SRC Indonesia Sembilan Ekosistem “AYO” Ciptakan Pengalaman Belanja yang Menyenangkan
Sejak 2008, program Sampoerna Retail Community (SRC) telah menjadi salah satu pilar penting dalam memperkuat peran UMKM, khususnya retailer toko kelontong tradisional dan ekosistem di dalam rantai bisnisnya, di Indonesia. Program yang telah dikelola selama 17 tahun oleh PT SRC Indonesia Sembilan (SRCIS) – anak perusahaan PT HM Sampoerna Tbk. – ini telah menjadi motor penggerak pertumbuhan UMKM, dari kalangan toko kelontong, di seluruh negeri.
Sebagai gambaran, UMKM merupakan sektor yang sentral bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, UMKM berkontribusi terhadap lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap hampir 97% tenaga kerja. Dengan lebih dari 64 juta unit usaha UMKM yang beroperasi, optimalisasi program pemberdayaan UMKM memiliki potensi besar untuk mendukung pemerintah mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%.
Selaras dengan program pemerintah, SRCIS berkomitmen untuk memperkuat UMKM melalui pelatihan dan pengembangan, khususnya bagi pemilik toko kelontong. Langkah-langkah strategis yang diambil meliputi peningkatan kapasitas digital, penciptaan ekosistem kolaboratif, pengembangan kapasitas berkelanjutan, pendekatan komunitas, serta akses ke pembiayaan dan modal usaha.
“Berbagai inisiatif ini bertujuan meningkatkan daya saing dan ketahanan bisnis anggota SRC, sehingga mereka dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional,” kata Romulus Sutanto, Direktur SRC Indonesia Sembilan.
Menanggapi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam, SRCIS terus berinovasi dalam mendukung digitalisasi UMKM melalui pengembangan ekosistem digital AYO by SRC. Aplikasi ini dirancang dengan berbagai fitur yang memudahkan pelanggan dalam berbelanja secara praktis dan efisien.
Dengan kolaborasi bersama berbagai mitra dan pemangku kepentingan, toko kelontong anggota SRC kini telah mengadopsi metode pembayaran nontunai, meningkatkan kenyamanan dan kemudahan transaksi bagi pelanggan.
Saat ini, jaringan toko kelontong binaan SRC telah berkembang pesat hingga lebih dari 250 ribu Toko SRC di seluruh Indonesia. Mereka tergabung dalam 8.200 paguyuban dan bermitra dengan lebih dari 6.300 toko grosir Mitra SRC. “Pendampingan dan pembinaan dari SRC mencakup operasional toko dan peningkatan kualitas layanan pelanggan,” tambah Romulus.
Program pendampingan tersebut mencakup pelatihan manajemen usaha, dukungan pemasaran, dan pemanfaatan teknologi digital. Dalam implementasinya, pemilik Toko SRC diberikan pembinaan untuk memastikan stok barang kebutuhan harian selalu lengkap, menata toko dengan rapi, memajang barang di tempat yang mudah dijangkau dan dikelompokkan sesuai jenisnya, serta menginformasikan produk baru atau diskon menarik melalui komunikasi yang efektif kepada pelanggan.
Menurut Romulus, sebagai bagian dari program customer experience (CX), SRC mendukung digitalisasi melalui ekosistem AYO by SRC, yang memudahkan interaksi antara toko grosir, toko kelontong, dan pelanggan.
Ekosistem AYO by SRC terdiri dari tiga aplikasi utama: AYO Mitra untuk toko grosir, AYO Toko untuk pelaku usaha kelontong, dan My AYO untuk pelanggan. “Aplikasi-aplikasi AYO ini mempermudah pengelolaan bisnis dan menciptakan pengalaman belanja yang efisien dan menyenangkan, sekaligus membantu pelaku usaha naik kelas dan bersaing lebih baik,” jelas Romulus.
Salah satu inisiatif penting yang dilakukan oleh SRC adalah program untuk pelanggan Toko SRC yaitu program YBKS (Yuk Belanja ke SRC), yang mengintegrasikan teknologi untuk membangun CX yang lebih baik. Program ini menggabungkan mekanisme offline dan online untuk meningkatkan loyalitas dan keterlibatan konsumen, menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih menyeluruh dan bermanfaat.
Romulus menyampaikan, program CX di Toko SRC telah memberikan hasil signifikan, baik dari sisi transaksi maupun dampak sosial. Dari sisi transaksi, 50% Toko SRC di Indonesia kini melayani transaksi online melalui aplikasi My AYO, dengan penggunaan pembayaran nontunai tiga kali lebih tinggi dibandingkan toko non-SRC. Pada 2022, omzet Toko SRC mencapai Rp 236 triliun, setara dengan 11,4% dari total PDB sektor ritel nasional, menunjukkan kontribusi besar terhadap perekonomian.
Dari sisi non-transaksi, dampak sosial terlihat dari peningkatan hubungan positif berupa rasa kebersamaan melalui kegiatan paguyuban, berdasarkan riset Kompas yang menunjukkan 96% anggota SRC merasakan peningkatan hubungan sosial.
Program CX dari SRC juga dinilai memberikan dampak positif terhadap engagement konsumen, baik di sektor ritel maupun masyarakat luas. Program aktivasi yang diluncurkan SRC membantu pemilik toko karena meningkatkan brand awareness, ketersediaan produk, kualitas ekosistem toko, dan menciptakan suasana toko yang kondusif untuk pertumbuhan bisnis.
Dampak positif lainnya terlihat dari peningkatan omzet toko SRC sebesar 48% dibandingkan toko lain. Peningkatan ini menunjukkan bahwa konsumen lebih terlibat dalam kegiatan toko dan lebih sering bertransaksi. Hal ini menguntungkan tidak hanya bagi pemilik toko, tetapi juga bagi ekosistem ritel secara keseluruhan.
“SRC siap bekerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki visi yang sama demi mendukung Pemerintah mewujudkan target pertumbuhan ekonomi bangsa sebesar 8%,” tandas Romulus. (*)
Berbagai inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan ketahanan bisnis anggota SRC, sehingga mereka dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
Romulus Sutanto, Direktur SRC Indonesia Sembilan