Ekspor Semen Naik 10% di 2024
Ekspor semen di tahun lalu meningkat dua digit dibandingkan tahun sebelumnya. Walaupun pelemahan ekonomi global masih berlanjut, terutama dibeberapa negara yang menjadi pasar utama ekspor seperti Bangladesh, Australia, dan Taiwan, namun demikian hal tersebut tidak berdampak melemahnya pembelian produk semen dari Indonesia.
Hingga akhir tahun 2024 total ekspor semen dan clinker mengalami pertumbuhan sebesar 10,4% dengan total volume sebesar 11,9 juta ton. Hal ini dipicu dari masih tingginya permintaan clinker di pasar-pasar tradisional di luar negeri. Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Lilik Unggul Raharjo, menjabarkan kapasitas terpasang industri semen nasional mencapai 119,9 juta ton per tahun. "Volume penjualan semen dalam negeri di tahun 2024 sebesar 64,9 juta ton, turun 0,9% jika dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 65,5 juta ton. Sedangkan ekspor semen naik 10,4% atau menjadi 11,9 juta ton," ujar Lilik pada siaran pers di Jakarta, Jumat (31/1/2025).
ASI mencermati penurunan penjualan semen disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, permintaan semen di sektor konstruksi cenderung melambat karena permintaan semen agak mendatar dari proyek-proyek pemerintah baik di Jawa maupun wilayah lainnya seperti proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur.
Beberapa wilayah pasar utama semen seperti Jawa tahun ini mengalami sedikit penurunan sebesar 0,1% dengan volume mencapai 33,5 juta ton, hampir sama dengan pencapaian tahun 2023. Penjualan semen di kalimantan pada 2024 masih tumbuh sebesar 11,2%., tetapi lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2023 yang mencapai 22,1%. Hal ini disebabkan karena mulai melambatnya pembangunan seiring dengan kebijakan pemerintah yang mengurangi anggaran untuk pembangunan terus proyek-proyek infrastruktur di Ibu Kota Nusantara.
Penjualan semen di Bali dan Nusa Tenggara di tahun 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 3,3% dibandingkan tahun 2023. Pertumbuhan penjualan semen di Bali mencapai 15,8% yang lebih banyak disebabkan karena beberapa proyek penunjang sektor pariwisata yang tetap berjalan. Kondisi di wilayah lainnya seperti Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua tidak jauh berbeda yang secara umum cenderung mengalami penurunan. (*)