Sylvia Lazuarni: Mengorkestrasi Semua Bagian di Home Credit dalam Program Joint Action Plan
Sejak tahun 2022, Sylvia Lazuarni menjalankan peran sebagai Chief Financial Officer (CFO) PT Home Credit Indonesia (Home Credit). Selama pengalaman dua tahun tersebut, ia merumuskan lima tantangan yang harus ditangani dengan baik.
Lima Tantangan
Pertama, pemulihan kinerja keuangan perusahaan pascapandemi Covid-19. Hal itu karena pertumbuhan pasar yang belum pulih, terutama untuk penjualan offline dan mobile phone, yang memerlukan inovasi untuk produk, strategi pemasaran, dan jalur distribusi.
“Tingkat kualitas portofolio yang menurun mengharuskan perusahaan untuk menaikkan tingkat pencadangan, sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan akuntabilitas perusahaan. Biaya operasional masih relatif tinggi, terutama dari sisi rasio terhadap pendapatan operasional,” Sylvia menjelaskan.
Tantangan kedua, proses penjualan dan integrasi dari pemegang saham lama, Home Credit B.V., kepada pemegang saham baru, Bank of Ayudhya Public Company Limited (Krungsri Bank) dan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk.
Tantangan ketiga, investasi, adaptasi teknologi, dan digitalisasi, yang bertujuan mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar offline dan terus memperkuat ekosistem online.
Kemudian, tantangan keempat, tingkat kepemimpinan dan kematangan organisasi keuangan yang masih harus dikembangkan.
Dan, tantangan kelima, faktor eksternal yang secara langsung/tidak langsung memengaruhi kinerja perusahaan. Misalnya, perubahan peraturan/hukum terkait bisnis perusahaan, tingkat persaingan dan kompetitor baru, serta situasi politik lokal ataupun global yang memengaruhi tingkat suku bunga.
Peningkatan Sinergi
Untuk memastikan tim siap menghadapi tantangan masa depan, Sylvia membentuk Tim Keuangan dan Operasional di Home Credit yang memiliki performa tinggi untuk berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan dan pelanggan. Kegiatan yang dilakukan: mentoring dan coaching rutin, update bisnis berkala, serta eksposur, baik di dewan direksi maupun tingkat grup.
Selain itu, dilakukan pula pengembangan soft skill dan hard skill melalui sesi workshop (internal ataupun eksternal), dengan titik berat kepada kapabilitas untuk menjadi mitra bisnis yang andal. Prioritas di area pengembangan SDM ini dilakukan secara paralel dengan proses otomatisasi dan standardisasi.
Adapun isu yang menjadi perhatian Sylvia saat ini sebagai CFO sekaligus Chief Operating Officer Home Credit ialah peningkatan sinergi dari sisi operasional dan executional excellence, serta peningkatan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan sesuai dengan strategi perusahaan untuk tiga tahun ke depan. Selain itu, juga penentuan area investasi tepat guna untuk mendukung rencana pertumbuhan tersebut (manajemen return on investment/ROI).
Enam Strategi
Enam strategi dijalankan Sylvia dalam manajemen keuangan perusahaan selama 1-2 tahun terakhir guna menghadapi situasi bisnis yang masih penuh ketidakpastian.
Pertama, mendiversifikasi pendapatan. Dalam hal ini, Home Credit berkolaborasi untuk ekspansi lini usaha bersama mitra baru, seperti Bank Sahabat Sampoerna yang berhasil mencatat pertumbuhan bisnis lebih dari 20%.
Kedua, menambah lebih dari 10 partner usaha, baik di bidang ritel, prinsipal, asuransi, maupun joint financing scheme, sehingga meningkatkan fee-based income lebih dari 30%.
Ketiga, melakukan investasi Go Big Program untuk meningkatkan interaksi dengan pelanggan melalui produk Home Credit Bayar Nanti, yang berhasil melipatgandakan volume penjualan.
Keempat, menerapkan manajemen biaya risiko, yang merupakan program berkelanjutan dalam peningkatan strategi under-writing, manajemen fraud, peningkatan kinerja kolektor, dan penerapan teknologi bayar otomatis (bekerjasama dengan Bank Mandiri, BRI, dan BNI), membuat biaya risiko terkontrol sesuai dengan target keuangan di 2024.
Kelima, menjalankan berbagai inisiatif optimisasi biaya operasional, melalui produktivitas dan efektivitas manajemen SDM, pemindahan fungsi operasi ke sentral Jawa, peningkatan peran dan tata kelola bagian pembelian, serta penerapan proses kontrol biaya yang terintegrasi. Strategi ini berhasil menurunkan rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional sebesar 1.000 BPS selama tiga tahun terakhir.
