Thermax Kembangkan Teknologi yang Mendukung Net Zero Emission

Ashish Bhandari, MD & CEO Thermax. (Foto: Audrey Aulivia Wiranto/SWA)
Ashish Bhandari, MD & CEO Thermax. (Foto: Audrey Aulivia Wiranto/SWA)

Perusahaan manufaktur energi asal India, Thermax meningkatkan investasi hingga US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun untuk mengembangkan industri hijau di Indonesia. Industri tersebut berupa alat pengendali polusi udara hingga teknologi bioetanol.

CEO Thermax, Ashish Bhadari, mengatakan Thermax sebelumnya telah mengucurkan dana sebesar US$ 25 juta untuk pembangunan pabrik di Cilegon, Banten. Pabrik tersebut memproduksi beberapa produk seperti boiler kemasan, pemanas, pendingin, aksesoris uap, air dan pengolahan air limbah, serta peralatan pengendalian polusi udara.

“Kami mampu untuk meningkatkan investasi ini hingga 3 kali, 4 kali lipat dalam beberapa dekade ke depan,” ujar Ashish dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (18/2).

Ashish mengatakan, peningkatan investasi tersebut dapat berjalan seiring dengan inovasi teknologi perusahaan yang akan terus berkembang dalam beberapa waktu kedepan. Thermax saat ini telah memiliki tiga area yang berpotensi mendukung Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga lingkungan dari sektor energi.

Thermax telah membangun satu kawasan semasa COVID-19 dan berhasil untuk setiap kawasan selama 10 tahun yang lebih. "Hampir 20 persen setiap tahun.Semua teknologi yang dipakai mendukung proyek net zero emission. Thermax akan membuat minyak lebih bersih, membuat tanaman lebih efisien. Thermax mempunyai di 100 unit di Indonesia di seluruh sektor," ujarnya.

Thermax mengembangkan teknologi terkait dengan pengolahan bioenergi dan bioethanol. Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam dan produksi limbah pertanian serta limbah kota yang melimpah, memiliki potensi besar untuk mengubah limbah ini menjadi sumber energi yang terjangkau dan berkelanjutan.

Teknologi tersebut memungkinkan untuk mengkonversi biomassa menjadi energi, baik dalam bentuk uap, listrik, maupun gas terkompresi (CNG). Teknologi ini memungkinkan penggunaan biomassa untuk menghasilkan etanol yang dapat dicampurkan dengan bensin, bahkan menggantikan sebagian besar penggunaan bahan bakar diesel dengan biodiesel.

“Ada teknologi lainnya, dan Thermax membuat beberapa di antaranya, yang bisa mengubah biomassa ini menjadi etanol, yang bisa dicampurkan ke dalam bensin,” ujarnya.

Selain itu, Thermax memiliki teknologi yang memanfaatkan panas dari industri menjadi energi yang dapat digunakan kembali. Sebagai contoh, Thermax telah mengimplementasikan teknologi yang dapat menangkap panas buangan dari pabrik kelapa sawit dan menggunakannya untuk kebutuhan pendinginan atau pemanas.

Tak hanya itu, Thermax mengembangkan teknologi dalam bidang hidrogen dan penangkapan karbon. Pengembangan teknologi hidrogen menjadi salah satu alternatif utama dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Sedangkan, teknologi penangkapan karbon, berperan penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim.

Ashish mengatakan, semua teknologi tersebut dilakukan untuk memberikan Solusi dan mendukung Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

“Indonesia dipilih karena sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan kebutuhan energi yang signifikan. Menyeimbangkan pertumbuhan energi dengan keberlanjutan energi memerlukan solusi,” ucapnya. (*)

# Tag