Menanti Kolaborasi dengan BEI dan Pemerintah, ABB: Kami Terbuka
Perusahaan asing asal Swedia-Swiss di bidang teknologi elektrifikasi dan otomasi, ABB, membuka ruang untuk berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia serta perusahaan-perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). “Saya bisa katakan ABB membuka kolaborasi dengan berbagai mitra. Kemudian kita akan jajaki, apakah ada kesempatan yang menciptakan nilai tambah? Dalam hal ini, kami telah berkembang menuju upaya emisi nol karbon,” beber President, Energy Industries, Asia, ABB, Anders Maltesen di Jakarta pada Selasa (4/3/2025).
Maltesen menambahkan, ABB memiliki proyeksi positif terhadap potensi energi baru terbarukan (EBT) seperti panas bumi (geotermal), tenaga air (hidro), hingga tenaga surya di Indonesia. Namun, potensi itu perlu difasilitasi dengan baik melalui pendanaan hijau dari institusi keuangan.
“Ini lebih kepada masalah kecepatan. Pada akhirnya, kecepatan itu sering kali diatur oleh pembiayaan,” tambah Maltesen. Menurut Maltesen, pemerintah Indonesia harus dapat mengejar ketertinggalan dan mengokohkan struktur keuangan untuk mempercepat pembangunan ekosistem EBT.
Selain itu, pendanaan dari institusi keuangan dapat membuat pengembangan EBT dan ekosistemnya menjadi lebih efisien. Sehingga, terdapat sumber dana untuk memperbaiki fasilitas. Di samping itu, investor akan berpeluang memperoleh profitabilitas dari pengembangan EBT tersebut.
Sementara itu, dari sisi perdagangan bursa karbon (IDXCarbon) yang diluncurkan oleh BEI pada September 2023, Maltesen menyinggung soal kematangan dan kesiapan pasar untuk berinvestasi pada bursa tersebut. Menurutnya, bursa karbon di Indonesia masih membutuhkan waktu lebih untuk mencapai kematangan tersebut.
“Pasar [di bursa karbon] masih membutuhkan waktu hingga matang dan siap,” tutup Maltesen.
Per 5 Maret 2025, transaksi IDXCarbon tercatat sebesar 2 ton karbon dioksida (tCO2) dengan nilai transaksi sebesar Rp160.000. sebanyak 7 proyek telah tercatat di bursa tersebut, dengan unit karbon yang tersedia sebesar 2,20 juta tCO2. Adapun partisipannya sebanyak 110 investor.
Sementara per Februari 2025, proyek tercatat terbilang naik dibanding Januari 2025, menjadi 7 proyek, yang sebelumnya 6 proyek. Jumlah karbon yang tersedia terbilang menurun dibanding bulan sebelumnya, menjadi 2,19 juta tCo2. Sebelumnya sebesar 2,56 juta tCo2. Nilai transaksi pada Februari 2025 mencapai Rp14,32 miliar, yang sebelumnya Rp12,29 miliar.(*)