Baterai EV Garapan Indonesia Berdaya Saing dengan Tiongkok

Perkembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) tengah meroket pesat dalam 10 tahun belakangan ini. Pemerintah sendiri aktif berinisiasi terhadap kebijakan untuk ekosistem EV di Indonesia.

Wakil Presiden Direktur PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), Pandu Sjahrir, menuturkan komponen kunci dari baterai EV tak hanya berbahan dasar nikel saja, tapi juga kandungan litium di dalamnya. Di Indonesia, bahan baku litium tak melimpah sehingga mengambil dari Australia. Pada saat itu, ekosistem EV masih berpusat pada bahan baku nikel yang melimpah di Indonesia.

"Bersama dengan investor Korea Selatan dan klien kami dari Amerika Serikat, kami membangun manufaktur counter litium Ferro Phosohate (LFP) di Indonesia," ungkapnyadi Jakarta, Kamis (16/1/2025).

Pandu mengatakan beberapa alasan pabrik LFP dibangun di Indonesia. Pertama, seluruh ekosistem di Indonesia sangat kompetitif dalam daya saing biaya sebab tak jauh berbeda dengan garapan litium baterai EV di pabrik LFP Tiongkok. Kedua, Indonesia adalah pasar yang besar dengan banyak orang yang mengincar kendaraan listrik dengan harga menengah ke bawah.

"Dan ketiga, Indonesia dinilai sangat alami. Tidak banyak perusahaan yang dapat memenuhi semua persyaratan meski tak memiliki material bahan baku litium. Apa yang telah kami lakukan di sektor nikel, sejatinya membantu sub-sektor lainnya untuk membuat keseluruhan rantai nilai," pungkas Pandu. Adapun, saham TOBA pada penutupan perdagangan hari ini ditutup stagnan di Rp386. (*)

# Tag