Dan, keenam, melakukan integrasi dan sinergi dengan ekosistem MUFG, yang memberikan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang, terutama dari sisi pendanaan, produk inovasi, marketing event, dan manajemen pemasok.
Integrasi dengan ESG
Sylvia mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dan faktor Environment, Social, Governance (ESG) dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Hal ini sejalan dengan strategi jangka panjang Home Credit, yaitu pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan, melalui penerapan ESG dan Responsible Financing.
Dari sisi Environment, investasi di digital apps yang memungkinkan 100% paperless process (dengan waktu tiga menit). Perusahaan juga berpartisipasi aktif di berbagai acara terkait lingkungan hidup, seperti CSR Recycling Program (9 ton carbon reductions) dan tahun 2023 mulai kontrak ESG, baik dengan bank (KPI ESG-related) maupun supplier (ESG criteria).
Home Credit juga mengalokasikan bujet terkait Corporate Social Responsibility (CSR), yang digunakan untuk program edukasi dan peningkatan literasi masyarakat. Selama tahun 2024, Home Credit berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk penyuluhan literasi keuangan UMKM perempuan di Bali dan Yogyakarta bersama mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Selain offline, program edukasi terkait proses pembiayaan yang bertanggung jawab dilakukan pula secara online, melalui akun media sosial perusahaan. Berbagai acara CSR pun diselenggarakan, terutama di bidang pendidikan untuk perempuan dan penyandang disabilitas.
Rangkaian upaya dan strategi manajemen keuangan Home Credit tersebut membuahkan hasil memuaskan. Proses transformasi di Divisi Keuangan dan Operasional terutama melalui standardisasi serta otomatisasi proses dan sistem, juga investasi teknologi, telah memberikan hasil yang sangat baik, yaitu peningkatan produktivitas, proses pengerjaan yang jauh lebih cepat, dan efisiensi jumlah karyawan.
Proyek besar yang berhasil diselesaikan di 2024 ialah proses otomatisasi menyeluruh untuk portofolio/asset under management, pajak pendapatan, dashboard finansial dengan pemetaan grup baru, pemanfaatan bot dan robotic untuk processing dan integrasi data, serta kapabilitas voice to text.
Selain itu, di tahun sebelumnya, adaptasi teknologi di area pembelian, partner reconciliations (bank/retail/asuransi), treasury, dan cost control juga menjadi prioritas. Untuk pengolahan data besar, Home Credit juga sudah menggunakan machine learning dan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Mengorkestrasi Seluruh Bagian
Prestasi lain yang dicapai Sylvia di antaranya memimpin proses integrasi keuangan dan pelaporan ke dalam MUFG Framework & System. Semua dilakukan secara tepat waktu dan dengan kualitas yang baik. Juga, berpartisipasi penuh dalam proses integrasi dua departemen besar, yaitu Keuangan dan Operasional, diikuti dengan berbagai proses otomatisasi, standardisasi, dan BPO, yang menghasilkan peningkatan efisiensi (>50% dalam tiga tahun).
Proses tersebut mengakselerasi proses financial closing dari D+11 menjadi D+3 di akhir 2024. Hal ini memberikan kesempatan kepada manajemen untuk bisa me-review bisnis di minggu pertama, dan memprioritaskan berbagai aksi yang akan dilakukan di bulan-bulan selanjutnya.
Hasil nyata kepemimpinan Sylvia sebagai Chief Finance and Operation ialah kemampuan mengorkestrasi seluruh bagian di Home Credit dalam program Joint Action Plan (JAP).
Dalam program ini, dilakukan analisis menyeluruh, terstruktur, dan tepat waktu dari risiko keuangan dan operasional, yang kemudian diantisipasi melalui berbagai inisiatif mitigasi risiko, dan dilengkapi dengan target, penunjukan resmi sebagai direktur penanggung jawab, tenggat waktu, dan dimonitor melalui rapat direksi mingguan.
“Disiplin, intensitas, dan konsistensi orkestrasi tersebut mencatatkan hasil yang sangat baik, yaitu pertumbuhan keuntungan bersih lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir dan rasio biaya terhadap pendapatan operasi yang meningkat sebesar 1.000 BPS. Program JAP Home Credit terpilih menjadi salah satu best practices yang dipresentasikan di Group Leadership Forum di Krungsri Bank, Bangkok,” kata Sylvia menggarisbawahi. (*)