Penjualan Rp8,58 Triliun dan Bukukan Laba Rp892 Miliar: ACES Tumbuh di Tengah Tekanan Biaya

Penjualan Rp8,58 Triliun dan Bukukan Laba Rp892 Miliar: ACES Tumbuh di Tengah Tekanan Biaya

Rak-rak tertata rapi, produk ditampilkan dengan label yang informatif, dan atmosfer gerai yang terang namun nyaman menjadi ciri khas pengalaman berbelanja di AZKO — merek ritel yang tengah di-rebranding, khususnya di kalangan kelas menengah dan masyarakat urban Indonesia.

Di balik kesan tenang dan tertib itu, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), induk dari AZKO, mencatatkan kinerja keuangan yang solid sepanjang 2024. Perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp892,04 miliar, naik 15,78% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp770,04 miliar.

Pertumbuhan laba itu bukan semata hasil dari strategi ekspansi gerai atau tren belanja pasca-pandemi. ACES menunjukkan bahwa kinerja sehat bisa dicapai lewat orkestrasi yang cermat antara diversifikasi produk, efisiensi operasional, dan pemahaman mendalam terhadap pola konsumsi masyarakat kelas menengah.

Penjualan bersih perusahaan mencapai Rp8,58 triliun, juga tumbuh 15,78% dari tahun sebelumnya. Produk perbaikan rumah masih menjadi andalan utama dengan kontribusi Rp4,39 triliun, disusul oleh lini gaya hidup Rp3,71 triliun, dan mainan Rp314,62 miliar.

Dari luar, toko-toko AZKO mungkin terlihat seragam, namun di balik layar, ACES terus menyesuaikan komposisi produk dan strategi bisnisnya. Salah satu elemen yang turut menopang kinerja perusahaan adalah saluran penjualan konsinyasi.

Pada 2024, penjualan konsinyasi bruto tercatat Rp556,95 miliar—naik dari tahun sebelumnya Rp533,16 miliar. Setelah dikurangi biaya konsinyasi sebesar Rp401,03 miliar, penjualan konsinyasi bersih yang tercatat adalah Rp155,91 miliar.

Ini menjadi salah satu indikator bahwa ACES tidak hanya bergantung pada penjualan langsung, tetapi juga piawai mengelola kemitraan dengan prinsipal produk.

Sumber pendapatan lain pun terus dioptimalkan. Pos pendapatan lain-lain naik menjadi Rp148,19 miliar, berasal dari berbagai lini seperti pendapatan sewa dan pemeliharaan, komisi pembelian, sponsor, program keanggotaan, serta jasa servis.

Sementara itu, beban lain-lain berhasil ditekan hingga 24,29% menjadi Rp4,88 miliar. Penurunan ini menunjukkan adanya perbaikan dalam manajemen risiko, terutama terkait penghapusan aset tetap, selisih kurs, dan penurunan nilai piutang.

Keseimbangan antara pertumbuhan penjualan dan pengendalian biaya tercermin pula dalam kenaikan laba kotor menjadi Rp4,18 triliun, naik 12,75% dari tahun sebelumnya. Beban pokok penjualan memang meningkat 12,51% menjadi Rp4,39 triliun, namun masih lebih rendah dibanding laju kenaikan pendapatan.

ACES juga mencatatkan laba usaha sebesar Rp1,16 triliun, naik 15,87%, hasil dari pengelolaan beban usaha yang meski naik menjadi Rp3,15 triliun, masih dalam batas wajar. Beban ini mencakup gaji dan tunjangan karyawan, penyusutan aset, pemeliharaan gerai, hingga biaya jasa profesional dan logistik.

Namun di balik deretan angka positif itu, ada dinamika yang patut dicermati. Kas dan setara kas perusahaan justru mengalami penurunan signifikan sebesar 19,14% menjadi Rp1,87 triliun.

Pada saat yang sama, liabilitas meningkat 6,94% menjadi Rp1,67 triliun. Kombinasi ini bisa mengindikasikan bahwa ACES tengah menjalankan strategi ekspansi atau investasi jangka panjang yang cukup agresif — entah untuk pembukaan gerai baru, modernisasi sistem logistik, atau pengembangan kanal digital. Ini tentu memberi peluang tumbuh di masa depan, tetapi juga menuntut manajemen keuangan yang lebih ketat.

Di luar angka-angka keuangan, tahun 2024 juga menandai titik balik penting dalam strategi identitas perusahaan. Setelah dikenal luas sebagai PT Ace Hardware Indonesia, pada Juni 2024 perusahaan resmi mengganti nama menjadi PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk.

Perubahan ini merefleksikan repositioning yang lebih dalam — dari sekadar toko alat rumah tangga menjadi penyedia solusi gaya hidup yang aspiratif dan beragam.

ACES sendiri merupakan bagian dari kelompok usaha Kawan Lama, dengan PT Kawan Lama Sejahtera sebagai pemegang saham mayoritas, dan PT Kawan Lama Internusa sebagai entitas induk terakhir.

Di dalam ekosistemnya, ACES membawahi sejumlah anak perusahaan, seperti PT Toys Games Indonesia (beserta PT TGI Impor Sejahtera), PT Kawan Lama Inovasi, PT Krisna Aspirasi Sejahtera, dan PT Omni Digitama Internusa. Per Desember 2024, jumlah karyawan perusahaan dan anak-anak usahanya mencapai 14.597 orang, naik dari 13.687 pada 2023. Sementara jaringan ritel yang dikelola kini mencapai 245 gerai, tersebar dari pusat-pusat kota besar hingga kawasan timur seperti Ternate.

Melihat keseluruhan kinerja dan strategi yang dijalankan, ACES tampaknya telah memilih jalur pertumbuhan yang tidak gegabah: memperkuat fondasi lewat efisiensi, memperluas makna merek melalui reposisi, dan mengelola pertumbuhan secara hati-hati.

Namun, ke depan, perusahaan tetap harus menavigasi tantangan baru — termasuk perubahan pola belanja konsumen, tekanan biaya logistik, dan kebutuhan untuk memperkuat kanal digital.

Tahun 2024 bisa jadi akan dikenang sebagai tahun transisi: dari model ritel tradisional menuju lanskap yang lebih kompleks dan berorientasi pengalaman. Dan sejauh ini, ACES tampak cukup siap menghadapi babak baru tersebut, dengan pendekatan yang lebih strategis ketimbang spektakuler.

Tapi kesinambungan performa akan sangat bergantung pada bagaimana perusahaan membaca arah pasar dan meresponsnya secara strategis. Terlebih di tahun 2025 yang penuh tantangan sejalan dengan sinyal kondisi ekonomi yang tengah batuk-batuk dan melemahnya daya beli kelas menengah. (*)

# Tag