Liku-liku Amanda Hartanto Merajut Bisnis Batik Premium

null
Amanda Hartanto

Bagi Amanda Hartanto, batik bukan sekadar kain bermotif indah, melainkan warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Proses pembuatan batik dan tradisi yang harus dipertahankan membuat Amanda semakin semangat untuk terus melestarikannya.

Ketika menempuh pendidikan Kriya Tekstil di Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB), Amanda semakin memahami bahwa batik tidak hanya soal estetika, tetapi juga soal filosofi dan teknik pengerjaan yang rumit. Ia kemudian melanjutkan studi S-2 di bidang Fashion Branding and Merchandising FSRD ITB, bahkan mendapat kesempatan belajar di Kasetsaart University Bangkok, Thailand, melalui program pertukaran pelajar.

Latar belakang pendidikannya membawa Amanda bekerja di dunia fashion, dari menjadi desainer tekstil di Parang Kencana Batik hingga fashion stylist di Majalah Femina. Namun, kecintaannya pada batik begitu besar hingga ia memutuskan mendirikan bisnis sendiri pada 2014.

Ia ingin menciptakan batik premium yang tidak hanya eksklusif, tetapi juga tetap relevan dengan tren fashion modern. Bisnisnya berkembang pesat dan kini beroperasi di bawah PT Anugerah Harapan Bangsa.

Perjalanan Amanda dalam mengembangkan bisnis batik premium tentu tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi ialah menjaga eksklusivitas produk di tengah pasar yang semakin ramai. Banyak orang yang membandingkan batik premium dengan batik printing yang lebih murah, sehingga edukasi menjadi hal penting dalam bisnis ini.

Selain itu, keberlanjutan pengrajin batik juga menjadi perhatian utama. Ia bekerjasama dengan pembatik di berbagai daerah, antara lain Pekalongan, Yogyakarta, dan Solo. Sebanyak 80% produksinya dilakukan di Pekalongan, tempat para pengrajin yang telah bekerjasama dengannya selama lebih dari sepuluh tahun.

null
Salah satu karya Amanda Hartanto (IG: @amandahartantobatik)

Ia percaya, bisnis batik harus terus berinovasi agar tidak kehilangan daya tariknya. Ia mengembangkan desain batik yang khas dengan motif kembang yang dipadukan dengan unsur geometris.

Selain itu, ia mulai menggabungkan batik dengan teknik embroidery dan eksplorasi warna sesuai dengan tren global. Model pakaian yang ia rancang juga dibuat versatile, sehingga satu baju bisa digunakan dalam berbagai kesempatan.

“Batik harus bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan identitasnya,” ujarnya.

Dalam pemasaran, ia mengandalkan kombinasi strategi online dan offline. Produknya dipasarkan melalui Instagram, WhatsApp, serta e-commerce seperti Tokopedia. Selain itu, Batik Amanda Hartanto juga hadir di beberapa department store ternama, termasuk Central Grand Indonesia, Galeries Lafayette Pacific Place, dan Sarinah Thamrin. Berkat strategi yang tepat, dalam tiga tahun terakhir bisnis ini mencatat pertumbuhan penjualan rata-rata 20% per tahun.

Ke depan, Amanda memiliki impian besar untuk membawa batik lebih jauh lagi. Ia ingin mendirikan pabrik batik sendiri agar dapat memberikan lebih banyak lapangan pekerjaan bagi para pembatik. Tak hanya itu, ia juga ingin membuka butik batik di luar negeri untuk memperkenalkan keindahan batik Indonesia ke pasar global.

“Batik bukan hanya tentang kain bermotif, tapi juga cerita, budaya, dan identitas bangsa. Saya ingin dunia melihat batik sebagai karya seni bernilai tinggi,” katanya penuh semangat. (*)

# Tag