Kredivo dan Psikolog Tekankan Pentingnya Perhatikan Kondisi Mental Sebelum Gunakan Paylater
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nilai outstanding pembiayaan paylater yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan mencapai Rp8,41 triliun sampai dengan Oktober 2024. Angka tersebut meningkat sebesar 63,89% pada Oktober 2024 (YoY).
Melihat fenomena tersebut, Kredivo sebagai pelopor layanan paylater di Indonesia terus melakukan literasi kepada pengguna dalam menggunakan paylater agar dapat memperoleh manfaat yang optimal.
Data survei Kredivo menunjukkan pengguna paylater berada di rentang 18-35 tahun atau generasi Gen Z dan Milenial. Layanan paylater ini digunakan oleh Gen Z pada merchant-merchat offline dimana mereka melakukan transaksi untuk pembelian makanan, kesehatan dan kecantikan. Sementara kaum Milenial menggunakan layanan ini untuk transaksi online seperti pembelian pulsa, voucher dan gadget.
Indina Andamari, SVP Marketing & Communications Kredivo, mengatakan ada empat faktor utama mereka menggunakan platform paylater. Pertama, dapat memenuhi kebutuhan ketika tidak memiliki dana yang cukup. Kedua, sebagai alternatif pilihan pembayaran cicilan selain kartu kredit. Ketiga, dikarenakan fleksibilitas dalam pembayaran cicilan. Dan keempat, mudahnya dan cepatnya akses kredit.
Namun di sisi lain, terjadi fenomena FOMO, YOLO dan doom spending yang banyak dialami oleh generasi muda yang mempengaruhi mental pengguna jika tidak menggunakan platform ini dengan tepat.
Disya Arinda, M.Psi., Psikolog, Psikolog Klinis, mengungkapkan bahwa generasi muda memang penggerak utama ekonomi namun mereka juga rentan terhadap masalah keuangan dan kesehatan mental.
"Paylater ini memang pedang bermata dua, bisa membantu anak muda untuk mereka bisa belajar mengklakulasikan risiko atau sebaliknya," ujarnya.
Menurutnya penggunaan paylater dapat memberikan manfaat yang signifikan dan memberikan peace of mind jika didorong oleh motivasi positif, seperti mengelola arus kas atau memenuhi kebutuhan penting.
Sebaliknya, jika motivasinya dipicu oleh FOMO atau YOLO, maka risiko kecemasan dan stres pun akan meningkat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga kesehatan mental, baik sebelum maupun setelah menggunakan paylater, guna menghindari motivasi dan dampak negatif dalam penggunaannya.
Psikolog klinis juga memaparkan bahwa paylater bukan serta merta menjadi penyebab dari fenomena gaya hidup konsumtif pada generasi muda. “Pola hidup konsumtif dan doom spending dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk penggunaan media sosial, sehingga, tanpa hadirnya akses keuangan seperti paylater, pinjaman digital, atau kartu kredit pun, generasi muda ini juga tetap dapat hidup boros.
"Kuncinya berada pada mindset dalam penggunaan uang, agar paylater digunakan sesuai tujuannya yaitu sebagai alat pembayaran yang mendukung pengelolaan keuangan,” ungkap Disya.
Survei yang dilakukan oleh Kredivo dan Katadata Insight Center mengungkapkan bahwa 68% pengguna paylater mendapatkan akses kredit pertama mereka dari paylater. Oleh karena itu, Krevido terus melakukan edukasi kepada generasi muda untuk pemanfaatan yang optimal dari paylater lewat program Generasi Djempolan yang diluncurkan sejak 4 November 2020 di 18 kota dan telah diikuti lebih dari 2000 generasi muda dari kalangan mahasiswa, komunitas hingga UMKM.
Selain itu, Kredivo juga melakukan kampanye #AndaiAndaPandai, untuk membangun pola pikir pengelolaan keuangan yang sehat pada generasi muda, sehingga mereka dapat menggunakan paylater secara bijak.
"Kami berharap inisiatif ini juga dapat mendukung mereka dalam mencapai financial freedom melalui keseimbangan pengelolaan keuangan dengan kesehatan mental,” tutur Indina. (*)