Prodia Widyahusada (PRDA) Cuan Rp270 Miliar di 2024, Perbanyak Point of Collection dan Kemitraan Bisnis di Tahun Ini
PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih (net income) sebesar Rp270 miliar di tahun 2024, atau tumbuh 4% jika dibandandikan laba bersih di 2023. Pencapaian ini menunjukkan resiliensi perseroan sebagai pemegang pangsa pasar (market share) laboratorium diagnostik terbesar di Indonesia.
Perseroan mencatatkan kontribusi pendapatan terbesar dari segmen pelanggan B2C (business to customer), dengan kontribusi pendapatan sebesar 58% dari total pendapatan. Selain itu, PRDA mencatatkan kontribusi pendapatan terbesar dari permintaan tes rutin sebesar Rp1,57 triliun yang turut menyumbang 69% total pendapatan perseroan.
Perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp2.2 triliun, naik sebesar 1,3% dibanding tahun 2023. Adapun posisi kas dan setara kas n masih tetap positif di level Rp442 miliar, sehingga perseroan masih mampu menunjukkan kesehatan keuangan yang kuat dalam mendukung operasional bisnis.
Untuk menggenjot pertumbuhan pendapatan dan laba di tahun 2025, emiten laboratorium ini menyiapkan beberapa strategi yang akan dilaksanakan secara bertahap. Direktur Utama Prodia, Dewi Muliaty, mengungkapkan manajemen perseroan mengoptimalkan perolehan dari jumlah tes-tes yang bersifat esoterik, pada tahun 2025 tingkatkan target menjadi 14 tes baru setiap tahunnya.
“Kami juga akan mengutilisasi layanan klinik, memperbanyak POCs (Point of Collection), memperbanyak kerja sama dengan rumah sakit, asuransi, serta mengoptimalkan jejaring layanan pelanggan baik untuk B2C dan B2B (business to business) secara intensif. Untuk menguatkan posisi sebagai market leader di industri laboratorium diagnostik di Indonesia, Perseroan berupaya meningkatkan jangkauan layanan sebagai pusat rujukan di Asia Tenggara (SEA Referral Laboratory),” ungkap Dewi seperti dikutip pada Sabtu (15/3/2025).
Selain strategi utama tersebut, kinerja positif Perseroan juga didukung dari kontribusi positif dari PT Prodia Diagnostic Line (Proline), yang sahamnya telah diakuisisi Perseroan pada Juni tahun lalu. Kontribusi Proline diharapkan semakin memperkuat kinerja Perseroan, terutama dalam menjawab kebutuhan alat kesehatan di Indonesia seiring dengan berbagai program pemerintah terhadap alat kesehatan berbasis Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada tahun 2025.
Direktur Keuangan Prodia, Liana Kuswandi, mengatakan kinerja keuangan perseroan saat ini dalam posisi yang baik lantaran berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif, dengan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
“Capaian ini mencerminkan komitmen kami dalam mengelola operasional secara efisien dan mempertahankan profitabilitas yang berkelanjutan. Ke depannya, kami akan terus fokus pada strategi bisnis yang telah disiapkan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan ini. Dengan pendekatan yang disiplin dan adaptif, kami optimis dapat menjaga keuangan perusahaan yang sehat dalam jangka panjang,” papar Liana.
Hingga akhir 2024, Prodia terus memperluas jangkauan layanan dengan total 354 outlet yang tersebar di 80 kota di 34 provinsi Indonesia. Selain ekspansi jaringan, Perseroan terus mengalokasikan belanja modal (capex) untuk mendukung pertumbuhan bisnis, termasuk ekspansi outlet, rehabilitasi dan renovasi bangunan, keperluan relokasi, serta pengembangan operasional IT pada operasional Perseroan.
Prodia dalam memperkuat perannya sebagai Center of Excellence laboratorium diagnostik, terus melakukan berbagai edukasi kesehatan, kolaborasi dengan institusi pendidikan dan badan riset, serta distribusi informasi melalui kanal digital. Selain itu, ekspansi digital terus didorong melalui pengembangan aplikasi U by Prodia, yang menyediakan fitur pemesanan pemeriksaan laboratorium, Health Plan, dan Chronic Disease Management. Harga saham PRDA pada perdagangan Jumat kemarin itu menjadi Rp2.520 atau naik