Pengamat Usulkan Peningkatan Layanan Wisata di KAI
Tren di sektor pariwisata di Indonesia terus tumbuh. Hal ini terbukti dari jumlah pergerakan wisatawan nusantara pada Januari hingga Oktober 2024 mencapai 839,4 juta perjalanan. Peningkatan jumlah wisatawan tersebut tentu mendorong kebutuhan akan transportasi yang nyaman dan efisien. Pasalnya Kereta api menawarkan aksesibilitas yang baik ke berbagai destinasi wisata, terutama di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau dengan moda transportasi lain.
Melihat fenoma tersebut, PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus berbenah diri untuk meningkatkan layanan perjalanan bagi penumpang dengan melakukan berbagai inovasi. Vice President Public Relations KAI, Anne Purba menyampaikan salah satunya adalah penerapan sistem face recognition yang menggantikan tiket fisik berbahan kertas untuk proses boarding , sehingga dapat mengurangi limbah kertas dan mendukung keberlanjutan lingkungan. KAI menghemat anggaran pembelian 24.634 rol kertas tiket senilai Rp369,5 juta.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menilai bahwa layanan kereta api saat ini telah mengalami peningkatan signifikan. “Pelayanan kereta api sekarang jauh lebih baik, perjalanannya juga lebih cepat sehingga ketepatan waktu menjadi unggulan,” ujarnya.
Dia mengatakan bahwa Kereta api tidak hanya menjadi alat transportasi yang yang efektif, tetapi juga memberikan pengalaman perjalanan yang menarik, terutama bagi wisatawan. Menurutnya jalur-jalur tertentu seperti rute Jakarta-Bandung dan wilayah selatan Jawa, menawarkan pemandangan indah yang membuat perjalanan semakin berkesan. “Bagi yang senang berwisata, pemandangan pada jalur Jakarta-Bandung atau sebaliknya atau Jakarta ke selatan lebih menarik, dibandingkan dengan Pantura,” jelasnya.
Djoko juga menyoroti fleksibilitas layanan di dalam kereta api. Terdapat beberapa fasilitas pada kereta api yang memungkinkan penumpang untuk bersantai bahkan dapat mengadakan rapat selama perjalanan. Sehingga perjalanan yang memakan waktu lama seperti 5-6 jam tidak lagi terasa membosankan.
Sebagai bentuk inovasi, Djoko pun mengusulkan agar KAI bisa mengembangkan rute wisata keliling pulang Jawa menggunakan kereta api. Seperti kapal pesiar, di mana penumpang dapat turun di kota-kota besar untuk menikmati wisata selama beberapa hari kemudian melanjutkan perjalanan dengan kereta khusus tersebut. Program ini dapat dilakukan secara rutin, misalnya dua kali dalam sebulan, dengan pilihan bagi penumpang untuk mengikuti seluruh rangkaian perjalanan atau hanya sebagian saja. “Konsepnya seperti kapal pesiar, penumpang bisa turun di kota-kota besar, beberapa hari nginap, kemudian keliling lagi. Dengan kereta khusus ini, pengalaman wisata kereta api akan semakin menarik dan menjadi daya tarik tersendiri," tuturnya.
Dia berharap dengan peningkatan kualitas layanan dan kenyamanan perjalanan, kereta api terus menarik perhatian berbagai segmen masyarakat, baik untuk perjalanan bisnis maupun wisata. Hal ini menjadikan kereta api sebagai moda transportasi yang tidak hanya praktis, tetapi juga mampu memberikan pengalaman tak terlupakan.(*)