Investor Global Optimistis Iklim Investasi Indonesia Bakal Bullish di 2025, Ini Sektor yang Potensial Dilirik Investor
Sejumlah partner dari berbagai investor asing berbagi pandangan terkait potensi Indonesia dalam pendanaan perusahaan, baik itu startup maupun sektor industrinya. Para investor ini melihat Indonesia dan Asia Tenggara akan terus menjadi kawasan yang bullish atau bergerak positif meski terjadi ketidakpastian ekonomi.
Head of Corporate and Structured Finance, Commercial Banking, HSBC Asia Pacific, David Harrity, mengatakan Indonesia memiliki pertumbuhan yang kuat berkat dukungan pesatnya pertumbuhan penduduk dan bagian dari populasi yang belum terjangkau oleh layanan digital.
“HSBC memandang ini adalah kisah yang sangat positif saat memasuki tahun 2025, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga kawasan Asia Tenggara lebih luas,” jelas Harrity dalam acara diskusi panel bertajuk “How are global aset allocators and investors reading Indonesia’s potential?” di Hotel St. Regis, Jakarta pada Kamis (16/1/2025).
Senada dengan Harrity, Principal and Head of SEA Siguler Guff, Sharon Liang dan Venture Partner Strategic Year Holdings Limited, Pradita Astarina, investor akan memprioritaskan Indonesia daripada negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
“Kami di Indonesia untuk jangka panjang, kami juga percaya pada penyebaran potensi imbal hasil,” ujar Pradita selama diskusi. Pradita menambahkan, kondisi pasar akan kembali pulih, baik itu dalam kondisi bearish atau bullish, dan siklus tersebut berulang dan seimbang.
Beberapa bulan pasca euforia pemilihan umum, sejumlah investor asing memilih untuk melihat situasi atau wait and see untuk berinvestasi kepada startup atau perusahaan swasta di Indonesia. Beberapa yang menjadi perhatian adalah sistem perpajakan, yang mencakup pajak pembayaran modal hingga regulasi pasar modal.
Kemudian, regulasi kantor keluarga yang mengelola kekayaan keluarga konglomerat atau family office yang akan segera dibentuk pada Februari 2025. Regulasi ini mulanya diinisiasi oleh Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan.
“Karena sampai sekarang, kenapa kita [investor asing] belum punya kantor pusat di Indonesia, meelainkan di Hong Kong atau Singapura, itu karena sistem perpajakan di sini belum mendukung exit kami,” tegas Pradita.
Sementara itu, sejumlah sektor industri diperkirakan akan bullish pada awal tahun 2025 ini. Liang memperkirakan, sektor kesehatan, pendidikan, dan konsumer akan meningkat. Ketiga sektor ini diuntungkan oleh kenaikan produk domestik bruto per kapita dan perilaku masyarakat untuk hidup lebih baik.
“Tidak peduli apakah itu berupa produk atau layanan, masyarakat ingin meningkatkan taraf hidupnya, bukan?” ujar Liang menutup diskusi.
Berdasarkan data dari Tracxn, pendanaan startup di kawasan Asia Tenggara anjlok 59% hingga US$2,85 miliar dengan 420 putaran sepanjang tahun 2024 (ytd), dibandingkan tahun 2023 sebesar US$7 miliar. Pendanaan tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebesar US$21,9 miliar dengan 931 putaran. Ini menandakan adanya kontraksi pendanaan di tengah kondisi ekonomi global yang melemah pada tahun lalu. (*)