Serapan Lahan Kawasan Industri di Semester II/2024 Tertinggi Sejak Pandemi
Sektor industri dan logistik menjadi salah satu subsektor properti yang dinilai memiliki risiko yang minim, dan potensi tumbuh yang tinggi, sehingga menjadi pilihan investor di berbagai kota di Asia Pasifik, termasuk Asia Tenggara.
Saat ini, di Greater Jakarta dan Subang, menjadi submarket paling potensial, dengan sektor auto-related sebagai prime mover, terutama yang terkait dengan pengembangan produksi EV (electric vehicle) dan berbagai industri turunannya.
Sementara itu, sektor Data Center yang sejak tahun 2021 terdeteksi aktif menyerap lahan industri di Greater Jakarta, di akhir tahun 2024 tidak lagi menjadi occupier utama. Total serapan lahan untuk kebutuhan data center tidak setinggi 2 tahun sebelumnya.
Performa subsektor industri terhitung mencatatkan yang terbaik sejak pandemi melanda. Sehingga tidak mengherankan jika beberapa kawasan industri di Jabodetabek berencana membuka tambahan pasokan lahan untuk memenuhi permintaan para industrialist. Termasuk di wilayah Subang yang juga memiliki rencana yang sama.
Kilasan pasar kawasan industri Jabodetabek dan sekitarnya periode semester II 2024 di antaranya total stok kawasan industri di Greater Jakarta dan sekitarnya bertambah, saat ini tercatat berkisar 15.729 hektar, total serapan lahan di semester ini berkisar 77 hektar, Subang, Bekasi dan Karawang, masih menjadi submarket yang potensial saat ini.
Selanjutnya harga masih stabil, cenderung mulai meningkat terutama di beberapa kawasan yang memiliki daya kompetisi yang relatif lebih tinggi, seperti di koridor timur Jakarta, tahun 2024 menjadi performa terbaik dalam 5 tahun terakhir, melalui catatan permintaan lahan berkisar 312 ha, auto-related menjadi occupier yang paling aktif di akhir tahun 2024.
Willson Kalip, Country Head dari Knight Frank Indonesia menyebutkan, serapan lahan kawasan industri di tahun 2024 menunjukan performa tertinggi sejak pandemi.
Memang tidak dapat dipungkiri, gelombang masuknya manufaktur dari wilayah regional Asia, seperti Tiongkok, Vietnam, dan Korea Selatan memberikan dampak positif terhadap performa Kawasan Industri.
“Terlebih Perang Dagang As-Tiongkok yang telah membawa relokasi pabrik ke wilayah Jawa Tengah. Di tengah kondisi tersebut, saat ini Pemerintah dan Industrialist perlu menangkap peluang ini sebagai golden opportunity, hal ini mengingat sektor manufaktur akan menjadi katalis dalam menjaga performa sektor industri di Greater Jakarta dan nasional,” katanya, Jumat (7/3/2025). (*)