Bukan Sekadar Tren: Honda Rancang Langkah Matang ke Era BEV

null
Honda CR-V HEV (Ftoto : Rian Sudiarto)

PT Honda Prospect Motor (HPM) perlahan merajut strategi besar: transisi dari kendaraan konvensional menuju era elektrifikasi.

Rencana peluncuran tiga model hybrid pada 2025—Civic HEV, HR-V HEV, dan Step Wagon—menjadi sinyal bahwa pabrikan asal Jepang ini tak ingin sekadar mengikuti tren, tetapi membangun fondasi kuat untuk target ambisiusnya: net zero emission pada 2040.

Langkah ini tak hanya tentang mengganti mesin berbahan bakar fosil, melainkan sebuah transformasi yang dirancang untuk menjawab tuntutan pasar, regulasi global, dan persaingan sengit di pasar kendaraan ramah lingkungan Indonesia.

Honda memilih pendekatan bertahap. Mereka mengandalkan teknologi hybrid sebagai jembatan untuk mengakrabkan konsumen dengan elektrifikasi. Civic HEV dan HR-V HEV, misalnya, diproyeksikan menjadi pionir yang menggabungkan efisiensi bahan bakar dengan keakraban pengguna terhadap teknologi konvensional.

“Kami menghadirkan produk yang sesuai kebutuhan konsumen pada waktu yang tepat,” ujar Yusak Billy, Sales & Marketing and Aftersales Director HPM, di Jakarta (21/3/2025). Strategi ini bukan sekadar reaksi atas tren, melainkan bagian dari roadmap jangka panjang. Baru pada 2026, Honda akan memperkenalkan dua BEV (Battery Electric Vehicle) dan dua HEV (Hybrid Electric Vehicle) tambahan, meski detailnya masih belum diumumkan.

Honda menargetkan bebas emisi pada 2040 mendatang. Portofolio elektrifikasi mereka diproyeksikan memotong 30% emisi CO2 pada 2030.

Namun, komitmen itu tak hanya terlihat dari produk. Di balik layar, HPM mengubah rantai pasoknya — mulai dari pabrik yang beralih ke energi terbarukan hingga program daur ulang komponen baterai.

“Ini tentang membangun ekosistem berkelanjutan, bukan sekadar menjual mobil,” tambah Yusak.

Persaingan di pasar domestik bakal kompetitif. Toyota, dengan Prius PHEV dan bZ4X, masih menjadi lawan berat di segmen hybrid. Sementara Hyundai lewat Ioniq 5 dan BYD dengan harga yang lebih murah seperti Dolphin, terus menggempur pasar BEV.

Kendala lain yang bakal dihadapi adalah fluktuasi harga baterai. Ketergantungan pada impor komponen listrik dan edukasi konsumen yang belum masif. Namun, insentif pemerintah seperti PPnBM 0% untuk mobil listrik dan subsidi infrastruktur menjadi angin segar.

Jika langkah bertahap ini berjalan mulus, Honda bukan tidak mungkin memimpin gelombang kedua elektrifikasi Indonesia—setelah gelombang pertama didominasi pemain baru.

Langkah Honda ini seperti percakapan diam-diam tentang masa depan. Sebuah masa di mana Honda Civic atau HR-V tak lagi bersenandung mesin, tetapi berjalan dalam senyap listrik. (*)

# Tag