Blibli (BELI) Tekan Rugi Bersih 30,5%, Cetak Pendapatan hingga Rp16,71 Triliun

Platform jual-beli daring atau e-commerce milik grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli menekan rugi bersih di tahun lalu. BELI pada 2024 itu dibekap kerugian senilai Rp2,53 triliun atau menyusut sebesar 30,5% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp3,64 triliun.

Kerugian BELI terdorong oleh kenaikan pendapatan bersih senilai Rp16,71 triliun, melonjak sebesar 13,6% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp14,71 triliun.

Rinciannya, BELI mencatatkan kenaikan pendapatan dari pihak berelasi menjadi Rp215,74 miliar, sebelumnya sebesar Rp176,09 miliar. Pihak berelasi tersebut termasuk pemegang saham dan dimiliki oleh pemegang saham akhir yang sama, dengan jenis transaksi berupa penjualan investasi saham, kas dan setara kas, piutang usaha, pendapatan bersih, uang muka, utang usaha, beban umum dan administrasi, beban umum penjualan, hingga liabilitas sewa.

Pihak-pihak yang berelasi tersebut antara lain PT Global Investama Andalan, PT Bank Central Asia Tbk, PT Djarum, PT Global Media Visual, PT Sarana Kencana Mulya, PT Hartono Istana Teknologi, PT BCA Finance, PT BCA Multi Finance, PT Asuransi Umum BCA, PT Grand Indonesia.

Selanjutnya, yaitu PT Anarawata Puspa Utama, PT Global Digital Ritelindo, PT Digital Otomotif Indonesia, PT Cipta Karya Bumi Indah, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia, PT Iforte Solusi Infotek, PT BCA Sekuritas, PT Bank Digital BCA, PT Bank BCA Syariah. Terakhir, yaitu PT Gonusa Prima Distribusi, PT Prima Top Boga, PT Savoria Kreasi Rasa, PT Global Dairi Alami, dan PT Sumber Kopi Prima.

Pihak berelasi ini diantaranya membantu untuk mencetak pendapatan bersih BELI, seperti Djarum, Bank Central Asia Tbk, Hartono Istana Teknologi, Global Media Visual, Iforte Solusi Infotek, Global Dairi Alami, Bank Digital BCA, Gonusa Prima Distribusi, BCA Multi Finance, Profesional Telekomunikasi Indonesia, Savoria Kreasi Rasa, Global Digital Ritelindo, BCA Finance, dan lain-lain (di bawah Rp1 miliar).

Selain itu, BELI juga mencatatkan pendapatan dari pihak ketiga yang terdiri dari sejumlah lini bisnis, mulai dari ritel daring (online), toko fisik, institusi atau dijalankan melalui platform bisnis ke bisnis (B2B) dan bisnis ke pemerintah (B2G), hingga diskon dan promosi langsung.

Pertama, pendapatan ritel online BELI menurun menjadi Rp7,32 triliun, sebelumnya sebesar Rp8,68 triliun. Kedua, pendapatan dari toko fisik justru meningkat menjadi Rp5,63 triliun, sebelumnya Rp4,3 triliun. Ketiga, pendapatan dari institusi juga naik drastis menjadi Rp5,61 triliun, padahal sebelumnya hanya Rp2,83 triliun. Namun, lini diskon dan promosi langsung masih mencetak rugi, meningkat menjadi Rp2,06 triliun. Sebelumnya sebesar Rp1,28 triliun.

Pendapatan yang meningkat diiringi dengan beban pokok pendapatan yang meningkat. Walau masih mencetak rugi, beban pokok pendapatan naik 8,94% menjadi Rp13,41 triliun. Sebelumnya sebesar Rp12,31 triliun. Beban pokok pendapatan berasal dari sejumlah faktor, mulai dari persediaan, pembelian, penambahan persediaan melalui akuisisi entitas anak, beban pokok penjualan, hingga biaya jasa langsung.

Setelah dikurangi beban pokok pendapatan, BELI berhasil membukukan laba bruto atau laba kotor hingga 37,32% menjadi Rp3,29 triliun. Tahun sebelumnya sebesar Rp2,4 triliun.

Sejumlah beban terpantau mengalami kenaikan dan penurunan. Misalnya beban penjualan, BELI masih rugi, tetapi berhasil dikontrol hingga 11,67% menjadi Rp2,01 triliun. Tahun sebelumnya, beban penjualan BELI mencapai Rp2,27 triliun.

BELI juga berhasil menstabilkan beban umum dan administrasinya. Meskipun masih mencetak rugi, beban tersebut untungnya naik tipis 0,07% menjadi Rp3,715 triliun. Sebelumnya sebesar Rp3,712 triliun.

Beban lainnya juga berhasil ditekan meskipun masih rugi. Beban tersebut turun hingga 20,49% menjadi Rp75,42 miliar, sebelumnya sebesar Rp94,86 miliar.

Namun, BELI berhasil membukukan pendapatan lainnya hingga 46,22% menjadi Rp141,41 miliar. Tahun sebelumnya sebesar Rp96,71 miliar. Hasilnya, rugi usaha menyusut 34,13% menjadi Rp2,36 triliun pada 2024, tahun sebelumnya sebesar Rp3,58 triliun.

Direktur Keuangan BELI, Ronald Winardi, mengatakan kinerja operasional perusahaan terus membaik dengan penurunan rugi operasional sebesar 34% secara tahunan pada 2024. Menurut Ronald, kinerja ini didorong oleh ekspansi take rate mencapai 7,6% pada kuartal 4/2025 dan penurunan beban operasional konsolidasi.

“Tren peningkatan marjin membuat kami siap untuk pertumbuhan yang lebih baik di masa mendatang,” ujar Ronald dalam keterangan resmi Blibli seperti ditulis swa.co.id di Jakarta, Senin (31/3/2025).Hal senada disampaikan CEO dan Co-Founder BELI, Kusumo Martanto.

Dia menjelaskan bahwa perusahaan terus memperkuat peluang, sinergi, dan mendorong inovasi. “Sasaran kami selalu jelas, memberikan pengalaman berbelanja yang relevan tanpa hambatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya hidup pelanggan yang terus berkembang,” ujar Kusumo.

Per 31 Desember 2024, BELI telah memiliki 5.184 karyawan, termasuk anak-anak perusahaan. Jumlah karyawan BELI meningkat sekitar 17,07% dibanding tahun sebelumnya, sebanyak 4.428 orang pada 31 Desember 2023.

Untuk memperbaiki kinerja perusahaan, BELI berencana untuk meningkatkan kinerja integrasi operasi antar anak perusahaan dalam menerapkan strategi ekosistem omnichannel yang semakin kuat.

Hasilnya, ini akan memberikan pengalaman belanja yang lebih baik dan memberikan efek jaringan lebih besar bagi kelompok usaha. Harga saham BELI pada penutupan perdagangan 27 Maret 2025 naik 1,36%, menjadi Rp448 dari perdagangan sebelumnya. (*)

# Tag