Kolaborasi Amartha dan Think Policy Meningkatkan Kesejahteraan UMKM
PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) berkolaborasi dengan Think Policy menyelenggarakan diskusi kelompok bertajuk “Menyelaraskan Visi Pemerintah dengan Aksi Akar Rumput”. Acara tersebut melibatkan pemerintahan, akademisi, perbankan, serta pengusaha UMKM, sehingga diskusi diperkaya oleh beragam perspektif dan masukkan serta bertujuan untuk mendukung peningkatan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),
Acara dibuka oleh Aria Widyanto, Chief Risk & Sustainability Officer Amartha untuk memberikan pemahaman lebih dekat mengenai segmen UMKM akar rumput dan kontribusi Amartha dalam mensejahterakan segmen ini. “Selama 14 tahun perjalanan, Amartha telah melayani lebih dari 2,7 juta perempuan pengusaha mikro dan ultramikro di 50.000 desa di seluruh Indonesia,” kata Aria.
Aria menambahkan Amartha berinisiatif mempertemukan berbagai pemegang kepentingan untuk membangun kolaborasi lintas sektor dan institusi. Amartha berharap diskusi ini dapat menjadi media jejaring dan memberikan risalah kebijakan yang menjadi dasar bagi semua pihak untuk bergerak secara sinergi dalam mensejahterakan UMKM.
Hal ini dibenarkan Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UKM, Riza Damanik, yang menyoroti potensi dan daya tahan dari para pengusaha mikro dan ultra mikro memiliki daya tahanyang cukup kuat, dimana sektor ini telah teruji tahan dari krisis ekonomi.
Kalau lihat di dalam landscape pengusaha di Indonesia, maka mayoritas adalah pengusaha mikro dan ultramikro, datanya mengatakan lebih kurang 99,6%. Salah satu karakteristik pengusaha mikro dan ultramikro, mereka punya daya cukup kuat.
Diakui Riza masih banyak tantangan yang dihadapi pengusaha mikro, salah satunya rendahnya produktivitas karena postur usahanya belum mencapai skala ekonomi yang memadai. Karena beban produksi usaha mikro lebih tinggi, biaya produksi lebih mahal, alat produksi terbatas, tenaga kerja sedikit, dan sulit mendapatkan akses pasar yang berkelanjutan.
“Oleh karena itu, pemerintah mendorong agar usaha mikro mulai berkelompok, membangun klaster-klaster usaha yang sejenis dalam satu ekosistem dan bisa membangun kemitraan dengan usaha kecil, menengah, atau usaha besar,” kata Riza.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Usaha dan Permodalan Kementerian Pariwisata, Hanifah, menuturkan, pendampingan sangat dibutuhkan UMKM. Saat ini banyak pengusaha mikro belum paham mengelola keuangan, sehingga pendanaan yang diberikan tidak bisa maksimal mengembangkan bisnis mereka.
Pendampingan, sangat penting bagi UMKM untuk mengakses pasar, meningkatkan kuantitas serta kualitasproduk. Jadi, yang paling perlu adalah pendampingan, termasuk memastikan produk mereka kualitasnya memenuhi apa yang diinginkan oleh pasar.
Hasil pemaparan akan menjadi bagian dari agenda di acara The 2025 Asia Grassroots Forum hosted by Amartha, yang diselenggarakan di Bali pada 21-23 Mei 2025. Forum ini akan diikuti 1.000 peserta global, terdiri dari perwakilan pemerintah, pengusaha, startup, investor, akademisi, LSM serta inovator. Hal ini untuk mendorong kolaborasi lintas sektor untuk menguatkan dan memberdayakan komunitas akar rumput se-Asia. (*)