Melisa Hendrawati: Perkokoh Fondasi Teknologi Pengelolaan Keuangan Superbank
Di tengah industri digital banking yang semakin dinamis, Melisa Hendrawati tampil sebagai sosok yang sangat tertantang membawa perubahan signifikan bagi perusahaan di mana ia bekerja.
Chief Financial Officer (CFO) Superbank ini bukan hanya fokus mengutak-atik angka, tetapi ia mengarsiteki strategi keuangan yang membawa bank ini ke tingkat pertumbuhan yang terkelola. Dengan pendekatan yang cermat dan pemanfaatan teknologi yang adaptif, Melisa membuktikan bahwa pengelolaan keuangan yang tepat dapat menjadi fondasi utama bagi daya saing sebuah institusi keuangan.
Berbasis Teknologi
Keahlian Melisa dalam mengelola keuangan perusahaan terbentuk dari pengalamannya yang panjang di industri keuangan. Wanita yang menjabat CFO Superbank sejak Januari 2022 ini pernah berkarier di Citi Group, DBS Bank, Allianz, hingga AIA dan JPMorgan Chase & Co.
Sejak bergabung ke Superbank, MBA lulusan Nanyang Technological University Singapore ini banyak melakukan inovasi, baik yang berorientasi jangka panjang maupun jangka pendek. Baginya, perbankan bukan hanya tentang menjaga keseimbangan neraca, tetapi juga tentang bagaimana memanfaatkan peluang dalam ketidakpastian.
Salah satu langkah terobosan Melisa di Superbank ialah menerapkan sistem manajemen keuangan berbasis teknologi yang memungkinkan analisis real time terhadap arus kas, aset, dan liabilitas. Ia menjelaskan bagaimana teknologi ini membantu tim keuangan membuat keputusan lebih cepat dan akurat.
“Kami tidak lagi bergantung pada laporan keuangan bulanan yang sering terlambat dalam mencerminkan kondisi pasar. Dengan sistem ini, kami dapat memantau pergerakan keuangan setiap saat dan merespons dengan tepat waktu,” katanya.
Pemanfaatan teknologi tidak berhenti di situ. Melisa pun memperkenalkan otomatisasi dalam berbagai proses keuangan, mulai dari manajemen risiko hingga perencanaan anggaran. Langkah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mengurangi risiko kesalahan manusia.
“Kami mengintegrasikan kecerdasan buatan untuk membantu analisis data keuangan, sehingga tim kami dapat lebih fokus pada strategi dan inovasi,” ia menjelaskan. Pendekatan ini terbukti efektif dalam menjaga stabilitas keuangan perusahaan, bahkan di tengah fluktuasi pasar yang sulit diprediksi.
BI + Visualisasi Data
Melisa juga mendorong timnya untuk mengembangkan platform Business Intelligence (BI), yang memungkinkan akses real time ke data operasional, keuangan, dan bisnis. Kombinasi BI dengan visualisasi data serta teknologi kecerdasan buatan (AI) memungkinkan Superbank melakukan proyeksi akurat, menilai skenario risiko, serta mengoptimalkan strategi bisnis.
“Dengan data real time, kami dapat membuat keputusan yang lebih cepat dan terukur, baik dalam penyaluran kredit, alokasi modal, maupun penentuan prioritas investasi,” kata Melisa.
Selain BI, Superbank juga telah menerapkan Enterprise Resource Planning (ERP), yang mengintegrasikan proses akuntansi, penganggaran, dan kontrol keuangan dalam satu sistem terpadu. Dengan langkah ini, efisiensi dan transparansi dalam manajemen keuangan semakin meningkat, memungkinkan tim keuangan bekerja lebih efektif tanpa terbebani prosedur manual yang kompleks.
Keputusan Melisa untuk menggabungkan strategi berbasis data dengan prinsip keuangan yang kuat juga tecermin dalam pendekatan ESG (Environmental, Social, and Governance) yang diterapkan perusahaan. ESG tidak hanya menjadi indikator kinerja keuangan, tetapi juga menjadi bagian integral dari strategi bisnis. Salah satu bentuk implementasinya adalah melalui penilaian risiko berbasis ESG dan investasi yang memperhitungkan dampak sosial dan lingkungan.
Inklusi Keuangan
Namun, inovasi terbesar mungkin datang dari inisiatif inklusi keuangan yang digagasnya. Melalui produk Pinjaman Atur Sendiri (PAS), Superbank menyediakan akses kredit fleksibel bagi masyarakat yang selama ini kurang terlayani oleh industri perbankan, termasuk UMKM dan individu di sektor informal. Selain itu, produk Celengan by Superbank dan Saku by Superbank diperkenalkan juga untuk mendorong budaya menabung di kalangan nasabah.
