fasilitas ini mencapai 2.922.780 penumpang kemudian meningkat signifikan pada tahun 2024 menjadi 7.141.649 penumpang,” jelas Didiek.
Selain peningkatan inovasi pelayanan pelanggan, teknologi face recognition berkontribusi dalam efisiensi pengurangan sampah kertas. Sejak diluncurkan, KAI telah menghemat 24.634 rol kertas tiket. Didiek, pada keterangan tertulisnya itu, menyampaikan teknologi face recognition itu menghemat sekitar Rp369.503.214 sejak pertama kali diterapkan pada September 2022.
Upaya ini juga berkontribusi pada pengurangan penebangan pohon untuk bahan baku kertas, yang sejalan dengan Hari Gerakan Sejuta Pohon. Masyarakat yang tertarik untuk turut berpartisipasi dalam mengurangi dampak lingkungan dapat melakukan registrasi layanan face recognition melalui aplikasi Access by KAI.
Face recognition ini memudahkan penumpang melakukan pemindaian wajah di gate boarding. "Jika identitas diri, data tiket dan syarat lainnya telah sesuai maka secara otomatis pintu boarding akan terbuka,” kata Didiek. Dia menjelaskan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan keamanan data pada fitur face recognition yang dipergunakan oleh KAI karena sudah mengimplementasikan sistem manajemen keamanan Informasi berstandar internasional ISO 27001 tentang Standardisasi Manajemen Keamanan Informasi.
Data nama, NIK, dan foto penumpang akan disimpan pada infrastruktur KAI dan hanya dipergunakan untuk proses boarding menggunakan face recognition boarding gate. "Data tersebut akan disimpan dalam waktu satu tahun, setelah itu akan dihapus otomatis secara sistem," katanya.
Selain itu, penumpang juga bisa mengajukan penghapusan data dirinya sewaktu-waktu setelah melakukan registrasi melalui aplikasi Access by KAI atau dengan mengajukan penghapusan data kepada KAI melalui petugas Customer Service di stasiun. “Dengan inovasi ini, KAI tidak hanya memudahkan perjalanan pelanggan, tetapi juga turut mendukung keberlanjutan lingkungan melalui pengurangan limbah kertas, yang sejalan dengan target SDGs dan mendukung perayaan Hari Gerakan Sejuta Pohon 2025 dalam upaya pelestarian lingkungan,” tutur Didiek. (*)