Emisi Karbon dari Kelapa Sawit Bisa Dapat Cuan!
Presiden Prabowo Subianto tengah menggondok kebijakan implementasi penerapan biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40% (B40). Belum lagi target lainnya dari Prabowo yakni perluasan lahan perkebunan sawit.
Perluasan tersebut sempat memanen banyak kritik dari masyarakat lantaran bisa menciptakan deforestasi hutan. Budi Mulyanto, akademisi dan periset di IPB University, tak senada dengan kritikan tersebut. “Kelapa sawit adalah mesin besar penambat CO2. Kajian ilmiah sudah banyak (tentang hal itu). Perkebunan sawit dapat dikelola berkelanjutan,” ungkapnya pada diskusi virtual bertajuk 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran: Industri Sawit Di Bawa Kemana? pada Senin (10/2/2025).
Perkebunan sawit mampu menghasilkan oksigen 18,7 ketimbang hutan tropis yang hanya 7,09. Kemudian laju asimilasi bersih dari perkebunan sawit mencapai 64,5 sementara hutan tropis 42,4. Artinya, perkebunan sawit akan menyerap karbon dan memanen energi matahari. Alhasil, emisi karbon setara dengan memanen energi.
Jika melakukan carbon trade kepada seseorang atau lembaga yang sudah bersertifikat karbon maka bisa mengemisi karbon sebanyak yang dibeli. Kesempatan memanen energi ini kemudian berkontribusi pada pembangunan ekonomi. “Sementara kita yang menjual karbon, lahannya hanya boleh dipelihara. Yang penting lagi, sawit ini adalah mesin besar menyerap karbon yang paling efektif di dunia,” pungkas Budi. (*)