Keberanian Superbank dalam merangkul ekosistem digital semakin terlihat ketika mereka menjadi satu-satunya bank di Indonesia yang terintegrasi langsung dengan platform Grab. Sejak Juni 2024, jutaan pengguna dan mitra Grab dapat membuka rekening, menabung, serta melakukan pembayaran langsung melalui aplikasi Grab tanpa perlu mengunduh aplikasi tambahan. “Kami ingin mempermudah akses perbankan digital bagi masyarakat luas, dengan menghadirkan solusi yang lebih seamless dan user-friendly,” kata Melisa.
Dalam perannya sebagai CFO, Melisa tak hanya memastikan keuangan perusahaan sehat, tetapi juga membangun tim yang siap menghadapi masa depan. Ia memandang peran CFO modern sebagai “Chief Future Officer,” yang bertugas membina keterampilan digital di semua jenjang karier pegawai.
“Di dunia yang semakin digital, seorang pemimpin keuangan tidak cukup hanya memahami angka. Mereka harus mampu menghubungkan strategi keuangan dengan transformasi teknologi,” kata Melisa. Karena itu, ia memperkenalkan berbagai program untuk mempercepat adaptasi digital dalam timnya, termasuk pelatihan berkelanjutan di bidang digital banking, data science, AI, serta prinsip ESG. “Kami ingin tim kami selalu up-to-date dengan praktik terbaik dan tren industri terbaru,” tambahnya.
Garis Depan Inovasi
Selain pelatihan formal, budaya kolaboratif juga menjadi kunci keberhasilan Superbank di bawah kepemimpinan Melisa. Ia mendorong kerjasama lintas fungsi agar tim keuangan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang kebutuhan bisnis secara keseluruhan.
Program Future Leadership yang ia inisiasi bertujuan menyiapkan kader pemimpin baru dengan pemahaman teknologi sejak awal karier mereka. Program ini dirancang agar talenta-talenta baru memiliki keterampilan adaptif dan inovatif yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan. “Kami ingin menanamkan mindset inovasi dan kepemimpinan sejak dini,” ujarnya.
Untuk lebih menumbuhkan budaya inovasi, Melisa juga menginisiasi SuperThon, sebuah hackathon internal yang mengajak karyawan lintas departemen untuk berkolaborasi mengembangkan prototipe solusi baru. Dari peningkatan efisiensi operasional hingga inovasi layanan digital, SuperThon telah menghasilkan berbagai ide yang kini diterapkan dalam operasional perusahaan.
Tentu, kesuksesan Melisa dalam membangun sistem dan proses yang lebih canggih di Superbank tidak terlepas dari kemampuannya memanfaatkan sinergi dengan ekosistem pemegang saham, termasuk Grab, EMTEK, Singtel, dan KakaoBank. Kemitraan strategis ini mempercepat inovasi produk dan memperluas jangkauan pasar. “Dengan dukungan dari ekosistem yang kuat, kami dapat menciptakan produk yang lebih inovatif dan relevan dengan kebutuhan pelanggan,” katanya.
Dari membangun platform BI hingga mengintegrasikan layanan perbankan ke dalam ekosistem digital, ia telah membuktikan bahwa pengelolaan keuangan tidak lagi hanya tentang menjaga keseimbangan neraca, tetapi juga tentang memimpin perubahan. Ia telah membawa Superbank ke era baru perbankan digital, di mana data, teknologi, dan inklusi keuangan menjadi pilar utama pertumbuhan.
“Perubahan itu konstan, dan tugas kami adalah memastikan Superbank selalu berada di garis depan inovasi,” ujarnya.
Transformasi keuangan itu dilakukan Melisa tidak hanya dengan mengandalkan teknologi. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara divisi keuangan dan unit bisnis lainnya. Menurutnya, pendekatan silo dalam pengelolaan keuangan sering menjadi penghambat inovasi.
“Kami memastikan bahwa setiap keputusan keuangan dibuat dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap seluruh aspek bisnis. Ini bukan hanya tentang angka di laporan keuangan, tetapi bagaimana angka tersebut mendukung pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan,” ia menegaskan.
Bagi Melisa, inovasi dalam pengelolaan keuangan bukan hanya tentang teknologi atau strategi, tetapi juga tentang membangun budaya kerja yang kolaboratif dan adaptif. Ke depan, ia berencana terus mengembangkan inisiatif berbasis teknologi dalam pengelolaan keuangan bank. (*)