Manuver Saham Manuel Djunako: Indopora (IDPR) Kian Terkonsolidasi

Manuver Saham Manuel Djunako: Indopora (IDPR) Kian Terkonsolidasi
Ilustrasi aktivitas pembautan beton dan pondasi yang dikelola PT Indonesia Pondasi Raya Tbk atau Indopora (IDPR). Foto Indopora

Langkah kecil namun signifikan dilakukan Manuel Djunako di awal kuartal kedua 2025. Presiden Komisaris PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR) atau Indopora ini kembali memperkuat posisinya di perusahaan dengan menambah kepemilikan saham.

Dalam laporan registrasi pemegang efek yang dirilis Bursa Efek Indonesia untuk periode akhir Maret 2025, tercatat kepemilikan saham Manuel naik tipis dari 85,694% menjadi 85,72%—atau setara 1,71 miliar lembar saham.

Angka tersebut memang hanya bertambah sekitar 527.300 lembar saham. Tapi bagi perusahaan konstruksi spesialis pondasi ini, langkah itu menegaskan satu hal: kendali Indopora tetap berada erat di tangan sang pendiri dan keluarganya.

Tidak hanya Manuel, pengendali lainnya adalah Febyan, yang duduk sebagai Presiden Direktur. Pada periode yang sama, Febyan masih mempertahankan kepemilikan 49,99 juta lembar saham atau 2,496%. Di sisi lain, Hanah Tandean—investor individu yang disebut terafiliasi dengan perusahaan—memiliki 34,06 juta lembar saham atau setara 1,701%. Jumlah tersebut juga tidak berubah sejak awal tahun.

Bila ditarik ke belakang, konsistensi mereka dalam mempertahankan porsi saham mengindikasikan satu pola: tak ada ruang untuk spekulasi pasar atas struktur kepemilikan. Di tengah industri konstruksi yang volatil, soliditas kepemilikan menjadi fondasi yang tak kalah penting dari beton.

Namun, tahun 2024 bukan tahun yang mudah bagi Indopora. Perusahaan membukukan penurunan laba bersih hingga 39,16% menjadi Rp23,22 miliar dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp38,18 miliar. Penurunan ini turut dipengaruhi oleh menurunnya pendapatan sebesar 13,51%, dari Rp1,28 triliun menjadi Rp1,11 triliun.

Meski begitu, tidak semua lini menunjukkan tren negatif. Pendapatan dari jasa konstruksi, terutama lini pondasi, justru tumbuh dari Rp479,16 miliar menjadi Rp525,43 miliar. Lini struktur pun naik signifikan, dari Rp97,6 miliar menjadi Rp211,37 miliar. Sayangnya, lini dinding penahan tanah mengalami penyusutan tajam dari Rp393,33 miliar ke Rp111,43 miliar.

Di segmen penjualan produk, lini tiang pancang mencatat penurunan dari Rp299,16 miliar ke Rp167,16 miliar. Namun ada kejutan positif dari lini dinding precast, yang melonjak dari Rp20,3 miliar menjadi Rp99,86 miliar.

Langkah Manuel menambah porsi saham bisa dibaca sebagai bentuk keyakinan terhadap prospek jangka panjang perusahaan. Tapi di sisi lain, konsentrasi kepemilikan yang sangat tinggi ini juga menyisakan pertanyaan: seberapa terbuka Indopora terhadap investor publik dan inovasi dari luar lingkaran internal?

Di tengah tantangan kinerja dan disrupsi industri konstruksi, perusahaan perlu lebih dari sekadar kontrol—yakni kemampuan untuk beradaptasi secara strategis dan membangun tata kelola yang sehat. Kepemilikan yang terkonsentrasi bisa menjadi kekuatan, tapi juga bisa menjadi penghambat, jika tidak diimbangi dengan transparansi dan visi pertumbuhan yang inklusif. (*)

# Tag