Bukit Asam: Kematangan Operasional Dukung Good Mining Practice
Di tengah berbagai tantangan dan dinamika bisnis, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus berupaya meningkatkan stabilitas dan kematangan operasional bisnisnya, serta terus mengembangkan bisnis. Hal tersebut juga diintegrasikan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam setiap aspek bisnisnya.
Penerapan GCG di PTBA didukung oleh kerangka regulasi, khususnya Peraturan Menteri BUMN No. PER-02/MBU/03/2023 tentang Pedoman Tata Kelola dan Kegiatan Korporasi Signifikan BUMN.
Nilai-nilai dari peraturan tersebut telah diadopsi melalui penyusunan Corporate Governance Policy, Pedoman Kerja Dewan Komisaris, dan Pedoman Kerja Direksi pada akhir tahun 2023. PTBA juga mengadopsi Pedoman Umum Governansi Korporat Indonesia Tahun 2021 yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governansi, serta ASEAN Corporate Governance Scorecard.
Selain itu, secara berkala PTBA melakukan penilaian tingkat kematangan risiko (risk maturity) untuk mengetahui gap atas praktik-praktik yang telah diimplementasikan di perusahaan dengan praktik terbaik sesuai dengan standar yang berlaku.
Menurut Arsal Ismail, Direktur Utama PTBA, dari hasil penilaian tersebut telah diidentifikasi peluang-peluang perbaikan dan disusun road map peningkatan praktik manajemen risiko di perusahaannya. Ini meliputi peningkatan pada dimensi budaya dan kapabilitas risiko, organisasi dan tata kelola risiko, kerangka risiko dan kepatuhan, proses dan kontrol risiko, serta model dan teknologi pengelolaan risiko.
Peningkatan kapabilitas operasional juga diupayakan PTBA dengan meningkatkan kematangan teknologi dan infrastruktur guna mendukung efisiensi dan efektivitas operasional. Sebagai contoh, selama tahun 2024, perusahaan ini terus mengembangkan aplikasi korporat in-house, yaitu CISEA (Corporate Information System and Enterprise Application), yang menjadi alat utama dalam mengintegrasikan aktivitas bisnis. Aplikasi ini memungkinkan pemantauan kinerja, pengelolaan sumber daya, dan penyediaan informasi strategis secara real time.
Dari sisi infrastruktur, PTBA memiliki program kerja (RKAP) yang berkesinambungan guna mendukung kelancaran aktivitas operasional perusahaan. Di antaranya, memastikan keandalan infrastruktur teknologi informasi yang digunakan dan juga penambahan perangkat baru yang diperlukan untuk menjamin high availability system.
Peningkatan cybersecurity juga menjadi prioritas untuk memastikan perlindungan data perusahaan dan keberlangsungan operasional. Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan adalah dengan diimplementasikannya Security Operations Center (SOC), yang berfungsi untuk memonitor, mendeteksi, dan merespons ancaman keamanan siber secara real time. Dengan SOC, PTBA dapat mencegah, mengidentifikasi, dan menanggulangi risiko siber secara lebih efektif.
Di tahun 2024 juga, PTBA menyusun IT master plan yang disebut Rencana Strategis Teknologi Informasi (RSTI) untuk periode 2025-2029. RSTI ini akan menjadi panduan utama dalam menyusun program kerja tahunan TI dan memastikan transformasi digital berjalan terarah dan berkelanjutan. Untuk mengukur tingkat kematangan teknologi yang telah dicapai, PTBA melaksanakan IT Maturity Assessment.
“Semua langkah ini diambil untuk memastikan bahwa transformasi digital di PTBA mendukung daya saing dan memberikan nilai tambah yang berkelanjutan,” ujar Arsal.
Dalam mendukung keberlanjutan bisnisnya sebagai perusahaan di sektor pertambangan, PTBA menerapkan prinsip praktik pertambangan yang baik (Good Mining Practice). Upaya yang dilakukan, di antaranya, reklamasi lahan pascatambang, rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS), pengembangan lahan basah buatan (constructed wetland), elektrifikasi peralatan pertambangan, hingga digitalisasi pertambangan. Strategi ini mencerminkan upaya PTBA untuk memitigasi dampak jangka panjang, baik terhadap lingkungan maupun masyarakat sekitar.
Dekarbonisasi operasional menjadi fokus utama PTBA dalam mendukung mitigasi perubahan iklim. Perusahaan menggantikan peralatan berbasis bahan bakar fosil dengan peralatan berbasis listrik.
Selain itu, juga membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di beberapa area operasional untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil. Dengan langkah-langkah ini, PTBA berhasil mencatatkan penurunan emisi sebesar 16,29% dari skenario Business As Usual (BAU) pada tahun 2023.
PTBA pun menerapkan pendekatan ekonomi sirkular untuk meningkatkan efisiensi sumber daya dan mengurangi limbah. Reklamasi lahan bekas tambang dilakukan dengan menanam kaliandra, yang berfungsi sebagai tanaman rehabilitasi lahan sekaligus biomassa untuk co-firing di PLTU.
Dalam hal ini, masyarakat setempat berkontribusi secara aktif melalui penyediaan bibit tanaman, sehingga menciptakan peluang ekonomi lokal sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Kami secara konsisten dan berkelanjutan melakukan upaya pengukuran dan evaluasi atas inisiatif dan pencapaian serta menerapkan prinsip GCG dan ESG dalam operasionalnya, baik secara internal maupun melibatkan pihak ketiga independen,” kata Arsal.
Tahun ini, PTBA berhasil mempertahankan predikat “Sangat Terpercaya” dengan meraih skor 91,04, yang menandai keberhasilannya meraih predikat yang sama sepuluh kali berturut-turut sejak tahun 2015. (*)
*Artikel ini telah terbit di SWA, Edisi No. 19 (20 Desember 2024-15 Januari 2025)