BEI Masih Jajaki Peluang Kontribusi Danantara ke Pasar Modal, Positif atau Negatif?

BEI Masih Jajaki Peluang Kontribusi Danantara ke Pasar Modal, Positif atau Negatif?
Ilustrasi pergerakan harga saham di Gedung Bursa Efek Indonesia atau BEI di Jakarta pada Jumat (28/2/2025). Foto Nadia K. Putri/SWA

PT Bursa Efek Indonesia atau BEI masih mengeksplorasi peluang Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk berkontribusi ke pasar modal. Menurut Direktur Utama BEI, Iman Rachman, sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) naungan Danantara diklaim berkontribusi terhadap kapitalisasi pasar (market cap) dan nilai transaksi (trading value).

“Secara market cap dan trading value-nya cukup signifikan, berdampak kepada transaksi di pasar modal,” ujar Iman dalam pemaparannya di Gedung BEI, Jakarta pada Jumat (28/2/2025).

Iman memaparkan, perusahaan milik negara di bawah naungan Danantara—termasuk perusahaan tercatat di BEI, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID.

Untuk MIND ID, sejumlah perusahaan tercatat BEI, seperti PT Timah Tbk (TINS), Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan Bukit Asam Tbk (PTBA). Kemudian, ditambah dengan anak-anak perusahaan BUMN yang tercatat di BEI, antara lain PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), hingga Elnusa Tbk (ELSA). Total ada 12 perusahaan yang tercatat di BEI di bawah naungan Danantara.

Iman melanjutkan, per Desember 2024, total kapitalisasi pasar BEI mencapai Rp12.000 triliun, dengan 12 BUMN tercatat BEI yang menorehkan nilai kapitalisasi pasar hingga Rp1.853 triliun. Per 26 Februari 2025, nilai kapitalisasi pasar BEI sedikit menurun menjadi Rp11.400 triliun. Sementara, 12 BUMN tersebut mencetak nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp1.700 triliun.

Iman mengeklaim, BUMN yang tercatat di BEI tersebut nantinya akan menopang 60% di pasar modal. Perusahaan-perusahaan di bawah Danantara tersebut, diharapkan dapat menjadi pemain aktif di industrinya, layaknya investasi Temasek di Singapore Airlines. Ditambah lagi, perusahaan tersebut terus mengalami penambahan pendapatan dan kapitalisasi pasar.

Dari segi aset dan portofolio, Iman menggambarkan bahwa Danantara nantinya berisi 58% ekuitas dari perusahaan tercatat di BEI. Dengan catatan, perusahaan tersebut berkembang melalui sejumlah aksi korporasi di pasar modal atau penerbitan surat utang perusahaan.

“Kami tidak berharap mereka [perusahaan BUMN di bawah naungan Danantara] hanya pendanaannya lewat IPO, dana dari dividen tentu saja. [Ada] skin of the game, pemerintah masuk, perusahaan bisa fund raise (menggalang dana),” tambah Iman.

Meskipun begitu, swa.co.id memantau harga-harga saham BUMN yang tergabung dalam Danantara mayoritas anjlok hingga 5%. Iman menegaskan, masih berpandangan positif terhadap saham-saham BUMN yang tergabung dalam Danantara. Ditambah dengan masih adanya ruang untuk pengembangan, perbaikan, hingga dukungan dari BEI.

“Saya cukup positif melihat Danantara lebih agile,” tutup Iman. Per 28 Februari 2025, IHSG sesi pertama dibuka di level 6.446,62. Sesi pertama itu dilanjutkan dengan level IHSG yang anjlok hingga 6.292,32. Pada sesi kedua di pukul 14.38 WIB, posisinya turun menjadi 6.327,56. (*)

# Tag