BSI Resmi Kelola Bank Emas Pertama di Indonesia, Ini Strateginya!
PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) resmi menjadi salah satu pengelola bisnis bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia pada 26 Februari 2025.
Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna, menyatakan bahwa bisnis bank emas BSI memiliki berbagai keunggulan. Ia menjelaskan, pertama, layanan bank emas pertama di Indonesia, dengan salah satu produk unggulannya yaitu BSI Gold Karatase 99,99% yang telah bersertifikasi SNI dan MUI.
Kedua, jaringan BSI Agen yang lebih dari 110.000 di seluruh Indonesia dapat melayani bisnis emas BSI. "Bank emas bisa diakses di mana pun dan kapan pun melalui BYOND by BSI," kata Anton.
Bisnis emas BSI terus mengalami pertumbuhan signifikan melalui produk Gadai Emas, Cicil Emas, BSI Emas Digital, dan BSI Gold. Sepanjang 2024, total emas kelolaan BSI telah mencapai 17,5 ton dengan volume transaksi sebesar 29,7 ton.
Pada 2025, BSI akan fokus pada dua lini utama dalam bisnis bank emas, yaitu penitipan emas dan perdagangan emas, melalui tiga layanan utama. Pertama, BSI Emas Digital yang mencakup jual beli dan penitipan emas melalui BYOND by BSI.
Kedua, BSI Gold yang menawarkan kemudahan pembelian emas fisik secara tunai maupun cicilan dengan harga kompetitif.
Ketiga, pengembangan BSI ATM Emas untuk kemudahan pencetakan emas di pusat dan cabang BSI. Bahkan, BSI ATM Emas menjadi yang pertama di Indonesia yang dimiliki oleh entitas yang menjalankan bisnis bank emas.
"Saat ini, BSI diperkuat oleh lebih dari 600 tenaga profesional penaksir emas. Ke depan, BSI akan memiliki 50 ATM Emas," ungkapnya.
Perusahaan optimistis bahwa bisnis emas masih memiliki potensi besar di Indonesia. Saat ini, permintaan emas per kapita Indonesia masih terendah di Asia Tenggara, yaitu 0,16 gram per orang.
Berdasarkan kajian McKinsey, emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton dari sektor hulu hingga hilir. Dari jumlah tersebut, emas batangan diproyeksikan sebesar 321 ton yang dapat dimonetisasi.
Indonesia juga memiliki cadangan emas terbesar keenam di dunia, setara dengan 2.600 ton. Di sisi lain, Indonesia termasuk dalam 10 negara produsen emas global dengan produksi sekitar 100 ton emas pada 2020.
Menurut Anton, kehadiran bank emas BSI memungkinkan penangkapan nilai ekonomi di seluruh rantai pasok emas, monetisasi aset emas yang kurang produktif, serta memberikan alternatif investasi syariah yang lebih mudah.
Upaya ini juga sejalan dengan misi BSI dalam melanjutkan arahan pemerintah sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional serta mendukung visi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan mencapai 8% pada 2029.
"BSI optimistis bahwa bank emas atau usaha bullion akan menarik minat para pelaku industri, dari hulu hingga hilirisasi emas, yang akan memberikan nilai tambah dalam rantai produksi. Sebab, hilirisasi logam mulia dapat meningkatkan nilai tambah bijih emas hingga 10 kali lipat," ujarnya. (*)