Barito Pacific (BRPT) Cetak Laba Bersih US$56,48 Juta, Naik Berkat Proyek Strategis Nasional
Emiten barang baku PT Barito Pacific Tbk atau Barito Pacific (BRPT) berhasil mencetak laba bersih US$56,58 juta. Laba bersih itu naik mencapai 116,28% dibanding tahun sebelumnya atau secara year-on-year (YoY) sebesar US$26,11 juta. Kenaikan ini disokong dari pabrik klor alkali – etilen diklorida (CA-EDC) Chandra Asri Group di Cilegon yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN).
Meskipun begitu, BRPT justru mencetak penurunan pendapatan 13,53% menjadi US$2,38 miliar. Tahun sebelumnya, pendapatan BRPT sebesar Rp2,76 miliar. Pada tahun 2024, BRPT meraih pendapatan dari sejumlah lini bisnis, antara lain segmen ekspor dan lokal.
Untuk segmen ekspor, yaitu petrokimia sebesar US$336,56 juta. Lini pendapatan ini menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar US$605,24 juta. Untuk segmen lokal, lini petrokimia juga menurun sebesar US$1,34 miliar, tahun sebelumnya US$1,47 miliar.
Namun, lini energi dan sumber daya dari pihak ketiga seperti listrik dan pendapatan sewa energi mengalami peningkatan. Masing-masing nilainya sebesar US$365,59 juta dan US$156,76 juta. Sementara lini uap dan pendapatan sewa pembiayaan menurun, masing-masing US$122,02 juta dan US$39,63 juta.
Kemudian, segmen pendapatan lainnya dari pihak ketiga mengalami peningkatan pada 2024 menjadi US$2,05 miliar. Sebelumnya, lini tersebut menyumbang US$2,15 miliar. Direktur Utama Barito Pacific, Agus Pangestu, memaparkan sejumlah pemicu penurunan pendapatan perusahaan.
“Disebabkan adanya pemeliharaan terjadwal atau turnaround maintenance di kompleks petrokimia kami serta gangguan kondisi pasokan dan permintaan global,” jelas Agus dalam keterangan resmi dari laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (17/3/2025).
Pendapatan yang menurun juga membuat beban pokok pendapatan dan beban langsung menurun. Pada 2024, beban itu turun 15,16% menjadi US$1,86 miliar, sebelumnya sebesar US$2,20 miliar. Beban itu menurun dari berbagai aspek. Di segmen petrokimia, sejumlah aspek dari pemakaian bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya pabrikasi membuat jumlah biaya produksi menurun hingga US$1,54 miliar.
Kemudian, dari aspek persediaan barang dalam proses, baik itu dari awal tahun dan akhir tahun, membuat biaya pokok produksi menurun hingga US$1,54 miliar. Selebihnya, aspek berupa beban pokok penjualan petrokimia turun US$1,71 miliar, beban jasa US$24,6 juta, beban langsung energi dan sumber daya US$119,68 juta, dan lain-lain sebesar US$11,45 juta.
Adapun pembelian bahan baku dan barang jadi yang melebihi dari 10% pendapatan berasal dari Saudi Aramco Product Trading Company sebesar US$774,61 juta, sebelumnya sebesar US$962,52 juta. Beban-beban ini membuat laba kotor BRPT turun 7,05% menjadi US%518,8 juta, sebelumnya US$558,14 juta.
Namun demikian, aneka beban mulai dari beban penjualan, beban umum dan administrasi rata-rata mengalami penurunan, walau masih mencetak rugi. Beban penjualan merugi turun di US$45,52 juta, beban umum dan administrasi juga masih rugi, turun di US$133,35 juta. Namun, beban keuangan naik 8,56% menjadi US%349,76 juta, sebelumnya US$322,17 juta.
Dari segi aset, liabilitas, dan ekuitas, BRPT mencatatkan kinerja yang baik. Aset BRPT meningkat 3,77% menjadi US$10,53 miliar, sebelumnya US$10,14 miliar. Liabilitas justru meningkat 5,08% menjadi US$6,34 miliar, sebelumnya US$6,03 miliar. Terakhir, ekuitas meningkat tipis 1,85% menjadi US$1,85% menjadi US$4,18 miliar, sebelumnya US$4,11 miliar. Kinerja ini diharapkan memberikan fondasi untuk mendukung rencana ekspansi BRPT.
“Ke depan, strategi ekspansi kami didorong oleh visi yang baik untuk pertumbuhan berkelanjutan, mengubah tantangan menjadi peluang,” tutup Agus.
Di sektor energi, BRPT telah menambah kapasitas pembangkit binary sebesar 16,6 MW. Pembangkit tersebut diklaim akan memperluas lini bisnis energi terbarukan perusahaan. (*)