Greenhope Kembangkan Ekonomi Sirkular Berbasis Bioplastik
Untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai di Indonesia, Greenhope menggelar kegiatan bertajuk “Bioplastic in Circular Economy, From Root to Market” di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Acara ini diselenggarakan untuk merayakan keberhasilan program catalytic fundingdalam membangun ekosistem pertanian yang tanggap terhadap perubahan iklim sekaligus memulai program ekosistem bioplastik di Indonesia.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono, perwakilan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), UNDP, dan para pengguna bioplastik seperti Watsons, Sarirasa Group, Ecorasa, Tessa, Dewata by Monsieur Spoon, Kharisma Plastik Indo, dan Rekam Nusantara.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono mengapresiasi bagaimana Greenhope memberdayakan petani. “Kami sangat mendukung inisiatif ini, karena selain mengurangi sampah plastik, proyek ini juga membuka peluang bagi petani lokal dan menciptakan nilai tambah dari produk pertanian,” kata Diaz.
Greenhope telah memberdayakan 130 petani lokal tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani. Apalagi hasil pertaniannya seperti singkong bisa digunakan sebagai bahan dasar plastik yang mudah lebur sehingga dapat mengurangi sampah plastik di Indonesia.
Co-Founder dan CEO Greenhope, Tommy Cipta Jaya menuturkan acara ini merupakan tonggak penting bagi Indonesia dalam memperkenalkan dan mengembangkan ekonomi sirkular berbasis bioplastik.
“Melalui program catalytic funding yang kami jalankan, kami ingin menunjukkan bagaimana teknologi ramah lingkungan bisa berjalan beriringan dengan pertanian lokal, menciptakan lapangan kerja, dan tentunya mengurangi ketergantungan pada plastik konvensional yang merusak lingkungan,” kata Tommy dalam siaran pers yang diterima swa.co.id, Kamis (23/1).
Diakui Tommy, program ini tidak akan mengganggu kebutuhan pangan karena menggunakan jenis singkong seperti singkong gajah dan singkong racun yang tidak dikonsumsi langsung.Apalagi teknologi inovatif yang digunakan perusahaan yang mengubah pati singkong menjadi bioplastik dan menghasilkan produk ramah lingkungan.
Hal ini dilakukan Kelompok Tani Setia, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, para petaninya kini mampu mengolah singkong menjadi produk bernilai tinggi seperti tepung mocaf, mie instan mocaf, hingga produk bioplastik berbasis singkong yang menggunakan teknologi mutakhir seperti Ecoplas dan Naturloop. Salah satu contoh produknya yaitu, sedotan bioplastik, kini telah menjadi solusi alternatif plastik konvensional di pasar global.
Micheael Lie Direktur Pemasaran PT Kharisma Plastik Indo, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan dan produksi hijau dalam bidang manufaktur kini mengembangkan industri kantong dan sedotan ramah lingkungan.
Diakui Micheael PT Kharisma Plastik Indo berhasil mengekspor produk ramah lingkungannya, yaitu straw biobased yang berbahan dasar ecoplas dari Greenhope dan teknologinya, ke pasar Jepang.
Ekspor ini menjadi tonggak penting bagi PT Kharisma Plastik Indo menguasai pasar Internasional dan membuktikan bahwa produk-produk berbasis teknologi hijau dari Indonesia mampu bersaing.
Pasar Jepang telah lama dikenal sebagai pasar yang sangat memperhatikan kualitas dan keberlanjutan produk. Persyaratan yang ketat dan tingginya standar kualitas menjadi tantangan bagi banyak produsen.
Untuk masuk ke Jepang, PT Kharisma Plastik Indo menggandeng
Rise Up Co. Ltd Japan sebagai distributor tunggal untuk memasarkan produk Ecoplas dan produk ramah lingkungan lainnya di Jepang dinilai sebagai langkah strategis.
Rise Up Co. Ltd Japan memiliki pengalaman dan jaringan yang kuat di pasar Jepang, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan penetrasi pasar dan kesadaran tentang keunggulan produk hijau dari Indonesia di Jepang.
Selain di Jepang produk straw biobased yang diproduksi PT Kharisma Plastik Indo juga telah digunakan hotel-hotel bintang 5 di Bali, dan juga sudah diekspor ke Singapura. “Paling tidak kami bisa mengekspor 1 kontainer dalam satu tahun,” kata Micheael.