PGEO dan Pertagas Mengembangkan Bisnis Green Hydrogen

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Pertamina Gas (Pertagas) berkolaborasi dalam kajian pengembangan bahan bakar hijau. Inisiatif ini diwujudkan dalam Joint Study Agreement bertajuk Penggunaan Listrik dari Panas Bumi untuk Beyond Energy yang merupakan bagian dari sinergi Pertamina Group dalam mendukung agenda dekarbonisasi.
PGEO, dengan kapasitas besar pembangkit listrik tenaga panas bumi, mampu menyediakan listrik rendah emisi yang mendukung produksi hidrogen hijau dan amonia hijau yang hijau dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor, terutama untuk industri dan transportasi.
Sementara itu, Pertagas sebagai perusahaan infrastruktur penyaluran energi nasional, yang mengelola 2.930 km pipa transmisi gas terpanjang di Indonesia, memiliki keahlian dalam pengelolaan infrastruktur energi yang dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan dan distribusi kedua bahan bakar hijau tersebut.
Pemanfaatan listrik dari panas bumi dalam produksi hidrogen hijau dan amonia hijau akan membantu industri dan sektor transportasi dalam upaya dekarbonisasi. Inisiatif ini juga sejalan dengan target pemerintah dalam meningkatkan bauran energi terbarukan dan memperkuat ketahanan energi nasional melalui diversifikasi sumber energi, terutama dari energi terbarukan.
Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero), A. Salyadi Saputra ,menyatakan kolaborasi kedua perusahaan akan mempercepat pengembangan hidrogen hijau dan amonia hijau serta menjadi landasan bagi Pertamina dalam membangun green energy hub. Saat ini, belum ada pemain dominan di energi hijau.
“Dengan membawa mandat mewujudkan ketahanan energi dan hilirisasi industri, Pertamina berpeluang menjadi pemain utama energi hijau, tidak hanya karena skala ekonominya, tetapi juga melalui pendekatan economics of speed — kecepatan dalam pengembangan teknologi serta optimalisasi infrastruktur dan rantai pasok,” katanya, Jumat (7/2/2025).
Kerja sama energi ini mencakup berbagai aspek, di antaranya pertukaran informasi teknis yang mencakup analisis kondisi operasi, komposisi thermal, elektrolisis, serta identifikasi potensi pasar dan data terkait lainnya.
Selain itu, kedua perusahaan akan berkolaborasi dalam melakukan kajian teknis seperti evaluasi kelayakan proyek dan identifikasi skema penggunaan listrik panas bumi untuk menghasilkan hidrogen hijau dan amonia hijau.
Direktur Utama PGE, Julfi Hadi, menyatakan pengembangan energi panas bumi merupakan langkah strategis dalam mewujudkan swasembada energi nasional serta mendukung upaya dekarbonisasi industri dan transisi energi di Pertamina Group.
Ini sejalan dengan komitmen PGE sebagai pemimpin industri panas bumi dan peran Pertagas yang membuka cakrawala dalam berbagai peluang bisnis baru untuk mendukung Pertamina menjadi green energy giant.
“Kolaborasi PGEO dan Pertagas dalam produksi bahan bakar hijau merupakan bagian dari strategi PGE untuk tidak hanya mengembangkan energi panas bumi di sektor hulu, tetapi juga memperluas pemanfaatannya di hilir melalui pembangunan ekosistem industri hijau yang terintegrasi termasuk hidrogen hijau,” ucapnya.
Direktur Utama Pertagas, Gamal Imam Santoso, menambahkan kolaborasi dengan PGEO ini merupakan langkah penting untuk memulai upaya memasok hidrogen hijau dan amonia hijau ke pasar domestik maupun ekspor. Langkah ini nantinya akan semakin memperluas portofolio bisnis kedua perusahaan.
Setelah kajian teknis selesai, PGE dan Pertagas akan melanjutkan ke studi kelayakan untuk meninjau berbagai aspek proyek, termasuk potensi investasi dan pengembangan skema bisnis, alokasi sumber daya serta pemilihan teknologi yang tepat, dan tata waktu implementasi.
Proyek kerja sama ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola oleh PGE, dengan mempertimbangkan lokasi yang memiliki potensi optimal untuk mendukung produksi hidrogen hijau dan amonia hijau. (*)