Tri Yudha dan Perjalanan Transformasi Patra Logistik
Tri Yudha Nurmansyah merupakan salah satu eksekutif muda yang berhasil menempati posisi mentereng di Grup Pertamina, yakni sebagai Direktur Utama PT Patra Logistik, anak usaha PT Pertamina Patra Niaga, sejak 20 Mei 2024. Sebelumnya, eksekutif kelahiran Palembang, 10 Juli 1986, ini menjabat sebagai Direktur Operasi dan Pemasaran Patra Logistik.
Karier Tri Yudha di Pertamina memang banyak di bagian penjualan atau pemasaran. Sebelum dipercaya sebagai Direktur Operasi dan Pemasaran, lulusan S-1 School of Business & Management Institut Teknologi Bandung dan S-2 The University of Sydney (Australia) ini pernah menjabat sebagai Sales Executive Retail XIV Jawa 1 - Bandung, Sr Sales Executive Retail XII Sumatera 1 - Batam, Sr Sales Executive Retail I Kalimantan-Balikpapan PMS, SAM Retail Sukabumi Jawa 1 - Sukabumi, dan SAM Retail Banten Jawa 1 - Tangerang.
Ketika Patra Logistik melakukan transformasi, Tri Yudha termasuk orang yang terlibat aktif. Baginya, transformasi bisnis merupakan suatu keharusan, sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi pemimpin pasar logistik dan rantai suplai energi nasional, dengan misi menjalankan bisnis logistik dan manajemen rantai suplai minyak, gas, energi terbarukan, serta material lainnya dengan efektif, efisien, dan transparan secara digital.
Selain tuntutan visi dan misi perusahaan, dia menambahkan, transformasi bisnis juga didorong oleh perubahan seperti kondisi pasar yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 dan dirupsi digital yang terjadi dalam lima tahun terakhir.
Tri Yudha meyakini, transformasi bisnis yang berhasil tidak hanya mengadopsi teknologi baru, tetapi juga menyesuaikan budaya dan strategi untuk memanfaatkan potensi yang terus berkembang. Berangkat dari dua pertimbangan tersebut, transformasi bisnis ini mau tidak mau, suka tidak suka, harus dilakukan juga oleh Patra Logistik.
“Jangan sampai perusahaan ketinggalan momentum, di mana semua subholding berlomba-lomba untuk memajukan dan mengamankan bisnisnya masing-masing. Maka, transformasi bisnis Patra Logistik memang harus segera dilakukan,” dia menandaskan.
Patra Logistik lahir tahun 1996 ―sebelumnya bernama PT Elnusa Kawan Commercial ― yang bisnisnya mengelola Gedung Graha Elnusa dan Gedung Arsip Pelumpang.
Kemudian, perusahaan berubah nama menjadi Patra Logistik di tahun 2005 dan masuk ke bisnis distribusi BBM. Bisnis ini diawali dengan pendistribusian BBM dari Teluk Kabung Sumatera Barat dan Depot Pertamina Siak Pekanbaru ke SPBU.
Di tahun 2012, perusahaan mulai menangani VHS (jasa pengiriman, penyimpanan, dan penyaluran untuk industri) BBM. Salah satu konsumennya adalah PT Timah.
Selanjutnya, di tahun 2013, perusahaan juga mengembangkan bisnis baru dengan masuk ke aviasi dan aftur. “Jadi, Patra Logistik melakukan pembangunan dan pengoperasian DPPU Labuan Bajo,” ujar Tri Yudha.
Tahun 2016, perusahaan melakukan penambahan untuk bisnis franco (jasa pengiriman ke konsumen) BBM untuk TNI di seluruh wilayah Indonesia. Pada 2018 perusahaan mulai mengembangkan bisnis lagi, tidak hanya di BBM, tapi juga di produk pelumas. Di tahun ini, Patra Logistik mulai melakukan kegiatan transportasi pengangkutan pelumas dari Depot Supply Point (DSP) sampai ke wilayah konsumen.
Pada 2020, perusahaan semakin gencar menambah bisnis baru. Sebelumnya, franco dan VHS hanya melayani beberapa konsumen, dan di tahun tersebut mulai bertambah cukup signifikan, mulai dari PLN, Pertamina Hulu Energi, Pertamina EP, Patra Drilling Kontraktor, hingga Badak Arun Solusi.
Di tahun 2020 pula, Patra Logistik mulai melakukan transformasi lainnya. Salah satunya, transformasi di bidang digital. Pada 2021, banyak aplikasi yang sudah mulai dibangun dan digunakannya.
Langkah penting lainnya terjadi pada 2022, ketika Patra Logistik mengakuisisi terminal BBM Ketapang di Kalimantan Barat, juga mengubah logo. Tujuan pengubahan logo, memberikan kesan atau image bahwa memang terjadi transformasi di dalam tubuh Patra Logistik. Dengan memunculkan logo baru ini, di internal perusahaan diharapkan dapat menimbulkan kepercayaan diri karyawan.
Selain perubahan logo, Patra Logistik pun dipercaya untuk mengangkut BBM mobil tangki merah putih, dari terminal BMM terminal menuju lembaga penyalur, mulai di wilayah Papua, Maluku, lalu berkembang di Sumatera bagian utara dan Sumatera bagian selatan.
Dampaknya, Tri Yudha menjelaskan, kinerja keuangan Patra Logistik terus membaik. Tahun 2021, revenue perusahaan hanya Rp 572 miliar, lalu di tahun 2023 melonjak menjadi Rp 1,9 triliun.
EBITDA (earning before interest, tax, depreciation and amortisation) pun tumbuh. Tahun 2021 tercatat baru Rp 98 miliar, di tahun 2023 tumbuh hampir dua kali lipat menjadi Rp 187 miliar.
Sementara itu, laba bersih tahun 2021 tercatat hanya Rp 48 miliar, di tahun 2023 tumbuh signifikan menjadi Rp 93 miliar. “Tahun 2022-2023 kami gencar melakukan investasi, terutama investasi pengadaan armada yang digunakan dalam bisnis transportasi,” kata Tri Yudha.
Dia terus menggencarkan transformasi di Patra Logistik. Tahun 2024, transformasi SDM yang dimulai tahun 2023, dilanjutkan dengan restrukturisasi organisasi.
Di tahun 2024 juga, dilakukan transformasi operasi. Yakni, mengubah pola kerja pengelolaan operasi transportasi dengan detail informasi terkait vessel tracing, vehicle tracing, vessel schedule, work order, job order, manifest/packing list, tyre management system, pengelolaan driver, inventory, kendaraan, customer channel, marketing module, dan vendor channel. (*)